Dua Puluh

10.2K 889 55
                                    

"Sayang."

"Iya kak." Prilly mendongakan kepalanya. Karena posisi Prilly yang saat ini sedang bersandar di dada bidang Ali.

"Apa kamu masih memikirkan kejadian di taman itu?"

"Prilly takut dia kembali lagi kesini kak."

"Maksud kamu? Dia pernah ke rumah kita?" Prilly mengubah posisi duduknya yang saat ini menjadi menghadap ke suaminya.

"Iya kak, Rolan pernah kesini saat kakak pergi dulu." Prilly memainkan ujung baju yang dikenakannya.

"Kakak ngga pergi, tapi kakak bersembunyi."

"Tapi 'kan Prilly ngga tau kalo kakak cuma sembunyi." Prilly memukul Ali pelan. Ali mengubah posisi duduknya. Sepertinya kali ini Ali ingin berbicara serius dengan Prilly.

"Pril, apa yang dia lakukan saat dia datang ke rumah kita?" Ali menatap wajah Prilly intens. Prilly yang melihat Ali berbicara serius dengannya menelan ludahnya susah payah.

"Jangan takut sayang, bilang sama kakak."

"Dia datang karena dia tau saat itu Prilly baru keluar dari Rumah Sakit. Tapi Prilly ngga mempersilakan dia masuk ke rumah ko kak. Prilly hanya duduk di teras sama dia. Karena Prilly tau, ngga baik memasukan pria lain ke rumah kalo suaminya sedang ngga ada di rumah." Ali mendengarkan penjelasan Prilly dengan seksama.

"Terus?"

"Prilly sama dia ngga bicara banyak kak. Karena Prilly ngerasa arah pembicaraannya itu semakin membuat Prilly ngerasa aneh. Saat Prilly menyuruh dia pulang, dia malah memberikan bingkisan tapi Prilly tolak secara halus. Terus Prilly masuk ke rumah."

Ali menarik nafasnya panjang. Prilly benar-benar wanita sholehah. Saat suaminya tidak ada, Prilly tidak memasukan lelaki lain tanpa ijin darinya.

"Terimakasih sayang."

"Buat apa kak?" Prilly mengernyitkan keningnya.

"Karna udah jadi isteri yang baik buat kakak." Ucap Ali seraya tersenyum.

"Udah menjadi kewajiban Prilly menjaga martabat dan nama baik suaminya." Balas Prilly sambil mengecup pipi Ali.

"Eh udah berani ya cium-cium kakak." Prilly menunduk enggan memperlihatkan wajahnya yang Prilly yakini sudah memerah karena malu.

"Cie mukanya merah."

"Ih kakak apaan sih. Udah deh jangan bikin Prilly tambah malu." Prilly mencubit perut buncit Ali.

"Tapi enak kok rasanya. Mau lagi dong dicium. Tapi disini..." Ali menunjuk bibirnya tepat di depan wajah Prilly.

"Kakak mah sengaja ngambil kesempatan dalam kesempitan."

"Ngga apa-apa dong, sama isteri sendiri." Prilly mencuri curi pandang ke arah Ali. Dan....

CUP

Satu kecupan berhasil mendarat di bibir Ali. Membuat Ali mengulas senyim di wajah tampannya.

"Nah gitu dong. Ini baru namanya isteri kakak."

"Iya itu mah mau nya kakak aja, nyosor mulu."

Ali menatap Prilly lekat. Tangan nya mengusap pipi Prilly.

"Kenapa kak?"

"Ngga apa-apa. Sayang sebaiknya mulai sekarang kamu harus lebih hati-hati ya." Titah Ali kepada Prilly. Prilly yang sedang memainkan tangan Ali langsung menatap Ali.

"Hati-hati?"

"Iya hati-hati. Dan ingat jangan pergi sendirian, kalo kamu mau kemana-mana harus ada yang nemenin."

Bidadari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang