Part 36

5K 328 12
                                    

Seluruh tamu undangan sudah memenuhi gedung. Proses upacara pedang pora segera dilaksanakan. Aku mengenakan gaun berwarna biru tua dengan kain menjuntai kebelakang dengan model sederhana dan mewah. Riasan yang sudah dipoles sedemikian rupa hingga aku merasa seperti putri yang cantik dan sanggul berhiaskan mahkota sederhana. Sedangkan Mas Nando mengenakan seragam PDUnya lengkap dengan topi pet, sepatu hitam mengkilat dan sarung tangan putih.



Aku merangkul tangan kiri Mas Nando. Kami berjalan memasuki formasi gapura pedang atau lorong pedang sebagai tanda penghormatan kami akan memasuki kehidupan berumah tangga. Saat kami masuk formasi berubah menjadi gapura kehormatan yaitu penghormatan militer oleh prajurit kepada kami saat memasuki formasi tersebut sebagai tanda kehormatan kami akan berumah tangga. Formasi selanjutnya adalah payung pura yaitu formasi lingkaran yang berbentuk payung pedang setelah Mas Nando laporan kepada Inspektur Upacara, hal itu merupakan lambang penghormatan kepada kami yang memasuki kehidupan berumah tangga sekaligus melaksanakan Ikrar Wirasatya oleh kedua mempelai.




Ikrar Wirasatya adalah suatu pernyataan janji setia yang diucapkan kedua mempelai secara simbolik disampaikan oleh pembawa sajak, yang menggambarkan bahwa Perwira, Bintara dan Tamtama selaku suami dituntut tanggung jawabnya dalam berumah tangga, demikian pula sang istri dituntut pengertiannya sebagai istri prajurit dan ibu rumah tangga untuk ikut serta mendorong atas kesuksesan tugas suami dalam pengabdiannya kepada TNI Angkatan Laut.


Peresmian dan penerimaan mempelai wanita menjadi keluarga besar TNI Angkatan Laut sebagai anggota Jalasenastri, dilaksanakan oleh Inspektur Upacara kepada mempelai wanita dengan ditandai penyerahan pakaian seragam Jalasenastri. Akupun sudah resmi menerima seragam berwarna biru tersebut. Dan kini aku resmi menjadi seorang Jalasenastri tidak hanya sebagai tentara saja.





Acara demi acara telah kami lewati dengan penuh hikmat dan sakral. Semua tamu undangan bersalaman padaku dan Mas Nando sebagai pengantin yang tengah berbahagia.






Arian POV

Aku hanya bisa menyaksikan Gita sedang bersanding dengan lelaki yang lebih pantas daripada aku. Tidak berguna jika aku menyesal sebab kini aku sudah menemukan tambatan hatiku yang sesungguhnya. Meskipun aku dulu sangat susah melupakan Gita. Mungkin sampai kini aku masih belum bisa walaupun Sarah sudah hadir dikehidupanku sebagai pendamping hidup.



Kebahagiaanku kini bertambah juga, karna Sarah tengah mengandung anakku. Kehamilannya memasuki usia satu bulan setengah.

"Ayo, kita salaman dulu sama pengantinnya." Ajak Fajar membuyarkan pandanganku ke arah kedua mempelai itu.

"Yuk, Mas." Sarah menggandeng tanganku. Aku, Sarah, Fajar dan istrinya segera mengantri untuk mengucapkan selamat kepada kedua orang yang tengah berbahagia di pelaminan tersebut.


Kini tiba giliranku.

"Selamat, Dik." Aku mengulurkan tanganku kepada Gita. Disusul senyumku sebagai tanda ikut berbahagia.

"Mas Arian... Terimakasih."

"Semoga kamu bahagia dan kalian bersama hingga maut yang memisahkan."

"Aamiin..." Ku pandangi kedua matanya yang masih sama seperti dulu. Wanita yang pernah membuat jatuh hati. Jatuh sejatuh-jatuhnya. Wanita yang sangat ku perjuangkan diantara untaian kata-kata puisi indahku dulu.


Aku bergeser mengucapkan selamat kepada Mas Nando.

"Selamat, Bang. Semoga kalian bahagia." Kami berjabat tangan.

"Makasih, Ar."

"Jaga Gita, Bang. Kamu beruntung bisa dengannya."

"Lebih dari beruntung." Mas Nando menepuk bahuku lalu tersenyum. Aku segera berlalu dari hadapan mereka, namun aku menyempatkan melirik Gita. Ia juga melihatku dengan tatapannya yang menenangkan hatiku.


KULEPAS DIA DEMI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang