Part 9

4.5K 280 2
                                    

Minggu sore yg menyebalkan. Ternyata ban sepedaku bocor. Bagaimana kalo begini ceritanya ? Bisa-bisa aku telat latian. Aku sudah memakai sepatu dan siap untuk berangkat. Beruntung Galih sudah pulang dari latian renang.
"Dek, anterin Mbak yaa ?"

"Kemana ? Baru aja sampe Mbak."

"Ban Sepedaku bocor tuh. Aku mau latian. Anter dong."

"Jalan kaki aja deh hitung-hitung pemanasan."

"Yaa Allah dek, tega kamu sama aku. Ayo ihh buruan anterin keburu telat."

"Haduuh, iya iyaa ayo dah."
Akupun diantar Galih menuju tempat latian. Syukur latian belum dimulai. Ku lihat mas Arian sudah sampai juga.

Aku turun dari sepeda motor. Beberapa anak melihat aku dan Galih yg baru sampai.
"Udah sana pulang. Ehh iya tolong bawa sepeda motorku ke tukang tambal ban ya ?"

"Males ahh Mbak. Tadi kenapa ga sekalian dibawa ?"

"Mbak takut telat. Yaudah kalo kamu gamau bawa gapapa. Biar aku aja ntar pulangnya."

"Balik dulu Mbak."

"Hati-hati."
Aku berjalan menuju gerombolan teman-teman baruku itu. Aku meletakkan tas dan helmku. Baru saja duduk sudah ada yg komentar.
"Dik, itu tadi siapa ? Pacarnya ? Tumben dianter pacar ?"

"Hehehe, bukan Mas. Itu adek aku, ban sepedaku bocor jadi minta anterin." Aku menjawab pertanyaan Mas Bima.

"Kirain pacar, Dik. Ntar pulang aku anterin aja gapapa. Ya ?" Mas Ghani mulai sambil mengerlingkan matanya. Aku melihat mas Arian dia nampak menatapku dengan tatapan yg sepertinya memberitahu agar aku menolak tawaran mas Ghani.

"Emmm, ngga usah deh. Nanti aku bareng Mas Arian aja." Akupun terpaksa beralasan.

"Yaelaah, Mas Ghan, aku juga mau dianter pulang." Kata Mbak Citra

"Minta jemput sama pacarmu si polisi itu tuh. Sekalian bawa mobil patroli biar cepet nyampenya."

"Syirik banget, orang buaya jomblo ga enak hati. Huuu."
Mas Ghani dan Mbak Citra berantem seperti anak kecil. Tidak berapa lama Pak Santoso datang dan latianpun dimulai.

Seusai latian beberapa anak berencana untuk mampir ke kedai jus yg letaknya tidak jauh dari tempat kami latian. Karena aku tidak bawa motor jadi aku terpaksa menolak ajakan.
"Dik, mas anterin aja gapapa. Biar tau rumah kamu dimana. Kan bisa jemput kalo latian." Lagi-lagi Mas Ghani.

"Emmm, gimana ya ?" Aku bingung. Aku juga tidak minta jemput Galih. Tidak mungkin kalau pulang jalan kaki.

"Git, ayok pulang. Mamamu sms aku nih suruh nganterin kamu pulang."

"Haaa ? Apa ? " Aku seketika menoleh ke Mas Arian yg sibuk dengan hpnya. Mas Arian di sms Bunda ? Sejak kapan ? Bunda aja ngga kenal.

"Gita, ayoo !" Kali ini Mas Arian memanggilku dg tatapan yg serius dan nada yg sedikit tinggi. Aku tidak berani menolaknya.

"Iyaa, Mas. Hmmm, Mas Ghani maaf ya aku dianter sama Mas Arian aja. Permisi." Aku langsung menuju Mas Arian yg sudah menghidupkan mesin motor klxnya tanpa menghiraukan Mas Ghani. Lalu naik diboncengannya.

Bruumm... Bruuummm.. Brooomm...

Baru kali ini aku melihat Mas Arian berkendara ngebut. Aku sedikit was-was.
"Mas Ar, jangan ngebut dong. Takut nih." Aku sedikit berteriak agar Mas Arian bisa mendengarnya.

"Makanya pegangan." Apaa ? Pegangan ? Motornya saja model klx aku mau pegang apaa ??? Dibelakangku tidak ada pegangannya. Aku pun memegang pundaknya. Tiba-tiba dia minggir disamping jalan lalu menghentikan mesin motornya.

KULEPAS DIA DEMI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang