Satu minggu berlalu meninggalkan hari raya idul fitri. (Namakamu) semakin dekat dengan Iqbaal dan Nanas.
"Gue tanggal 15, lo tanggal 12 kan? Sedih anjir." (Namakamu) menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya.
Iqbaal meminum minumannya, "Untuk mencapai sesuatu itu butuh pengorbanan. Kita harus milih, apa cita-cita kita yang di korbanin atau orang-orang dan tempat kita tersayang yang harus di korbanin?" Iqbaal ikut menurunkan wajahnya agar sejajar dengan (namakamu).
"Apa sih jangan deket-deket, rabies gue nanti." (Namakamu) mengangkat wajahnya dan membuka ponselnya.
"Teh Ody gak jadi dateng, gue pulang ya. Nanas udah nungguin di rumah." (Namakamu) berdiri dan bergegas meninggalkan Iqbaal yang menatap punggung (namakamu).
Iqbaal benar-benar merasa bersalah karena perbuatan pacarnya, Teh Ody dan (namakamu) bertengkar.
***"Dan lo ngebela Zidny?" Tanya Dianty sambil menoleh ke wajah (namakamu) yang sedang mengangguk sambil menangis diatas kasur.
"Lo bego sih. Udah tau Zidny salah, pake dibela. Udah tau Teh Ody gak suka Zidny, malah ngebela Zidny." Dianty melempar ponsel (namakamu) kepada pemiliknya.
"Ya tapi kan itu hak nya Zidny kali mau pake celana pendek atau panjang juga. Toh itu kan lagi main bukan lagi pengajian." (Namakamu) terus membela Zidny di depan sahabatnya sekalipun.
Dianty menghela napasnya panjang, "Lo mau buat gue ngambek kayak Teh Ody juga?"
"Bukannya gue ngurusin hidup orang ya (nam), gue gak suka aja. Zidny kan sekarang udah jadi sorotan semua fansnya Iqbaal. Soniq udah tau dulu Iqbaal bilang kalo dia gak bakal pacaran sebelum 17 tahun, pacarnya pun yang berhijab dan jago baca Al-Qur'an.
"So, jangan salahin Soniq yang ngebully Zidny gara-gara itu. Banyak yang bilang 'pacar calon ustad kok gitu sih?' Ya emang kenyataannya gitu." Dianty berdiri dan membawa makanan yang ada di nakas (namakamu).
(Namakamu) melirik Dianty, "Alasan lo masuk akal juga Dant. Cuman kan dia lagi main ke dufan, yakali mau pake gamis. Disangka orang gila sih iya."
"Serah lo ah. Lo kan emang batu banget gak bisa dibilangin." Dianty menjitak kepala (namakamu) lalu ikut berbaring disebelahnya.
Dianty memiringkan posisinya menatap (namakamu)."Lo pokoknya harus minta maaf sama Teh Ody secepatnya. Lo yakin mau marahan sama Teh Ody sampe lo pergi nanti? Gara-gara Zidny?"
(Namakamu) langsung membuka matanya,"Tadi gue mau ketemu Teh Ody, cuman Teh Ody nya gak bisa. Jadi yaudah."
"Lo harus pergi ke rumah Iqbaal sekarang juga." Dianty berdiri sambil membereskan barang-barangnya ke dalam tas.
(Namakamu) langsung berdiri dan memegang tangan Dianty."Lo gila Dant? Ini udah jam 7. Yakali gue ke rumah Iqbaal."
"Pas lagi pacaran aja jam 8 lo kerumah Iqbaal. Apa lo melotot gitu? Gak takut gue." Dianty berkecak pinggang dan melototkan matanya kepada (namakamu) sambil menahan tawanya.
"Goblok emang lo. Gue gak pernah bisa marah lama-lama sama lo. Gue pasti bakal kangen sama lo pas disana. Ah anjir kenapa gue harus pergi cepet-cepet sih?" (Namakamu) memeluk erat Dianty.
"Jangan. Ngalihin. Pembicaraan. Curut. Gue. Gak. Bakal. Pernah. Bisa. Di boongin. Sama. Lo." Dianty menekankan setiap katanya dan melepaskan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Lucky Charm
Fanfiction(namakamu) memutuskan untuk pindah ke Jakarta dan tinggal bersama kakaknya. Ia mulai bersekolah di sekolah yang sama bersama Iqbaal. Siapa yang tidak kenal Iqbaal CJR? Cowok tampan dan kekinian, namun tetap sholeh dan pintar. Kedua nya mulai dekat d...