Chapter 01.1 - Unreal World

8.8K 378 37
                                    

10 Februari 2038.

Aku terbangun di sini. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa berada di sini, lagi. Tepat dua tahun lalu sejak aku terakhir kali terbangun di sini. Berburu monster seorang diri saat di mana orang lain berburu dengan party (kelompok) mereka.

Dunia ini sekarang sudah semakin nyata. Aku bahkan bisa merasakan udaranya, pakaian yang aku kenakan, panas sinar matahari, tekstur benda yang aku pegang. Ah, aku pasti ketinggalan serangkaian update major selama dua tahun ini. Update major adalah pembaruan besar yang biasanya terjadi beberapa bulan sekali secara berkala untuk memperbesar dan mengembangkan aplikasi, dan dalam hal ini adalah Virtual Reality Online. Kami semua menyebutnya: VRO. VRO adalah salah satu dari banyak MMORPG (Mass Multiplayer Online – Role Playing Game) dan merupakan game pelopor yang mendukung full-dive virtual reality.

Levelku masih sama seperti ketika aku terakhir kali logout. Level 60. Dua tahun lalu, level 60 adalah batas maksimal yang semua pemain dapat capai. Kudengar-dengar sudah ada update untuk batasan level tidak lama setelah aku meninggalkan VRO. Benar, VRO adalah "dunia pengganti" di mana semua orang bisa berkumpul dalam satu dunia buatan yang berdasarkan dunia nyata. Singkatnya, dunia virtual yang sangat nyata. Mungkin terbaik yang pernah ada karena terus mengalami perkembangan.

Aku masuk ke dalam sini mungkin karena tidak sengaja memperbarui VRO dalam dive 2.0 ku. Ya, meskipun aku sudah tidak main game ini lagi, tetapi VRO tidak pernah kuhapus walau seingatku aku pernah menghapusnya beberapa kali setelah mengalami dilema dan berulang kali memasang dan menghapus game ini. Ah, lupakan, aku juga sudah rindu dengan game yang sempat membawaku menuju serangkaian kejuaraan VRO tahunan. Mereka dulu menyebutku sebagai People's Champion untuk suatu alasan, dan mungkin juga karena aku dulu sering mendonasikan hasil berburuku untuk membantu sebuah klub di game ini yang tujuannya membantu pemain baru yang baru saja bermain game ini. Terdengar sangat dermawan, kan? Percayalah, dulu banyak rekan seangkatanku yang melakukannya karena sudah tidak tahu hasil berburu itu akan dihabiskan untuk apa. Entah sekarang masih seperti itu atau tidak. Lagi pula ini sudah dua tahun.

Aku lambaikan tangan kiriku untuk membuka menu yang semestinya akan muncul mengambang di depanku. Dan ya, masih sama seperti dulu, namun kali ini lebih dibuat lebih simpel dan intuitif. Ah, aku benar-benar sudah sangat ketinggalan.

Satu opsi yang langsung menarik perhatianku adalah friend list (daftar teman). Aku tekan menu itu dengan jari telunjukku. Dan simbol loading berputar beberapa detik. Dan muncul nama-nama pemain yang pernah berhubungan denganku di game ini. Dari lima puluh tiga orang yang ada, beberapa masih belum online. dan tanda offline itu menghilang ketika orang terakhir akhirnya muncul beberapa saat kemudian. Ada tiga orang yang menjadi perhatianku saat ini. Red, White, Black. Mereka adalah temanku dari tiga negara berbeda yang menjadi satu-satunya party­-ku di mana tidak pernah naik menjadi sebuah guild (sejenis klub yang isinya terdiri dari beberapa pemain hingga puluhan). Party itu dulu disebut dengan nama Rainbow. Sebuah nama yang terlihat lucu untuk empat orang dan—mungkin—satu-satunya yang dapat menyelesaikan sebuah dungeon tingkat paling sulit yang disebut raid. Sebenarnya dungeon dan raid itu berbeda, namun pada dasarnya sama saja.

Tiga orang tadi, mereka juga pensiun dari game ini sama seperti aku, namun dengan alasan yang berbeda-beda. Kami tidak banyak bicara saat sedang menyelesaikan raid. Yang aku tahu hanya mereka bertiga itu sama misteriusnya dengan tujuan dibuatnya game ini.

Nama in-game kami memang sebuah kebetulan, sebelumnya party itu hanya mereka bertiga, namun suatu saat mereka melihatku, dan juga kemampuanku di game ini. Dan pada akhirnya merekrutku masuk ke dalam party mereka. Pada dasarnya sifat kami berempat itu sama. Kami suka berburu solo. Apalagi karena namaku yang juga kebetulan seirama dengan mereka, Blue, bisa melengkapi party yang beranggotakan nama-nama warna itu. Aku jadi ingat tentang hari di mana kami berempat akhirnya bisa menyelesaikan raid tersulit pada saat itu. Raid yang semestinya mustahil diselesaikan hanya dengan empat orang anggota. Dragonova Lair, yang terletak di dalam dungeon Sealed Mountain, dungeon itu sendiri terletak di tengah padang gurun di sebuah negara di benua Afrika, aku tidak ingat nama pasti negaranya.

Project Legacy: AwakeningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang