Part 7

4.6K 295 0
                                    

Pemandangan yg sangat memanjakan mata. Aku melihat pemandangan menuju ke puncak lewat jendela kaca bis yg ku naiki bersama teman-teman sekelas. Tepat disebelah jendela. Aku sangat kagum karena sudah lama tidak liburan apalagi ke tempat seperti ini. Senang rasanya kalau punya rumah di daerah yg sejuk memiliki pemandangan sebagus ini. Airin sedari tadi yg duduk disebelahku asik dengan headphone dan hpnya.

"Snack nih snack, camilan camilan, neng neng cangcimen nih." Ujar ketua kelasku, Fian, sambil menawarkan snack dengan suara ala pedagang cangcimen. Aku hanya melihatnya sambil tersenyum lucu.

"Udeeh, makan aje ndiri. Si Gita lagi diet noh. Gue juga kaga mood makan-makan."

"Ohh mungkin Gita maunya si Dani yg nawarin ya, baru mau makan. Hehehe." Aku meliriknya dengan kesal.

"Becanda, Git. Yaudah kalo gamau gapapa." Fian pergi menawarkan snack pada temanku yg lain sambil berjalan di antara bangku-bangku bis.

Setelah 4 jam akhirnya sampai juga. Allah Maha Besar. Sungguh indah ciptaanMu. Aku tidak henti-hentinya kagum dengan pemandangan ini. Villa yg kami sewa sangat memiliki tempat yg strategis. Aku sudah siap dengan kameraku sedari aku menginjakkan kaki ke daerah puncak ini. Seakan tidak mau terlewat, ku potret hampir semua sudut pemandangan sejauh mataku memandang.

"Temen-temen ayo kumpul sebentar." Perintah Fian sebagai ketua kelas. Semua teman-temanku mengikuti perintahnya begitu juga aku menghentikan aktivitas memotretku.

"Kenalin ini Umi sama Abi. Umi sama Abi yg ngawasin kita selama liburan disini. Jadi jangan macem-macem yaa."

"Untuk kamar wanita ada diatas, kamar laki-laki dibawah. Setiap kamar di isi empat anak ya. Masing-masing ada kamar mandinya ko. Di sebelah taman itu ada kolam renangnya, diruang tengah bawah ada tv bisa juga buat karaokean bareng-bareng. Kalo mau jalan-jalan ke kebun teh atau bunga juga bisa dibelakang sana tapi jalannya naik lohyaa." Ujar Uminya Fian. Kami menyewa villa milik keluarga Fian. Lagipula Umi dan Abinya tidak keberatan juga untuk mengawasi dan menjaga kami selama liburan, wali kelasku juga tidak keberatan karena beliau tidak bisa ikut harus mengawasi ujian masional.

"Yaudah kalian pasti capek ya, ke kamar aja dulu istirahat nanti jam dua belas kita sholat jamaah trus makan siang bareng. Enjoy liburannya ya, kalo ada apa-apa panggil aja Om atau Tante atau ada beberapa Mbak Mas pegawai disini. Inget gaboleh macem-macem, harus bisa jaga diri." Abinya Fian menjelaskan.

Aku meletakkan slingbag ku diatas ranjang.
"Gita, fotoin kita dong." Vega dan Nisa meminta, karena Aku dan Airin sekamar dengannya.
"Boleh, boleh. Rin, ikutan sana deketan."
Cekrek.. cekrek..
"Lihat dong Git."
Ku berikan kameraku pada Nisa.

__________________________________________________
Malam hari, kami semua berkumpul di taman dekat kolam renang. Ada yg bermain gitar sambil nyanyi bersama, ada juga yg bermain kartu uno. Ada yg bermain ayunan. Ada juga yg sekedar main air di dekat kolam. Ada juga yg asik memotret. Termasuk aku. Indah sekali malam itu. Terlihat dari ketinggian ini, dibawah sana banyak lampu-lampu kecil dipedasaan atau mungkin juga kota. Bulan juga sedang bersinar terang bersama bintang. Sungguh malam yg sangat indah bagiku.

"Bagus banget ya ?" Ku lihat disebelahku. Dani.
"Emmm, iya."
Cekrek.. Cekrek.. Dani tiba-tiba memotretku.
"Apa-apaan sih. Hapus !" Pintaku dg memaksa. Aku bukan tipe orang yg suka dipotret. Tapi aku lebih suka memotret.
Dia hanya tertawa sambil melihat hasilnya.
"Malah ketawa, hapus, sini !" Aku mengambil kameranya dg paksa. Dia malah merebutnya kembali.
"Lepasin, mana aku mau hapus !"
"Kamera siapa ? Ini punyaku."
"Ihh mana ! Dasar ya kamu."
Kami berebut satu sama lain.

"Ecieee, Dani sama Gita." Teriak salah satu temanku.
"Cieeee"
"Cieee.. cieee.." di ikuti oleh temanku yg lain.
Suasana ini membuat mood ku hilang. Ku putuskan untuk tidak lagi merebut kameranya. Dan aku pergi menghampiri Airin yg sedang bermain di ayunan bersama beberapa temanku.
"Apaan sih kalian." Ucapku dengam muka yg kesal.

"Hahaha uhuuy si Gita. Baru aja berdua tuh lagi romantisan temen-temen pada ganggu aja ya."
"Apaan sih, Nis. Ga seru temen-temen. Orang lagi asik ngefoto ehh dia ganggu aja."
"Bukannya kamu suka sama dia ? Kan kesempatan. Pdkt gituu. Hahaha."
"Udeeh ah kalian jangan suka ngeledek ntar Gita malah minta pulang nih." Lerai Airin.

Pukul 23.00 WIB, satu persatu kami mulai masuk kedalam. Karena hawanya yg dingin, ngantuk juga sudah mulai datang.
"Rin, udah tidur kamu ?" Aku menyenggol bahunya.
"..."
"Rin ? Aku haus. Gabisa tidur juga nih."
Sepertinya Airin sudah sampai di negeri mimpi yg nun jauh indah. Aku putuskan keluar sendiri untuk mengambil minum. Sambil mengenakan jaket aku menuju ke dapur yg ada dibawah. Aku memainkan hpku sambil berjalan.
"Dingin banget disini." Gumamku lirih.
"Mbak ? Mau ngapain ?" Tanya Mbak pegawai disini.
"Haus Mbak, gabisa tidur juga. Mbaknya ko belum tidur ?"
"Lagi bikin kopi buat Mas yg jaga diluar. Kalo saya ya ndak tidur toh mbak ikut jaga juga kan ada temennya Mas Fian sekelas takut kalo ada apa-apa pas butuh."
Aku hanya mengangguk lalu mengambil segelas air dan kuminum. Dapur ini cukup besar juga. Dilengkapi dengan tempat duduk dan meja seperti bar yg nyaman. Akupun duduk disana sambil menghabiskan minumku.

Drrrttt... Drrttt.. Drrrttt...
Hpku bergetar. Ku ambil dari dalam saku jaketku. Mas Arian. Malam-malam begini dia telfon. Kenapa tidak tidur ? Besok kan masih ujian.
"Halo Assalamualaikum ?"
"Waalaikumsalam, ada apa Mas Arian ko telfon malam-malam ?"
"Lah kamu sendiri kenapa ga tidur ?"
"Ditanya malah balik nanya."
"Habis sholat malam nih. Kamu gimana disana ?"
"Iya baik. Aku gabisa tidur Mas. Ini di dapur lagi minum, haus, ditemenin Mbak pegawai sini bikin kopi."
"Yakin itu Mbak manusia. Bukan hantu ?"
"Eh, ngawur kamu. Kakinya napak. Masa' Mbak cantik gini dibilangin hantu." Mbak yg lagi bikin kopi itu tertawa melihatku. Pasti dia tahu kami sedang ngomongin dia.
"Yaudah syukur kalo manusia hehehe. Enjoy ya disana, jaga diri."
"Sejak kapan kamu khawatir gini Mas ?"
"Sejak dari dulu. Hahaha."
"Gimana unasnya ?"
"Lancar dong. Semoga aja hari kedua ketiga lancar juga."
"Aamiin, yasudah kamu cepat tidur Mas. Biar ga kesiangan. Aku mau balik ke kamar juga."
"Iyaaa. Selamat malam ya, Dik."
"Selamat malam."

"Pacarnya ya Mbak ?"
"Bukan Mbak. Biasa kakak kelas."
"Ohh lagi pdkt yaa ? Hehehe."
"Ihh Mbak. Ngga ko. Aku balik dulu ke kamar ya Mbak. Mau tidur." Pamitku kepada Mbak itu.

__________________________________________________
Esok harinya kami semua memutuskan untuk jalan-jalan ke kebun. Udara disini sejuk sekali kalau pagi. Aku hanya berjalan sambil melihat sekeliling. Karena kameraku dipinjam Airin, Nisa dan Vega. Mereka asik berfoto ria.
"Gita ayo dong foto bareng."
"Udah foto aja sendiri."
"Kaga doyan foto lu Git. Udah Nis, Veg, foto aje sendiri kite. Sana nyok bagus tuh."
Mereka pergi mencari tempat yg bagus untuk berfoto. Sepertinya aku sedikit tertinggal dengan temanku yg lain. Tapi aku santai saja.
"Jadi kamu masih ngambek sama temen-temen gara-gara kejadian semalam ?"
Dani tiba-tiba datang lalu berjalan disebelahku.
"Ngga ko."
"Knapa jawabnya cuek gitu ? Santai aja Git. Temen-temen kemarin bercanda."
'Kamu kira suka sama kamu dengan diam-diam itu sebercanda ini ? Huh, dasar. Semakin kesini aku semakin menyerah dengan perasaanku sendiri, Dan.' Gumamku dalam hati
"Malah diem. Marah beneran kamu ?"
"Aku ga marah ko. Aku biasa aja. Cuma kemarin kesel temen-temen ngeledekin aku gitu. Jadi hilang mood ku."
"Emang bener ya yg dikata sama temen-temen kalo kamu suka sama aku ?"
Deggg... Knapa dia tiba-tiba nanya dg pertanyaan yg tidak mungkin dijawab oleh seorang wanita yg sudah jelas-jelas pernah suka sama lelaki. Tapi sayangnya dia tidak peka.
"Ngga ko, aku sama kamu cukup seperti teman."
"Yakin kamu ?"
"Yakin. Udah ya ? Jangan tanya masalah ini lagi. Aku ga mau teman-teman salah paham." Aku berlari mengejar Airin dan yg lainnya. Apa aku munafik dengan perasaanku sendiri ? Aku tidak peduli. Bagiku percuma kalau aku jujur dengannya.

KULEPAS DIA DEMI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang