Part 32

4.3K 266 0
                                    

Gita POV

Pagi ini seperti biasa aku berdinas, tidak lupa juga apel pagi setiap hari. Hari ini semua terasa berbeda ketika aku berjumpa dengan Mas Nando. Biasanya aku bersikap jutek tapi mulai hari ini aku melihatnya dengan senyuman di bibirku. Bagaimana tidak, karena ia sudah meyakinkan hatiku semalam di acara ulang tahunnya. Ia melamarku di hadapan semua orang bahkan kedua Orangtuanya dan Ayahku. Tidak perlu ajakan menjadi pacar, tapi ia membuktikannya dengan lamaran. Memang tidak terduga, yang ku tahu dia hanya mencintaiku.

"Apel selesai, bubar jalan.."

"Eheem... Ciyee yang kemarin dilamar..."

"Ntar lagi ada undangan nih... Siap-siap bos..."

Begitulah kata beberapa Bapak dan Ibu yang baru saja selesai apel yang menggodaku atas kejadian lamaran kemarin. Datanglah Mas Nando menghampiriku sambil tertawa karena orang-orang menggodanya.

"Sepertinya orang-orang udah ga sabar tuh menanti pernikahan kita. Hehehehe."

"Apaan sih, aku biasa aja tuh." Aku berpura-pura biasa. Mas Nando menyubit kedua pipiku.
"Aduuh, sakit Mas. Lepasin!"

"Kamu tuh selalu bikin jatuh cinta ya."

"Salah siapa yang suka jatuh melulu?"

"Salahku juga." Mas Nando melepaskan cubitannya.

"Aku harusnya minta maaf sama kamu, Mas."

"Buat apa?"

"Mungkin aku terlalu lama menutup hatiku buat kamu. Aku ngga pernah ngasih kesempatan dari dulu. Harusnya aku sadar. Tapi, .."

"Hei sudahlah. Kamu tidak pernah salah. Hanya saja kamu memang benar-benar butuh bukti. Aku membuktikannya. Akulah yang akan membahagiakanmu."

Aku tersenyum melihatnya, dan ku raih tangannya dan ku genggam erat-erat.
"Sekarang udah berani ya romantis-romantisan?" Ledek Mas Nando.

"Hehehehe. Aku belajar kan dari kamu."

"Hahahaha, kamu ini. Oiyaa, besok aku temani kamu ke makam Bunda ya? Aku juga ingin meminta izin pada Bundamu."

"Oke, yaudah aku mau ke lapangan tembak dulu. Hari ini aku harus ngelatih disana."

"Yasudah. Semangat Calon Istriku."
Aku tertawa mendengar ucapan dari Mas Nando barusan.


Hari menjelang sore, aku bergegas mengambil ranselku di ruangan. Ternyata Febi masih sibuk di meja kerjanya.
"Pulang pulaaang..."

"Iyaa ini bentar lagi mau selesai. Eh Git, akhirnya kamu dilamar juga sama Pak Letnan. Wkwkwks."

"Hehehe, udah ahh. Jangan ngeledekin terus. Semua orang pada ngeledekin aku hari ini."

"Ya jelaslah, kalian tuh selama ini udah di duga jadi pasangan serasi. Tapi kamunya aja yang ga peka sama Letnan. Eeh, ternyata dilamar langsung diterima. Bagus deh. Alhamdulillah. Hahahaa."

"Kamu tau ga selama ini yang ada dipikiranku apa?"

"Apa?"

"Aku ingin segera menikah. Aku ga mau main-main lagi."

"Yaa Allah, hahahahahaha. Tapi benar juga, liting kita udah pada hampir nikah semua, lah kamu? Di deketin Letnan tapi kamu selalu coba menampiknya."

"Hahahahaha, entahlah aku bodoh ya. Kamu sendiri gimana? Udah isi belum?"

"Coba tebak hayooo.."

"Kasih tau dong, Peb." Aku mendekati meja Febi.

"2 bulan nih." Ia mengelus perutnya.

KULEPAS DIA DEMI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang