Part 27

4.4K 245 1
                                    

"Ayo, Ar. Kita kesana." Sarah berlari ke tepi pantai sambil bermain air laut yang datang menepi lalu kembali.

Aku teringat dengan Gita, disaat aku dan dia masih bersama. Ku lihat kalung yang dikembalikan Gita padaku, aku memakainya. Ku lepaskan kalung tersebut.

"Arian, lucu deh liat." Sarah berteriak lalu memperlihatkan bintang laut padaku. Aku tersenyum melihat wanita itu. Dengan tawanya yang lucu, Sarah selalu mencoba menghiburku. Seperti saat ini.

"Gita. Kata maafku mungkin tidak akan pernah cukup untukmu. Bahkan tidak akan mengembalikan hatimu yang sudah remuk karenaku. Aku memang tidak pantas untukmu. Aku harap kamu menemukan lelaki yang lebih baik dariku. Mulai sekarang, aku akan membiarkanmu pergi. Aku lepaskan dirimu. Meskipun cinta dihatiku tetap utuh buatmu. Gitaku." Kulemparkan kalung itu ke lautan. Biarkan kenangan itu terbawa oleh ombak dan akan menghilang dengan sendirinya.

"Ayoo, jangan diem aja. Hehehehe." Sarah menarik tanganku agar ikut bermain bersamanya dengan air laut di tepian pantai.

Gita POV
Sudah dua minggu aku putus dengan Mas Arian. Ia sudah tidak pernah memberiku kabar. Baik lewat telfon, sms atau media sosial lainnya. Jujur, saat ini aku masih susah melupakannya. Dialah cinta yg terindah. Kami pernah berjuang bersama, hal-hal romantis seperti puisi waktu kami SMA, bunga-bunga mawar dan kejutan lainnya. Semua itu telah menjadi kenangan dan harus aku buang jauh.

Ku lihat foto almarhumah Bunda yang tersenyum di dinding ruang tengah. Kakiku melangkah mendekati foto itu. Ingin rasanya Bunda ada disampingku saat ini. Memelukku, dan menguatkan aku yang terpuruk karena cinta. Cinta yang hampir menjadi milikku selamanya.

"Bundaaa... Gita terjatuh, terjatuh karena cinta lelaki itu. Gita sayang sama Mas Arian, Gita juga cinta tapi kenapa dia tega Bunda... Hati Gita sakit Bun.." Aku terisak sambil bersandar di dinding dekat foto Bunda.

"Mbak, sudah... Sabar." Ayah datang lalu memelukku.

"Hati Gita sakit, Yah. Sudah bertahun-tahun Gita setia. Mas Arian jahat, dia tega."

"Ayah tau, Mbak. Kamu pasti terluka, sudahlah kamu pasti bisa melupakannya. Jangan sedih."

Tokk.. Tokk.. Tokk... Suara pintu rumah diketuk. Ayah segera membuka pintu. Tidak berapa lama kemudian Ayah memanggilku.
"Gita, kesini Mbak. Ini ada Ibu dan Ayahnya Arian." Dengan pipi yang masih basah karena menangis, aku menemui tamu yang ada diruang tamu.

"Nduk, kamu nangis? Ya Allah." Ibu Mas Arian bertanya. Sebisa mungkin aku berhenti menangis lalu menghapus sisa air mataku.

"Duduk sini, Mbak."

Aku duduk disebelah Ayah.

"Ada maksud apa Ibu dan Bapak kemari?"

Ayah Mas Arian akhirnya buka suara.
"Jadi begini, Pak. Maksud kedatangan Saya dan Ibu Arian adalah untuk meminta maaf pada putri Bapak atas perlakuan putra kami."

"Iyaa, Pak. Saya berharap Gita memaafkan Arian. Dan saya juga berharap, agar Gita tetap mau menikah dengan Arian."

Mendengar perkataan Ibu Mas Arian, aku pun saling berpandangan pada Ayah. Ayah mengangguk padaku lalu tersenyum, pertanda Ayah mengijinkan aku sendiri yang menjawabnya.
"Ibu dan Ayah, Gita memaafkan semuanya ko."

"Alhamdulillah, Nduk."

"Tapi, maaf. Gita tidak bisa menerima harapan Ibu dan Ayah yang kedua. Gita tidak bisa menerima Mas Arian lagi. Mungkin, ada wanita yang lebih baik dari Gita. Gita juga ingin membuka hati untuk orang lain."

"Gita, Ibu selalu yakin. Cuma Gita wanita yang baik untuk Arian. Kalian sudah lama pacaran. Ibu dan Ayah sudah mengenalmu dan keluargamu juga, Nduk. Ibu mohon." Tangan wanita itu menggenggam kedua tanganku pertanda memohon.

KULEPAS DIA DEMI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang