Part 21

4.1K 251 0
                                    

Hari ini aku dan Mas Arian pergi ke sebuah pantai. Dengan mengendarai mobil yang dikemudikannya, kita sampai setelah perjalanan selama empat jam lebih.
"Wah, berasa liburan beneran nih. Uhuui." Aku segera berlari menuju tepi pantai. Bermain air dan mengabadikan pemandangan indah sekitar dengan kamera yang ku bawa.

"Kamu sibuk sendiri deh, Sayang." Mas Arian datang menghampiriku.

"Hehehehe. Maaf Mas. Yuk foto berdua."

Beberapa jepretan mengabadikan momen kebahagian kami ditepi pantai ini. Setelah puas berfoto aku menggandeng tangan Mas Arian lalu berjalan ditepian pantai bersama. Kami saling ngobrol sambil bercanda dan tertawa kecil namun riang.

Kriiingg... Kriiinggg... Kriiinggg...
Ponselku berbunyi tanda panggilan masuk. Segera ku ambil dari tas kecilku dan melihat siapa yang menelfon. Namun hanya sebuah nomor tanpa nama. Aku terima panggilan tersebut untuk mengetahui siapa dan perlu apa menghubungiku.
"Halo, Selamat Siang? Dengan siapa?"

"Kamu dimana?"

"Dengan siapa?"

"Fernan. Emmm, Nando." Aku kaget setelah tau nama penelpon ini.

"Siap, mohon maaf. Saya tidak tahu kalau ini nomer Letnan Fernan. Siap mohon ijin ada tugas apa Letnan?"

"Biasa aja, gausah formal gitu. Lagian ini nomer hp pribadiku bukan kantor. Dimana kamu?"

"Di pantai. Sedang menikmati weekend."

"Sama siapa?"

"Mas Arian."

"Arian? Pacarmu yang dulu itu?"

"Iya. Ada apa perlu apakah?"

"Yasudah kamu lanjutkan saja."

"Ta..pi.."
Tuuuttt... Tuuuttt... Tuuuttt...

"Dasar nih orang tetep aja ga berubah. Main tutup telfon sembarangan." Aku mendengus kesal. Mas Arian yang mendengar obrolanku segera bertanya.

"Letnan Fernan? Ada apa atasanmu menelfon lalu menutup sembarangan? Siapa dia?" Kami berhenti lalu duduk di tepi pantai. Karena Mas Arian sudah bertanya, akupun bercerita.

"Kamu ingat Mas Nando?"

"Nando? Fernan Aldo Al Farisi? Teman latian dulu itu."

"Yap, sekarang aku menjadi pendampingnya selama tugas latian dan dia yang memimpin. Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya. Entahlah kenapa dia tiba-tiba menelfon, tapi dapat nomerku dari siapa ya? Setauku dia tidak punya nomer hpku."

"Jadi, kalian satu tugas?"

"Iyaa. Dan dia tidak berubah. Orang itu aneh. Aah iya, Sabtu depan aku ada undangan pernikahan Pepeb. Datang sama aku ya, Mas?"

"Sabtu depan aku ada jadwal piket, Dik. Aku baru ingat. Gapapa ya kamu pergi sendiri? Atau sama rekanmu yang lain. Aku nitip salam saja."

"Yaaaah, yaudahlah aku pergi sendiri." Aku memanyunkan bibirku.

"Jangan manyun gitu. Kamu mau dicium? Hahahahahaa."

Aku memukul lengannya dengan manja.
"Ishh, ngga!"

"Hahahahaha. Jahat banget. Abis manyun sekarang keluar tanduk. Wkwkwkwkw. Dasar kamu itu, Dik. Selalu lucu." Mas Arian memelukku sambil mencium puncak kepalaku.
"I love you, Dear." Aku mendengar dengan jelas kalimat tersebut.

"And I love you so much." Aku tersenyum di dalam pelukannya. "Sampai kapan kita akan seperti ini? Aku berdoa yang lebih pada hubungan ini."

"Maafkan aku, Dik. Aku masih belum bisa menemukan jalan lain. Aku masih ingin bersamamu."

KULEPAS DIA DEMI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang