Aku turun dari mobil bersama Mas Nando. Aku mengenakan kebaya modern dengan model sederhana berwarna merah marun, senada dengan warna baju batik Mas Nando. Tidak lupa high heels dan tas merk givenchy warna hitam.
Ku rangkul tangan kiri Mas Nando dan kami melangkah menuju halaman rumah Mas Arian yang sudah terpasang dekorasi pernikahan secara tertutup. Ini adalah acara resepsi dari mempelai laki-laki. Baru saja datang aku sudah disambut oleh adik Mas Arian, Diana.
"Mbak Gita?""Eehh, Diana? Aduh, kamu udah dewasa aja." Diana memelukku.
"Mbak Gita makin cantik deh. Hehehehe."
"Ihh apaan? Cantikan kamu. Udah ABG sekarang."
"Mbak, suaminya Mbak Gita?" Diana melirik Mas Nando.
"Masih tunangan. Kenalin dia Mas Nando." Mas Nando menjabat tangan Diana sambil tersenyum.
Tak berapa lama kemudian datanglah Ibu dan Ayah Mas Arian.
"Gita? Yaa Allah Gitaaaa..." Ibu Mas Arian memelukku. Aku mengusap punggungnya. Ku rasakan bahuku basah, nampaknya Ibu Mas Arian menangis."Ibu, kenapa menangis?" Aku mengusap air matanya yang jatuh menetes diatas riasan make up wajah seorang Ibu yang cantik.
"Ibu kangen sama kamu, Gita. Maafkan Ibu dan Ayah ini yaaa." Ucapnya sambil sesenggukan.
"Sudah, Bu. Ndak ada yang salah." Aku mencium tangan Ayah Mas Arian.
"Ibunya Arian belakangan sering nanyain kamu melulu. Lagi repot-repotnya ngurusin pernikahan ya gitu nangis ke ingat kamu, Git."
Aku hanya terdiam sambil tersenyum mendengar penjelasan Ayah Mas Arian.
"Gita, dia siapa?" Ibu Mas Arian melirik Mas Nando yang berdiri di sampingku."Emmm, Bu. Perkenalkan ini Mas Nando. Tunangan Gita. Mas, ini Ayah dan Ibu Mas Arian." Mas Nando segera menjabat tangan kedua Orangtua Mas Arian.
"Kamu... Kamu tunangan Gita?" Tanya Ibu Mas Arian.
"Iyaa, Bu. Minggu lalu tepatnya." Ibu Mas Arian pun kembali menangis mendengar jawabku. Aku bingung melihatnya dan harus berbuat apa.
"Sudah, Bu. Sudaah." Ayah Mas Arian menenangkan istrinya itu. "Jangan nangis terus diliat tamu tuh."
"Yah, Gita harusnya dulu udah dilamar sama Arian. Harusnya sudah sama Gita."
"Ibu, ga boleh bilang gitu. Ini hari bahagia Mas Arian. Mas Arian bahagia dengan pilihannya, Gita juga begitu Bu."
"Gitaaa... Maafin Arian yaa..."
"Iyaa, Bu. Gita udah maafin kejadian yang dulu. Ibu gausah nangis. Sudah, Bu." Aku mengusap tangan Ibu Mas Arian.
"Gita, kamu duduk aja dulu disana. Biar Ayah sama Diana yang nenangin Ibu."
Aku segera mencari tempat duduk di dekat pelaminan dengan Mas Nando. Kami menemukan beberapa kursi kosong disana dan segera kami tempati.
"Nampaknya dulu kisah kalian dalam sekali." Kata Mas Nando."Ayah dan Ibu Mas Arian sangat baik padaku. Aku batal di lamar, mereka datang ke rumah minta maaf. Aku gatau, Mas. Apa yang salah denganku."
"Kamu tidak pernah salah. Jangan menangis. Ingat." Ia menggenggam tangan kananku lalu tersenyum.
Nampaknya sang pengantin masih di dalam. Aku dan Mas Nando menunggu sambil bercakap-cakap. Tak lama kemudian aku bertemu dengan kawan-kawan latihan di Pak Santoso dulu.
"Mas Nando? Loh, ini kan Gita?"
"Mas-mas sama Mbak-Mbak datang juga."
"Kalian toh. Apa kabar?" Kami saling menjabat tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KULEPAS DIA DEMI CINTA
RandomCerita ini masih berlatar dunia militer. Mengisahkan perjalanan cinta, impian disertai pengorbanan seorang lelaki merelakan wanita yg sangat ia cintai untuk bersanding dg lelaki yg lebih pantas dari dirinya. Kalo ada typonya mohon maaf yaa hehe. Jan...