Part 6

4.7K 343 3
                                    

Hari ini ada jadwal latian psiko. Aku pun segera menuju kerumah Pak Santoso. Tanpa Mas Arian.
"Dik Gita, Arian kemana ?" Tanya Mas Bima
"Dia fokus belajar Mas, minggu depan kan Unas."
"Pantesan Citra, Widi sama Rizal ga keliatan juga." Mas Ghani yg baru datang tiba-tiba duduk disebelahku sambil senyum-senyum sendiri.
"Knapa Mas Ghani senyum-senyum sendiri ?"
"Gimana ga senyum-senyum, ada bidadari manis disebelahku." Jawabnya dengan tampang sok manis.
"Huuuu, omonganmu coy." Timpal Mbak Rere sambil melemparkan penghapus.
"Ehh, kamu diam ya kamu bukan bidadari."
"Kalo ngomong, dulu aku juga pernah bening kek dia loh. Inget !"
"Sekarang kamu butek kena panas Re. Kalo Dik Gita sih meskipun hitam pasti tetap manis." Aku berdiri lalu pindah duduk disebelah Mas Bima.
"Syukurin, bidadarinya pindah kelain kahyangan. Hahahahahaa" jawab Mbak Rere sambil tertawa.

Kamipun mulai latian bersama, aku sedang berlatih menggambar pohon sambil diamati oleh Pak Santoso. Lalu ada sebuah mobil masuk kedalam halaman rumah Pak Santoso yg luas. Keluarlah seorang lelaki memakai seragam coklat, sepatu pdh mengkilat, potongan gundul dan memakai cevron. Dia berbadan tegap dan tinggi, ia berjalan menuju gazebo tempat kami berlatih.
"Assalamualaikum, selamat malam Pak ?" Dia berkata lalu hormat kepada Pak Santoso.
"Waalaikumsalam, sangar sekali kamu. Ndo, Nando." Pak Santoso bersalaman dengan laki-laki yg baru kutahu namanya Nando lalu memeluknya.
"Wiih, Mas Nando keren. Tambah sip kamu mas." Ujar Mas Dedi
"Iyaa Mas Ndo, Maria juga mau lah kek Mas Nando."
"Hahaha makanya latian yg bener. Bapak bagaimana kabarnya ?"
"Baik, Ndo. Kamu gimana ? Sudah jadi koptar saja kamu."
"Hehehe, Alhamdulillah Pak."
"Ayo kedalam, ke Ibu sana. Biar dibuatin minuman." Ajak Pak Santoso
"Bentar ya, nanti aku kesini lagi."
"Iyaa Mas Ndo, bagi-bagi motivasi ke kita."
"Siaap." Penyakit kepoku kumat. Aku pun bertanya pada Mbak Rere.
"Mbak, dia siapa ?"
"Ohh itu namanya Fernan Aldo Al Farisi. Dipanggil Mas Nando. Dia dulu ikutan latian disini. Dia masuk di akademi angkatan laut. Pangkatnya sudah koptar. Dia baik banget, Dik. Kalo lagi cuti atau pesiar atau sempat pulang dia selalu kesini. Inget sama teman-temannya. Sebenernya banyak sih yg udah jadi, tapi dia itu beda baiknya." Aku hanya mengangguk saja. Sambil melihatnya pergi masuk ke dalam rumah Pak Santoso.

__________________________________________________
Hari Sabtu telah tiba, sepulang sekolah teman-teman Hits Soul mulai merancang mading baru untuk di publish. "Ki, aku base camp ya. Ada artikel yg mau aku pinjem soalnya." Aku beralasan pada ketuaku.
"Iya udah, tolong bersihkan base campnya ya Git. Aku lupa nyapu tadi pagi pas kesana."
"Okee, Ki. Tenang aja." Aku berlari menuju base camp. Aku buka lemari tempat menyimpan bahan-bahan mading yg sudah lama di publish. Kami tidak pernah membuangnya. Kami selalu mengumpulkannya dg rapi dan baik.
"Ketemu." Ku lihat tumpukan kertas dg bendel berjudul Puisi Karya Siswa (published). Aku buka lembar demi lembar. Ternyata sudah tertata rapi sesuai dengan penulisnya. Dan akhirnya aku menemukannya. Penulis itu. Pengirim itu. L F G.
Lumayan banyak puisi karyanya. Wajar saja karena semenjak ia mengirim karyanya dari awal sudah menjadi buah bibir siswa yg mampir membaca mading. Kata-katanya yg romantis dan misterius. Aku membawanya. Tidak lupa kurapikan kembali lemari yg sudah kubuka dan sedikit ku acak-acak. Lalu menyapu base camp.

Pulang sekolah seperti biasa, aku mampir kerumah Airin.
"Gimanee ? Udah dapat lu puisinya ?"
"Udah Rin. Lumayan banyak sih. Terhitung semenjak dari awal aku ikutan Hits Soul."
"Udeh 2 tahun dong."
"Yappp, kamu bener." Lembaran-lembaran kertas itu memiliki background yg sama yaitu bunga mawar.
"Gini yee kalo orang lagi jatuh cinte backgroundnye aje mawar. Knape kaga popeye atau spongebob gitu ?"
"Kamu kira ini mading anak SD."
"Ohh Gita yg main. Kedalam sono pan lebih enak adem Rin." Om Agus datang dengan pakaian casual tapi rapi.
"Om Agus ko rapi amat. Mau kemana Om ?"
"Ini nih mau kerumahnye saudara ame Mamanya Airin."
"Airin, kamu ga ikut ?"
"Ntar sore gue ade jadwal bimbel. Yaudeh gue kaga ngikut. Gue juga belum packing buat senin besok liburan ke puncak."
"Airin, kamu dirumah aja yaa ? Mama sama Papa kerumah Bu Dhe Rima. Nanti kalo berangkat bimbel jangan lupa kunci semua pintu. Mama sama Papa paling pulang jam sembilan malam." Tiba-tiba Tante Yuni datang sambil merapikan jilbabnya. "Gita, Tante sama Om pergi dulu ya ?"
"Iyaa hati-hati Om Tante." Mereka tersenyum lalu masuk kedalam mobil. Aku dan Airin masih melihat mobil itu sampi keluar dari halaman rumah Airin.

Aku pun kembali membaca lembaran demi lembaran puisi yg masih tergeletak diatas meja. Aku baca dalam hati.

Tak masalah harus menahan perasan ini seribu atau selama-lamanya
Kau tetap penantianku
Dan tak akan ku relakan kau pada siapapun
Terkecuali aku seorang

Pada lembar yg lain

Kamu tidak buta, tidak pula tuli
Hanya aku yg bodoh
Pengecut !
Nyaliku seujung kuku ketika berjumpa kamu
Kenapa tidak aku nyatakan saja ?
Aku hanya tau namamu
Tidak lebih tentang hatimu

Pada lembaran yg lain

Bersabarlah pujaanku
Entah lama atau sabar penantianku ini
Cepat atau lambat aku tetap tertahan dengan rasa yg masih sama
Sama seperti kemarin
Yg ku jaga sampai waktu kan datang
Datang tuk nyatakan padamu

Begitulah isi beberapa bait puisi yg kubaca pada lembaran kertas-kertas itu. Penantian. Memendam. Apa maksud semuanya ?
"Kalo saran gue nih yee, elu jangan GR dulu. Nih puisi kan rada ambigu gitu yee maksudnye ape buat siape. Emang nih orang lagi jatuh cinte tapi kaga berani ngomong. Iyee kalo si Mas Arian yg kirim kalo bukan ? Behh berabe dong. Bisa aje kalo Mas Arian ntuh disuruh ame temen. Kan bise ajee." Airin menjelaskan.
"Bener kamu, Rin. Aku ga boleh GR. Yaa Allah, jangan sampe aku GR jangan jangan jangan !"
"Kalo semisal ntuh emang Arian trus puisinye buat elu, gimane Git perasaan elu ?" Tanya Airin yg langsung membuatku bingung
"Bingung aku, Rin. Ga tau harus gimana. Yg jelas selama ini aku ga pernah dekat sama dia. Yaa baru minggu-minggu kemarin aja kan."

__________________________________________________
Huh, senangnya besok liburan ke puncak bersama teman-teman sekelas. Aku sudah menyiapkan tas ransel yg kuisi dengan pakaian-pakaianku untuk 3 hari kedepan. Lalu slingbag untuk keperluan tempat barang-barang yg wajib dibawa kemana-mana, tidak lupa juga dengan kamera.
Kliingg... kluunggg...
Hpku berbunyi. Ku ambil di atas meja riasku lalu kulihat siapa yg mengirim sms.

Arian :
Dik Gita sudah tidur ? Ini Mas Arian pake nomer yg satunya. Aku off sementara di sosmed.

Mas Arian ? Tumben sms. Sudah jam sembilan bukannya besok dia ujian nasional ? Hmm anak ini. Ku balas saja smsnya.

Gita :
Belum Mas. Habis packing besok aku liburan ke puncak sama teman sekelas selama tiga hari.

Arian :
Ko ga bilang sama aku ? Sudah selesai packingnya ? Siapin bener-bener jangan lupa bawa sweater atau jaket apapun yg bisa bikin hangat. Dipuncak dingin kalo malam.

Gita :
Sudah beres Mas. Tenang ajaa😊 ga usah khawatir. Mas Arian kenapa belum tidur ? Besok kan ujian.

Arian :
Ga bisa tidur nih. Mikirin besok gimana ya. Minta doanya biar besok lancar selama tiga hari 😊😊

Gita :
Pasti aku doakan. Jangan lupa berdoa Mas. Semangaatt😉

Arian :
Hehe siapp, terimakasih Dik Gita😊😊
Yaudah kamu tidur biar besok ga kesiangan.

Gita :
Yeeee, kamu tuh tidur besok kan Unas. Good night Mas Arian 😊😊

Arian :
Hehehe. Good night too😊😋

Aku senyum-senyum sendiri melihat balasan terakhir Mas Arian. Kenapa aku jadi sedekat dan sebahagia ini dengannya. Apa aku jatuh cinta dengannya ?

●♡●♡●♡●♡●♡●♡●♡●♡●♡●♡●♡●♡●♡●♡●♡●♡●♡
Jangan lupa vote dan komentar ya readers. Vote dan komentar kalian adalah penyemangat dan inspirasi 😊😊
Terimakasih.

Salam Penulis.

KULEPAS DIA DEMI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang