Dua Puluh Lima

16.2K 1K 35
                                    

Hollahop... Si Tantan kembali hadir menemani kalian.
Ini next nya, aku publish sekarang aja ya...
Mumpung aku lagi semangat nulis... eh tapi emang udah di tulis dari kemarin sih hehe...
Yang mau tau kelanjutan peri cantik dan imam tampan ,silahkan membaca ya....

Sorry kalo alurnya ngga dapet, feel nya ngga dapet... Yang jelas aku hanya mencurahkan sesuatu yang hinggap di otak aku.
Semoga terhibur...

Salam hangat.
Tantan^^

***

Mobil Digo membelah jalanan ibukota. Berniat mengantarkan Nadira pulang untuk sekedar berganti baju karena malam ini mereka akan ke clubbing bersama. Sesampainya di rumah Prilly, Nadira langsung membuka pintu mobil serta mengajak Digo masuk ke rumah Prilly. Tanpa salam tanpa mengetuk pintu mereka begitu saja masuk rumah.

Prilly yang baru saja selesai shalat isya dan sekarang sedang menyiapkan makanan untuk makan malam di meja, menoleh mendengar suara tertawa dari seorang perempuan dan laki-laki. Prilly menghentikan aktivitasnya dan segera mencari asal suara itu.

Prilly melihat Nadira sedang merangkul mesra seorang lelaki di ruang tamu sambil duduk di kursi. Sedangkan sang lelaki itu membalas rangkulan Nadira sambil menciumi pipi Nadira. Prilly yang melihat nya menjadi emosi dan menghampiri mereka.

"Nadira! Apa yang kamu lakukan?!" sentak Prilly.

"Ada apa sih? Main teriak-teriak aja. Kamu pikir ini di hutan?" balas Nadira tak acuh. Dan lelaki di sampingnya yang tak lain adalah Digo hanya tersenyum sinis ke arah Prilly.

"Kenapa kamu membawa lelaki ke dalam rumah Nad? Dia siapa?" Nadira menoleh ke arah Digo kemudian tersenyum kecil.

"Dia pacar aku. Kenapa? Suka sama dia?"

"Astagfirullah Nad. Aku udah punya suami, dan dia itu sepupu kamu."

"Lantas apa masalah kamu? Mau aku bawa laki-laki, perempuan, binatang atau apapun itu bukan urusanmu."

"Dia siapa sih darling?" tanya Digo membuat Prilly menoleh kesal ke arahnya.

"Dia istri sepupu aku. Sorry ya dia orang nya emang agak ribet sedikit."

"Nad, aku ngga melarang kamu pacaran. Tapi tolong jangan disini, ini rumah aku. Tolong hargai pemilik rumah, apalagi kalian melakukan hal yang dilarang oleh agama."

Nadira bangkit dari duduknya kemudian berdiri di depan Prilly. "Emangnya apa yang udah kita lakuin hah? Cuma sekedar ciuman, hal biasa, Pril!" ucap Nadira santai.

"Nad, bersentuhan tangan dengan lawan jenis yang bukan muhrim nya aja itu dilarang, apalagi berciuman kaya gitu. Kalian boleh melakukan hal itu di luar sana, tapi jangan disini."

"Darling, aku cape mendengar ocehan-ocehan ngga bermutu dari wanita ini. Sebaiknya kita pergi sekarang aja." Ajak Digo sambil menggandeng Nadira.

"Kalian mau kemana lagi?" cegah Prilly sebelum Nadira melangkahkan kakinya.

"Kita mau ke clubbing. Bisa stres lama-lama ada disini." Ujar Nadira.

"Kamu ngga boleh pergi Nad. Ini udah malem, apalagi kamu perempuan dan lihat pakaian kamu, itu sama sekali bukan pakaian yang sewajarnya dipakai perempuan." Tegur Prilly.

"Kamu ngga berhak mencampuri urusanku Pril. Apa hak kamu melarang aku memakai pakaian ini?"

"Udahlah darling ngapain sih kamu dengerin dia. Ayolah kita pergi dari sini."

"Tunggu Nad, jangan pergi ini udah malem. Apalagi kamu memakai pakaian kaya gitu, itu mengundang hawa nafsu Nad. Dosa."

"Oh lantas aku harus memakai pakaian kaya kamu gitu? Emangnya dengan memakai pakaian kaya gitu, kamu terjamin masuk ke surga hah?" bentak Nadira tepat di depan Prilly.

Bidadari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang