Dua Puluh Satu

9.6K 830 37
                                    

Sekian lama si tantan jarang nongol dimari, akibat unmood nulis dan ada urusan yang ngga kunjung selesai... akhirnya pada kesempatan ini saya si tantan bisa melanjutkan BS walau hanya satu chapter. Demikian dan Terima kasih.

Haha etdah gaje ya si gue, ngga apa lah. Efek ngga bisa mejamin mata akhirnya gue mampir ke lapak gue.
Masih ada yang nunggu tidak??
So... selamat membaca ya readers ku yang kece badai aduhai lalala...

Tantan^^

***

Prilly masih nyaman berada di dalam pelukan Ali. Prilly benar-benar merasakan ketakutan yang luar biasa setelah kejadian di jalan tadi. Tapi berkat Ali yang kini berada di samping nya, membuat Prilly merasa lebih tenang.

"Udah ya. Jangan nangis lagi." Ali mengusap usap punggung Prilly.

"Prilly takut kak. Apa dia bakalan ganggu Prilly lagi?" Prilly melepaskan pelukannya dan menatap Ali. ali tersenyum kemudian duduk di sebelah Prilly.

"Percaya sama kakak sayang." Ali mengelus pipi Prilly. "Kakak janji ngga akan pernah biarin dia nyentuh isteri kakak yang paling cantik ini."

Pipi Prilly bersemu merah, di saat seperti ini pun Ali mampu membuatnya malu dengan ucapan Ali.

"Sayang..." panggil Ali.

"Hmmm..."

"Emmm..." Ali menatap Prilly intens.

"Kenapa kak?"

"Ini..." Prilly membalas tatapan Ali bingung.

"Ini apa kak?" Ali tersenyum dan menggerakan tangannya.

"Ini loh, ingusnya keluar." Ali mengelap cairan bening yang keluar dari hidung Prilly dengan tangannya, membuat Prilly semakin malu.

"Kakak, Prilly bisa sendiri. Apa kakak ngga jijik elapin ingusnya Prilly?" tanya Prilly sambil mengelap hidungnya dengan tissue.

"Buat apa kakak jijik sayang. Bahkan kalo kamu nyuruh kakak jilatin ingus kamu, kakak mau."

"Ish kakak apaan sih. Jorok banget." Ali terkekeh kemudian mencium kening Prilly.

"Ya habisnya kamu ada-ada aja. Masa iya suami sendiri jijik sama ingus istrinya. Ya ngga lah sayang."

Prilly mendongak memandang Ali yang sedang menjadi sandarannya. Lalu mencubit hidung suaminya gemas.

"Ya ngga gitu juga kali kak."

"Aduh sakit peri cantik. Tanggung jawab loh kalo idung kakak tambah mancung."

"Mana ada tambah mancung kak. Cuma segitu doang, cengeng ih."

"Eh yang cengeng siapa coba, tadi yang nangis-nangis siapa ampe ingusnya nongol ke bawah?" Ali mengapit wajah Prilly sehingga mulut Prilly terlihat mengerucut.

"Yu utu kun guru-guru uku dukujur sumu Rulun kuk." Ucap Prilly membuat Ali menatap Prilly cengo.

"Kamu ngomong apaan si Yang? Kakak ngga ngerti. Kalo ngomong itu yang jelas."

Lalu Prilly melepaskan tangan Ali dari wajahnya dan berbalik menghadap suami tampannya. "Gimana mau jelas, orang pipi Prilly dipencet sama kakak. Sakit tau." Rajuk Prilly.

"Ucik ucik ucik... mana yang sakit sini kakak obatin pake obat cinta." Prilly bergidig geli mendengar Ali menggombali dirinya.

"Hiiih kakak kesambet setan orok."

"Setan Orok? Itu setan baru daftar jadi anggota ya? Emang setan ada oroknya?"

"Iya dia anggota baru. Kemaren baru diospek jadi setan." Ali menahan tawanya melihat Prilly kesal.

Bidadari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang