Tiga Puluh Delapan

20.5K 1.1K 158
                                    

Ali berlari sekuat tenaga di lorong Rumah Sakit. Tidak peduli orang-orang yang menegur nya karena sudah ia tabrak. Yang di inginkan Ali hanyalah segera berada di samping istri nya.

Ali melihat mertua nya dan Nadira sedang duduk cemas di depan ruangan bersalin. Sementara orang tua Ali sedang dalam perjalanan dari Singapura menuju Indonesia.

"Bunda, Nadira...," panggil Ali dan masih berlari menghampiri mertua dan sepupunya.

"Ali...," seru bunda Prilly.

Dengan nafas yang masih tersengal Ali mencium tangan mertuanya. Dan dibalas dengan usapan tangan bunda Prilly di punggung nya.

"Prilly dimana bunda?" tanya Ali.

"Prilly masih di dalam Li, lebih baik kamu masuk temani Prilly di dalam," kata bunda.

Ali mengangguk dan segera memasuki ruangan bersalin.
Namun langkahnya terhenti saat ada yang menahan pergelangan tangan nya.

"Kamu yakin Li? Bukan nya kamu paling takut melihat wanita yang sedang melahirkan? Dulu aja mendengar Tante Violin melahirkan kamu lemas."

"Ngga Nad, aku harus menemani Prilly, aku ingin berada di samping nya di saat-saat seperti ini. Lebih baik kamu doakan aja, supaya semua nya lancar," sanggah Ali dan berlalu memasuki ruangan.

Di dalam ruangan, Ali melihat Prilly yang terbaring dengan wajah yang sudah pucat dan di penuhi dengan keringat. Bahkan kerudung berwarna pink yang di kenakan Prilly sudah terlihat basah.

Dengan segera Ali menggenggam tangan Prilly dan menyalurkan kekuatan lewat genggaman nya. Prilly menoleh dan melihat suami nya kini berada di samping nya.

"Ka..kak," lirih Prilly.

"Iya ini kakak, kamu harus kuat sayang. Demi kakak demi anak kita. Kakak yakin kamu bisa," ucap Ali memberikan semangat.

"Sa...kit kak," lenguh Prilly dan menggerakan kepalanya tak beraturan.

"Celia, bagaimana ini bisa terjadi? Bukankah perkiraan kamu, Prilly melahirkan dua bulan lagi?" tanya Ali pada teman nya yang membantu Prilly dalam proses persalinan.

"Banyak faktor yang mempengaruhi sang ibu untuk melahirkan prematur seperti Prilly, Li. Kamu tenang aja, aku akan melakukan yang terbaik untuk Prilly," jawab Celia seraya mempersiapkan alat-alat yang akan membantu Prilly.

"Laa ilaaha illallah." Prilly meremas kuat tangan Ali. Ali yang melihatnya semakin panik.

"Cel, kapan persalinan nya di mulai? Kamu ngga liat Prilly kesakitan?"

"Li, tenang. Prilly masih pembukaan ke lima," jawab Celia.

"Langsung aja Cel, aku ngga tega liat Prilly kesakitan," tukas Ali.

Celia tersenyum. "Daripada kamu marah-marah ngga jelas, lebih baik kamu tenangin Prilly."

Ali mengalihkan pandangan nya ke arah Prilly. Ali mencium kening Prilly berkali-kali dan mengusap peluh yang membanjiri wajah istri tercintanya.

Ya Allah, maafkan aku yang sudah menanam benih di rahim istriku. Aku hanya ingin punya keturunan aja Ya Allah. Tolong selamatkan istri dan anak ku.

Ali ikut meneteskan air matanya. Genggaman tangan Prilly kini menguat. Ringisan dari mulut Prilly semakin memenuhi ruang bersalin. Dr. Celia sudah siap berada di depan kaki Prilly yang mengangkang.

"Pril, ikuti perintah saya, tarik nafas lalu buang. Lalu mengejan Pril, tapi ingat jangan mengangkat bokong kamu, nanti bisa robek," ujar dr. Celia.

Prilly mengangguk sambil tangan kanan nya menggenggam tangan Ali sedangkan tangan kirinya menggenggam tangan suster.

"Bismillah... Euunghhh...," Prilly mengejan dan meremas kuat tangan Ali.

Bidadari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang