26 Agustus 2038
Sekarang sudah lewat tengah malam, hari pun berganti, namun suasananya masih tetap seperti tadi, dingin dengan aura yang sedikit berbeda.
Sejauh ini kurasa mata-mata itu sudah kehilangan jejaknya saat aku teleportasi menuju Brazil.
Melewati hutan yang bukan dungeon sebenarnya bukan hal yang terlalu menjadi masalah. Suasana tidak terlalu menyeramkan seperti di dunia nyata, banyak hewan-hewan non-monster yang berkeliaran namun itu sama sekali tidak menggangguku, malah itu adalah hal yang sepele yang tidak perlu ditakutkan di dunia ini. Berbeda dengan dunia nyata.
Perjalanannya. Itulah yang membuatku cepat bosan. Aku tidak mau ambil risiko lebih besar lagi dengan terbang menggunakan Bahamut, dan berakhir pada keputusanku sekarang: mengendap-endap seperti pencuri di tengah hutan yang gelap seperti ini.
Satu jam lebih perjalanan dan akhirnya aku sampai pada lokasi persembunyian yang bahkan aku sendiri susah mengenalinya. Masuk melalui jalan rahasia yang sempit. Dan pada akhirnya, aku sampai pada markas rahasia ini, tempat di mana kaum pemberontak lahir dan berkumpul.
Aku membuka pintu berukuran kecil itu. Beberapa sosok terlihat di dalam, dengan berbagai kegiatan yang sedang mereka lakukan. Kurasa pertemuan kali ini tidak ada kegiatan serius yang berarti apa pun, hanya sekadar berkumpul dan mengobrol. Aku sendiri heran dengan mereka.
"Oh, Blue! Casey sedang mencarimu," ucap Airi yang entah dari mana sudah berada di sebelahku, atau lebih tepatnya aku tidak menyadari keberadaannya tadi.
"Benarkah? Itu menarik karena aku juga sedang mencarinya!" ucapku dengan sangat jelas sambil memandang sepasang matanya yang terlihat cukup besar. Besar yang anggun. "Di mana dia sekarang?" tanyaku lebih lanjut, memandang sekitar ruangan yang hanya berisikan pemain-pemain yang tidak kukenal, mungkin kebanyakan dari mereka adalah perwakilan dari guild-guild yang berpartisipasi ke dalam kaum pemberontak ini.
"Dia sedang berada di ruangannya di sebelah sana!" Airi kembali menjawab pertanyaanku dengan jarinya yang menunjuk ke arah ruangan yang berada di sudut di sebelah tangga menuju koridor ke ruangan lain. Aku pikir, itu adalah ruangan pribadinya.
Aku melangkahkan kakiku, jarak beberapa meter ini terasa begitu berat untukku, entah kenapa, perasaanku tidak enak. Dia tidak biasanya mengurung diri jika ada pertemuan seperti ini.
Langkah kakiku terhenti di depan pintu berukuran standar dengan gaya kuno, lebih kuno dari pengetahuanku tentang corak pintu yang biasa kulihat di sekitar sini. Bentuk tuanya terlihat dengan bentuknya yang terlihat rapuh.
Aku buka pintu itu.
Satu sosok yang kukenal di dunia ini terlihat. Wajah datar dengan pakaian santainya yang biasa ia pakai seperti di dunia nyata. Ia terduduk diam di sofanya—satu-satunya benda yang ada di dalam ruangan itu selain papan yang menempel di dinding yang terlihat seperti strategi perang, berbagai pin menancap menggantungkan kertas di papan itu.
Aku terdiam di mulut pintu tanpa berkata apapun.
"Ada perkembangan?" ucapannya sangat tiba-tiba, pandangannya tidak lepas dari papan yang berada di depannya setelah melempar lirikan kilat kepadaku.
Aku seakan tersadar dari lamunan singkatku tentang skenario singkat yang muncul di pikiranku saat melihat kertas-kertas yang tergantung di papan itu.
"Oh, Walnut mau ketemu sama gue," suaraku sedikit serak namun masih terucap jelas.
Dia menoleh ke arahku, ekspresinya berganti dengan sekejap mata, kini santai. "Sekarang?"
Aku mengangguk "Gue mau ngajak lu."
"Kenapa?"
"Karena gue mau lu jadi orang pertama yang denger setelah gue."
Dia kembali memandang papan itu dengan santai, kemudian secara tiba-tiba berdiri "Oke."
"Jalur darat. Lu punya mount darat, kan?"
"Punya, tenang aja—tapi!" dia mengacungkan jarinya. Aku bingung.
"Hmm?"
"Gue punya firasat nggak enak tentang ini," ekspresinya berganti lagi, terlihat lebih berpikir dibandingkan sebelumnya, matanya menyipit melihat sesuatu yang entah apa. Jika firasat yang ia katakan memang benar, itu bukan sebuah kebetulan. Aku juga mempunyai firasat yang sedikit ganjil.
"Gue juga."
"Dia ngehubungin lu lewat apa?" ia seperti datang dengan sebuah ide dengan pertanyaannya barusan.
"Party, terus bilang lewat telepati. Dan dari cara dia bilang sih, kayaknya lagi waspada banget."
"Itu, dia udah ngasih tanda ke lu."
"Tanda?" tanyaku, aku butuh pernyataan lebih spesifik.
Dia mendekat kepadaku, tepat satu langkah di depan, ia melambaikan tangannya tepat di depan wajahku. "Sadar nggak? Atau lu lagi nggak fokus? Biasanya lu nggak kayak gini, deh!" dia kemudian berjalan keluar, aku mengikutinya dari belakang. "Kalo mikir cewek itu, nggak bakal ada habisnya," ucapnya sambil menoleh ke arahku. Perkataannya memang benar.
"..." aku hanya terdiam. Entah mau berkata apa lagi.
"Priss!" dia memanggil salah seorang anggotanya yang sesama dari guild Seventh Heaven. Player yang dimaksud kemudian berdiri, pandanganku tertuju padanya. Gadis gothic yang sebelumnya aku lihat di sini dan beberapa kali di kastel. "Aku punya sebuah permintaan padamu."
Priss memandang Casey dengan wajah datarnya. "Tentu."
"Apa kau punya skill teleportasi?"
"Ya."
"Bagus. Aku hanya butuh kau men-teleport aku dan Blue, tapi itu nanti, tunggu sinyalku."
"Ke mana?"
"Ke sini. Tapi untuk sekarang, kita hanya harus membentuk party."
Hingga perkataannya itu aku masih tidak mengerti apa yang sedang ia pikirkan.
"Blue, pake setelan yang tertutup, dan jangan pake senjata," ucapnya sembari ia sendiri mengganti setelan pakaian yang ia gunakan. Sangat tertutup, bahkan aku tidak bisa mengenali wajahnya dibalik aksesoris jubah yang menutupinya. Entah, kali ini aku hanya akan menuruti perkataannya saja. Dan untungnya, aku punya setelan yang kurang lebih seperti yang ia maksud.
Aku mengganti setelan pakaianku. Jubah seperti biasa, namun lebih tertutup—sangat tertutup.
"Sudah," ujarku.
"Jadi, kita sudah siap." Dia mengecek sekali lagi apa yang ia kenakan, lalu mengalihkan tatapannya padaku. "Ke mana, Blue?"
"Danderius Lake."
--
KAMU SEDANG MEMBACA
Project Legacy: Awakening
Ciencia Ficción[Proses Editing] [Sebagian bab sudah dihapus] [Buku pertama dari seri Project Legacy] [komplit] [sudah direvisi] ... Apa yang kau pikirkan ketika kau secara tidak sadar telah kembali dalam dunia virtualmu setelah dua tahun tak menyentuhnya...