Ku buka pintu rumahku sambil menenteng sepasang sepatu yg baru ku lepaskan agar tidak kotor saat masuk rumah.
"Pasti si Galih main nih kerumah temennya. Bocah laki-laki. Haduuh" aku berbicara sendiri sambil berjalan menuju rak sepatu lalu menaruhnya dg rapi.
Sepi. Bunda dan Ayah sedang bekerja. Sedangkan Adikku Galih pergi bermain pastinya seusai pulang sekolah. Sudah menjadi kebiasaanya.
Setelah ganti baju aku beristirahat dg merebahkan tubuhku diatas ranjangku yg nyaman sekali. Dg nuansa kamar yg serba putih menambah kenyamanan, seperti surga disaat lelah bagiku. Aku mengambil hpku lalu membuka bbm. Kulihat RU dan ku geser ke atas. Aku berhenti menggesernya saat aku lihat kontak yg baru saja mengganti dp.
'Apa kamu masih belum tau, Dan ? Aku sudah mengagumimu semenjak aku masuk SMA, diawal kita masih duduk sebangku saat tes. Hingga akhirnya kita sekelas waktu kelas 11 ini. Apa aku bisa berlama-lama memendamnya sendirian. Aku kira ini takdir. Tp aku cuma wanita. Malu untuk bilangnya. Dani, kamu buta sekali ya ? Apa aku yg ga pandai ngode'
Hatiku berkata sendiri sambil melihat dp lelaki memakai seragam putih abu-abu sambil tersenyum ramah. Bodoh sekali aku bergumam didalam hati. Jelas saja dia tidak tau perasaanku ini."Mbak udah pulang dari tadi ?"
Karena kaget ada yg bicara tiba-tiba, hpku jatuh mengenai wajahku. Kebayang lahyaa smartphone lumayan berat mengenai wajah yg tidak cantik ini.
"Hahahahaa kasian banget sampe jatuh gitu, ngeliatin apaan sih mbak ?"
"Galih, ihh kamu tuh. Bikin kaget aja. Darimana baru pulang ? Aku bilangin Bunda loh ngeluyur terus kamunya."
"Aku kerja kelompok, Mbak. Ada tugas."
"Kerja kelompok apa main PS ?"
"Yaaaah kerjanya dikerjain kelompok tp aku main PS hahahaha"
"Kamu tuh inget udah kelas 3 SMP. Ntar lagi ujian akhir belajar yg bener jangan main mulu."
"Iyaa Mbak Bawel" Galih menutup pintu kamarku setelah mengataiku seperti itu.
"Yaa Allah ampun punya adik kek dia, berilah kekuatan kepada hamba dan berikan hidayah. Aamiin."Jam dinding menunjukan pukul 20.00 WIB aku masih berkutat dg PRku yg menurutku seabrek ini diatas meja belajar. Aku harus semangat tidak boleh ngantuk lebih dulu. Pada kenyataannya aku sudah menguap berulang kali.
Tok.. tok.. tok..
Suara pintu kamarku diketuk. "Mbak ? Bunda boleh masuk ?"
"Masuk aja, Bunda. Ga aku kunci ko."
"Masih ngerjain PR ya ?"
"Iyaa nih, Bun. Galih belum pulang ? Aku nitip roti bakar ga pulang-pulang."
"Bentar lagi paling udah pulang." Bunda duduk diranjangku sambil melihatku yg fokus mengerjakan PR.
"Bentar lagi mau ujian kenaikan kelas ya Mbak ?"
"Iya Bunda. Tp nunggu kelas 12 unas dulu baru giliran kelas 10 sama 11 ujian."
"Wah, berarti tidak lama lagi nih si Mbak jadi murid kelas 12 ?"
"Aamiin. Minta doanya ya Bunda, biar dilancarkan semuanya. Ini aja tugas mulai ngebut."
"Aamiin. Bunda sama Ayah pasti doakan yg terbaik. Trus udah buat rencana mau lanjut kemana setelah SMA ?"
"Sudah ko Bun. Tapi cukup membingungkan juga."
"Bingung knapa Mbak ?"
"Aku gamau kuliah. Aku mau jadi abdi negara."
"Abdi negara ? Polwan ?"
"Bukan, Bun. TNI."
Bunda terdiam sejenak. Lalu mengelus rambutku yg sebahu ini.
"Katanya dulu mau kuliah kesehatan ? Dokter atau perawat juga oke Mbak."
"Gita ga yakin seratus persen Bun."
"Yasudah nanti Bunda omongin sama Ayah yaa ? Yasudah kamu lanjut dulu PRnya. Bunda mau nonton tv."
"Iyaa Bunda." Aku mengangguk dan tersenyum sambil melihat Bunda berlalu pergi dari kamarku.
Ku tekan tombol kunci hpku. Dan ku usap layarnya. Terlihat wallpaper wanita-wanita berseragam doreng. Baru-baru ini sangat kagum dg wanita yg berpakaian seperti itu. Menampakan gagah, menandakan wanita tidak lemah. Wanita juga bisa. Ada dorongan dari dalam hati, aku ingin seperti mereka.__________________________________________________
"Permisi, Mas Feri ada Mbak ?" Tanyaku pada seorang cewe yg tidak lain teman sekelas Mas Feri.
"Tuh dek, duduk dibelakang. Masuk aja gapapa." Sambil menunjuk ke arah Mas Feri.
"Makasih. Permisi ya Mbak."
Aku berjalan menuju Mas Feri untuk memberikan deadline mading kemarin.
"Ehh Gita, sudah beres ?"
"Udah nih, Mas. Ini yg menurutku fix buat diterbitkan nanti."
"Yaudah nanti sepulang sekolah kita terbitkan bareng-bareng sama temen-temen yg lain. Langsung kumpul di mading aja yaa kabarin yg lainnya jangan lupa."
"Iyaa Mas beres deh."
"Lihat dong Fer, pasti ada puisi romantis yg misterius itu lagi." Tanya salah seorang teman Mas Feri yg duduk diantara 3 cowo itu. "Tuhkan, ada. Siapa yaa ini anak ? Udah 3 tahun dia ngirim beginian. Dek, kamu ga ada inisiatif buat nyelidiki siapa pengirimnya gitu ?"
"Oww, sorry Mas. Privasi. Setiap orang boleh berkarya kan. Bebas selama tidak mengandung unsur SARA." Jawabku pada cowo bername text Johan itu.
"Tapi kan ini puisi mengena banget dek. Semua anak tau kalo puisi ini ditujukan untuk seseorang tp orang itu ga ngerti dek. Bantuin kek jadi makcomblang. Fer, bantuin gih. Kasian nih anak."
"Halaah, sudah sini Joh. Kalo kamu mau, selidiki aja sendiri." Mas Feri mengambil secara paksa puisi misterius itu lalu memasukannya kedalam rak bangku bersama kertas lainnya.
"Kamu jadi cowo ko suka kepo gitu sih ? Pantes jomblo dua tahun hahaha" kata cowo lain yg bername text Arian.
"Percaya deh kamu yg anak paskibraka, item manis tinggi gagah banyak yg ngefans. Tp ga berani menyatakan cinta kepada Sara, padahal sekelas noh. Ecieee" ejek Mas Johan
"Ko kamu jadi ngeledek aku sih. Aku kan udah bilang aku ga ada rasa sama Sara."
"Hahaha Udah ahh kalian ga malu berantem kek anak kecil didepan adik kelas nih." Lerai mas Feri sambil terkekeh kecil.
"Hehehe, yasudah Mas aku permisi balik ke kelas dulu."
"Iyaa, Git. Makasih yaa."
KAMU SEDANG MEMBACA
KULEPAS DIA DEMI CINTA
RandomCerita ini masih berlatar dunia militer. Mengisahkan perjalanan cinta, impian disertai pengorbanan seorang lelaki merelakan wanita yg sangat ia cintai untuk bersanding dg lelaki yg lebih pantas dari dirinya. Kalo ada typonya mohon maaf yaa hehe. Jan...