Part 18

4.1K 255 1
                                    

Arian POV

"Dan, lamaran ini bisa dilakukan kalo kamu tidak menjadi seorang TNI. Kamu pasti sudah tau kan peraturan pernikahannya seperti apa. Tidak mungkin aku menikahi seorang atasan. Aku minta sama kamu, aku mohon tinggalkan cita - citamu yg satu itu. Masih ada pilihan yg lain kan ?" Terdengar sekali aku memohon pada Gita. Tidak lain karena aku serius padanya.

"Mmmm, gimana ya ? Aku ngomong dulu sama Ayah, Mas. Gimanapun juga Ayah harus ikut ambil keputusanku. Dan mengenai cita - cita, akan ku pikirkan lagi." Nampaknya dia ragu pada keinginanku. Tapi sebisa mungkin ku tepis pikiranku. Jawabannya wajar sebab Orang Tua adalah tempat paling benar untuk mencari jawaban apalagi Gita adalah seorang wanita.

"Baiklah, tidak apa-apa."

Setelah terjebak macet akhirnya mobil kami melaju lancar. Dan tidak lama kami sampai dirumah Gita. Setelah berpamitan pada Ayah Gita, lalu aku berpamitan pada Gita untuk segera pulang.
"Berarti besok kamu ga mudik ya ?"

"Ngga Mas. Keluarga Ayah kumpul disini. Mungkin besok lusa baru ke keluarga Bunda."

"Yaudah kalo gitu besok aku kesini sore aja deh. Aku pamit ya, Dik."

"Iyaa hati-hati, Mas."

"Eh tunggu..." Aku turun dari sepeda motorku lalu melepaskan helm yg sudah ku pakai. Ku hampiri Gita yg tengah berdiri tidak jauh dariku. Lalu kucium keningnya. Ia nampak sedikit kaget.
"Terimakasih untuk hari ini. Rinduku terbayar bisa bertemu denganmu. Aku sayang kamu, Git."

"Aku juga sayang kamu, Mas." Ia tersenyum padaku setelah mendengar perkataanku yg jujur ku ungkapkan dari dalam hati. Aku kembali memakai helmku lalu menyalakan mesin sepeda motorku dan segera melajukannya pulang ke rumah.

"Hati-hati dijalan ya, Mas." Aku mengangguk melihat Gita yg melambaikan tangannya padaku.

__________________________________________________
Takbir menggema pagi ini. Hari ini adalah Hari Raya Idul Fitri. Aku dan keluarga melaksanakan sholat di masjid yg tidak jauh dari rumah kami. Setelah sholat kami saling meminta maaf.
"Bu, Yah. Maafin Arian kalau ada salah. Arian minta doanya biar dilancarkan pendidikannya." Aku memeluk Ibu dan Ayahku sembari menetes air mataku.

Kurasakan tangan Ibuku mengelus punggungku dengan lembut.
"Iyaa, Bang. Ibu maafin. Ibu minta maaf juga yaa. Ibu selalu doakan yg terbaik buat anak laki-laki kebanggaan ini."

"Ayah juga Bang. Semoga sukses dg cita-citamu."

"Diana minta maaf ya Bang kalo ada salah."

"Iyaa Dek. Abang maafin ko."

Setelah bermaaf-maafan kami langsung bersiap-siap untuk menuju rumah kakek dan nenek dari Ibu yg tidak jauh dari kota kami. Sementara kakek dan nenek dari Ayah sudah tiada. Saudara Ayah ada dua. Biasanya mereka yg datang kerumah karena Ayah adalah kakak tertua.

Gita POV
Betapa senangnya rumahku sekarang ramai. Sanak saudaraku berkumpul disini. Hanya saja mbah dari Ayah dan Bunda sudah meninggal lama sekali. Jadi yg berkumpul biasanya adik dan kakak dari Ayah dan Bunda. Ada juga tante dan om yg berniat bermalam. Makanan dimeja rumah cukup banyak sebagai camilan dan hidangan tamu.
"Gimana Git ? Calon kowal nih. Hebat kamu." Kata Om Edo adik Ayah yg kebetulan juga seorang TNI AL berpangkat serka.

"Hehehehe. Doain ya Om. Seminggu lagi pantukhir. Kalo Gita lolos, Gita bersyukur sekali."

"Lolos ko Dek. Kamu apasih yg kurang. Udah cantik, fisik juga mumpuni." Kata istri Om Edo, Mbak Nia.

"Biar ada lah keluarga besar kita yg jadi Kowal. Ya kan ?" Dukung Bu Dhe Ratna Kakak tertua dari Ayah.

"Bener tuh. Jadi pacarnya apa nih ? Pasti perwira ya ?" Aku sedikit kaget ketika Om Edo bertanya.

KULEPAS DIA DEMI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang