Part 24

3.7K 250 2
                                    

Nando POV
"Ndo, anterin Kakak yuk."

"Kemana Kak?"

"Jalan-jalan sekalian liat-liat baju keponakanmu ini nih." Kak Feni mengelus perutnya yang sudah hamil delapan bulan. "Pliiis, Dek."
Kakak satu-satunya ini selalu pintar merayuku sebagai adiknya. Dengan memasang raut wajah yang lugu dan memelas itu.

"Hadeeh, iya deh ok. Kenapa ga kakak suruh pulang aja si Bang Aldi."

"Kalaupun bisa pasti dari tadi udah kakak suruh Dek. Orang dia lagi dilautan antah berantah malah disuruh pulang cepet."

Datanglah Papa sambil membenarkan lengan baju dorengnya.
"Ada apasih ribut mulu?"

"Nih Pa, Adek gamau antar aku jalan-jalan. Padahal ini permintaan cucu Papa."

"Udah anter aja, Ndo. Kasian kakakmu tuh kan ditinggal Aldi layar."

"Iya iyaa. Yaudah ayok. Padahal paling males ntar jalan sama kakak dikira aku calon ayahnya tuh bayi."

"Yesss, wait yaa. Kakak mau ganti baju sama ambil tas." Kak Feni beranjak dari sofa ruang tamu dan segera menuju kamarnya.

"Hitung-hitung refreshing, Ndo. Sebelum kamu berangkat layar kan. Siapa tau nemu cewe cantik nanti bisa dikenalin ke Mama Papa."

"Refreshingku cukup dengan tidur, Pa."

"Halaah, tidur mulu mana ada cewe yang datang. Mimpi doang yang ada. Kamu kalau sudah punya gandengan kenalin dong ke Papa sama Mama. Biar Papa sama Mama segera lamar itu wanita yang bisa menaklukan hatimu." Papa menepuk pundakku.

"Iyaaa nanti deh, Pa. Aku fokus dulu sama layar besok buat kenaikan pangkat."

"Papa harap sepulang layar nanti ada cewe yang kamu kenalin ke Mama Papa. Pasti ada kan. Yaudah Papa berangkat dulu, ada undangan di kantor kodam." Aku mencium tangan Papa.


Malam ini akupun menemani Kak Feni untuk jalan-jalan di salah satu pusat perbelanjaan di kota. Jangan heran dengan kakakku. Dia sangat gila belanja pakaian. Entah itu untuk dirinya sendiri atau orang lain.
"Dek ini bagus ga buat Bang Aldi?"

"Bagus sih. Tadi katanya beli baju buat bayi. Ko sekarang malah buat Ayahnya."

"Gausah rame. Mumpung diskonan tuh. Lagian ini good looking loh Dek."

"Terserah Kak Feni aja deh. Aku cari minuman dulu kak. Haus nih. Kakak mau juga ga?"

"Iyadeh. Kakak pengen float nih."

"Gausah macem-macem deh kak. Jus aja. Float ada sodanya ga bagus buat kandunganmu tuh."

"Sekali aja Dek."

"Ngga. Udah kakak pilih-pilih baju aja. Aku yang beliin minuman."

Aku meninggalkan Kak Feni yang sedang asik memilih-milih baju. Pilihanku jatuh pada kedai kopi. Aku membeli segelas kopi dengan ukuran medium. Setelah mendapatkan kopi, aku kembali melanjutkan tujuanku untuk mencari jus. Aku selalu peduli pada pola makan kakak ku ini semenjak ia hamil. Wajarlah, suaminya layar sudah empat bulan. Aku, Mama dan Papa yang selalu mengontrolnya sebab Kak Feni termasuk orang yang suka makan sembarangan. Meskipun ia suka kuliner tapi badannya tidak pernah terlihat gendut karena ia juga rajin olahraga.
"Mbak jus alpukat satu ya. Gula sama esnya dikit aja."

"Iyaa, Mas. Silahkan ditunggu dulu ya."
Aku mengamati suasana kedai makanan ini. Nuansanya klasik. Bahkan kedai ini ramai dengan anak muda yang sedang nongkrong atau hanya sekedar dinner. Namun pandanganku tertuju pada salah satu pasangan yang sedang asik ngobrol dan bercanda. Aku mendapati Arian dengan wanita yang sama seperti waktu itu. Bahkan mereka terlihat sangat romantis. Sesekali wanita itu menatap Arian penuh rasa sayang lalu mendekap lengannya dengan mesra. Aku teringat dengan Gita. Ia pernah melarangku mencampuri urusannya. Tapi entahlah, aku tidak bisa diam.

KULEPAS DIA DEMI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang