Part 31

4.2K 293 0
                                    

"Mohon ijin Bu Sertu Gita, saya ingin menanyakan tentang laporan siswa atas perintah Serka Basri."

"Anggota baru ya? Siapa namamu?"

"Siap. Saya Serda Ninda Jihan Prastiwi."

"Biar saya lihat dulu laporan yang belum jadi. Kamu bawa kan?"

"Siap, silakan." Anggota baru ini memberikan sebuah map berisi lembaran-lembaran kertas di dalamnya.

"Yasudah, ini saya bawa dulu. Nanti saya serahkan sendiri ke Serka Basri."

"Siap, mohon ijin permisi, Bu." Ia hormat padaku, lalu pergi meninggalkan mejaku.

Tak berapa lama kemudian Mas Nando datang keruanganku dan menghampiriku.
"Selamat pagi Letnan." Aku memberikan hormat. Begitu juga Febi.

"Pagi."

"Ada tugas yang bisa saya bantu, Pak?"
Mas Nando hanya menggelengkan kepala.
"Terus?"

"Gapapa, aku cuma pengen kesini. Mastiin aja."

Aku melirik Febi yang menahan tawa.
"Mas, plis deh. Ini jam dinas loh. Nanti kan pulang bareng bisa bercanda."

"Tapi aku nanti ga bisa antar kamu pulang, ada rapat sama kapten sampai malam. Kamu pulang bareng truk gapapa kan?"

"Oh, yasudah."

"Gitu aja jawabannya? Huh."

"Terus apa lagi? Udah ah, kalo ga ada yang mau diomongin lagi mending kamu balik ke ruanganmu. Sana gih!"

"Beraninya kamu ngusir Letnan, atasanmu loh ini." Mas Nando duduk di depanku sambil membenarkan kera seragamnya. Aku segera menarik tangannya dengan paksa dan menyeretnya keluar ruangan.
"Eeeehh, apa-apaan nih. Santai Bu sersan." Aku tidak menggubris Mas Nando dan Febi yang tertawa melihat tingkahku.

"Iya, aku nanti pulang sendiri. Dengan rasa hormat Letnan lebih baik kembali keruangan." Aku tersenyum paksa.

"Aku kan cuma kangen sama kamu. Besok jangan lupa datang kerumah ya. Bawa kado yang spesial. Oke?" Mas Nando mengerlingkan mata kanannya. Aku hanya menatapnya sinis.

"Eheem... Eheem.." Tanpa kami sadari ternyata ada Kapten datang.

"Selamat pagi, Pak." Aku dan Mas Nando segera hormat padanya. Aku sedikit was-was takut beliau marah dengan sikap kami baru saja yang bercandaan.

"Kalian ini emang cocok. Benar kata anggota yang lainnya. Hehehe. Segera pengajuan nikah yaa?" Kapten menepuk pundak Mas Nando sambil berlalu pergi melewati kami berdua.

"Siap, Pak."

Apa ? Ku kira Kapten akan marah. Ternyata ia malah membuat Mas Nando semakin bersemangat mengerjaiku.
"Tuh, dengar sendiri kan. Kapten aja setuju sama kita."

"Ga tau deh. Udah sana." Aku kembali keruanganku dengan wajah sebal. Febi hanya tertawa melihat keadaanku.

"Haduuh, kalian tuh lucu tau. Kek anak SMP yang lagi cinta monyet. Hahahahaa." Celetuk wanita yang ku panggil Pepeb itu.

Sepulang dinas aku memutuskan untuk naik angkutan umum saja, karna aku berencana mencari kado untuk ulang tahun Mas Nando esok. Aku pergi ke suatu pusat perbelanjaan sendiri. Setelah mendapatkan kado aku mampir ke sebuah toko pakaian.

"Eeh, maaf ya." Tidak sengaja aku menyenggol seorang lelaki berkaos hitam dan bercelana jeans santai selutut.

"Iyaa gapapa. Loh, Sersan Gita?"

Ternyata lelaki tersebut adalah Mas Fajar, teman seliting Mas Arian.
"Mas Fajar? Apa kabar?" Kami bersalaman.

"Baik, Bu. Kamu sendiri?"

KULEPAS DIA DEMI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang