Part 15

4.4K 289 0
                                    

Malam ini Mas Arian main kerumahku dg kepala yg sudah gundul tanpa rambut sedikitpun. Sekalian berpamitan pada Ayah dan Galih karena besok dia akan berangkat ke secata untuk memulai pendidikannya.
"Sebenernya aku pengen nganter kamu Mas." Rengekku padanya.

"Kamu besok sekolah, jangan maksa deh. Sebulan lagi kamu mau unas, Dik."

"Aku punya permintaan Mas. Kamu mau ga nurutin aku ?"

"Selama ga aneh-aneh aku turutin."

"Keliling sebentar dong bonceng pake motormu itu." Aku menunjuk motornya yg parkir dihalaman rumah. Dia mengangguk tanda mengabulkan permintaanku.

Aku mengambil jaket dan helm. Lalu aku naik diboncengannya.
"Kemana nih ? Tujuannya ga jelas."

"Pokoknya jalan aja, terserah kemana."

Bruumm.. Bruumm.. Brooommm...
Motornya melaju dg kecepatan standar. Di jalan ia hanya fokus ke depan melihat jalan. Aku melingkarkan tanganku dipinggangnya. Ku sandarkan kepalaku di pundak kanannya. Aku pasti akan rindu dg kita yg seperti ini. Berharap waktu berhenti sejenak. Tapi itu mustahil. Dia yg kucinta dan kusayang besok sudah memulai perjuangannya. Tinggal aku sendiri yg masih bertahan menanti perjuanganku. Entah kenapa aku tiba-tiba menangis. Mas Arian sepertinya tau. Dia menghentikan motornya di dekat taman kota. Kedua tangannya memegang tanganku yg masih melingkar di pinggangnya.
"Kamu kenapa nangis, Dik ?"

"..."

"Ko ga dijawab sih. Kamu marah sama aku ?"

"Ngga ko," jawabku sambil terisak.

"Terus knapa nangis ?" Aku tidak menjawabnya. "Jangan bikin aku berat buat pergi besok, Dik. Cuma beberapa bulan. Aku nanti kembali. Pasti kembali."

"Apa harus tanpa komunikasi ? Kamu ga kasian sama aku kalo kamu pergi siapa yg nemenin aku ?"

"Ga boleh pegang alat komunikasi apapun. Nanti kalo ada kesempatan buat ngabarin pasti aku kabarin kamu. Aku janji. Oh ya satu lagi. Tolong jaga perasaan dan hatimu buat aku. Aku gatau kamu disini pergi sama siapa, deket sama siapa. Yg jelas ingatlah aku, aku selalu sayang sama kamu. Aku gamau mengkhianati kamu. Jadi jangan kecewakan aku."

"Aku ga akan mengecewakan kamu. Aku janji, Mas." Kami terdiam beberapa menit dg keadaan yg masih sama. Karena cuaca mendung akhirnya Mas Arian mengajakku untuk kembali pulang.

"Kamu semangat belajar sama latian ya. Jangan sedih atau galau kalo aku pendidikan. Rindu boleh asal jangan sampe menyiksa kamu sendiri. Aku sayang sama kamu." Dia mencium keningku. "Aku pulang ya. Selamat malam." Senyumnya mengembang, membuatku berat untuk melepasnya pergi.

Semoga kamu sukses dan berhasil. Pergilah, kejarlah semua impianmu. Kelak jika kamu kembali, aku pasti setia menanti. Seperti waktu kamu menantikanku. Arianku.

Arian POV
Dijalan menuju pulang, hatiku sangat berat harus berjauhan dg Gita. Besok aku berangkat memulai pendidikanku sebagai seorang prajurit. Yaaa, aku hanya seorang prajurit. Tapi aku tidak pernah kecewa ataupun menyesali, sebab ini sudah takdirku. Dan menjadi keinginan kedua orangtuaku.
'Maafkan aku, Dik. Aku hanya seorang prajurit. Entah nanti aku pantas atau tidak kembali padamu lagi. Sampai jumpa kekasihku. Wanita yg selalu kesebut Gitaku.'

__________________________________________________
Gita POV
Sudah seminggu Mas Arian pendidikan. Aku hanya memainkan layar hpku. Rindu rasanya tanpa kabar apapun dari dia.
"Yaelaah, nih bocah. Kerjain noh soalnyee udeh belon ?"

"Udaah, tuh liat aja." Airin melihat catatan pekerjaanku.

"Allahu Akbar. Elu mulai kapan pinter begini, Git. Elu bisa nulisin semua rumusnye loh."

KULEPAS DIA DEMI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang