"Tapi serius temen-temen gue itu ngeselin parah. Apalagi yang cowoknya jail-jail gitu. Parah banget sumpah, mau balik lagi ke sana." (Namakamu) tertawa menatap Iqbaal yang ikut terkekeh.
"Emang sih, kayaknya anak-anak UWC kebanyakannya kayak gitu. Contohnya aja lo, lo kan ngeselin parah." Iqbaal menunjuk (namakamu) sambil menahan tawanya. "Eh, keceplosan." Lanjutnya menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
(Namakamu) tertawa mendengar suara tertawa Iqbaal yang seperti tikus terjepit. "Siapa? Aku?" Tanya (namakamu) menunjuk dirinya.
Iqbaal mengangguk,"ya iya lah, emang siapa lagi."
"Jadi duta shampoo lain? HAHAHAHA."
(Namakamu) tertawa menyadari bahwa ucapannya sama sekali tidak lucu. Tapi ia dan Iqbaal tertawa sangat keras hingga semua pengunjung café melihat kepada mereka berdua.
"Anjing banget HAHA. Receh lo." Iqbaal mencoba berhenti dari tawanya, namun tetap tidak bisa.
(Namakamu) memberhentikan tawanya. "Balik dari Amerika kok jadi gini. Pake ngomong anjing-anjing segala? Emangnya keren ya? Tapi gpp deh, kali-kali gue juga pengen ngomong anjing deh sama lo. Hahaha gapapa kan?" (Namakamu) kembali terkekeh melihat muka Iqbaal.
Iqbaal ikut terkekeh mendengar (namakamu). "Leh ugha, leh. Sweet seventeen tanpa gue gimana? Kangen ya lo. Untung gue ngucapin yang pertama." Iqbaal menyeruput kopi yang di pesannya dan menatap (namakamu).
"B aja ah. Ya lagian lo juga sih, gue kaget ada yang nelfon malem-malem. Gue bener-bener lupa waktu itu. Btw, thanks buat selalu jadi pengucap yang pertama, tiap tahun gak pernah lewat, gue suka." (Namakamu) terkekeh sambil meminum iced chocolate-nya.
"Lo receh banget sekarang. Apa-apa ketawa. Lo lagi sedih kan? Kenapa? Kangen Nasti?" Iqbaal lagi-lagi bertanya yang tepat sasaran.
(Namakamu) menggeleng pelan dan menyenderkan badannya di kursi. "Udah mau 3 tahun, dan udahan gara-gara hal yang annoying. Lo pikir aja. That's why gue sekarang ada disini." (Namakamu) menatap Iqbaal dengan muka yang di tekuk.
Iqbaal tersenyum dan mencondongkan badannya menatap mata (namakamu) lekat. "Move on bareng lagi yuk,"
• • •
Satu tahun setelah pertemuan Iqbaal dan (namakamu) di Singapura."Apa kabar (namakamu)? Bunda kangen banget sama kamu. Udah tiga bulan pulang dari Singapura, baru kesini sekali?" Bunda Rike memeluk (namakamu) erat-erat.
(Namakamu) tersenyum mengusap punggung Bunda Rike. "(Namakamu) ada problem sedikit. Setahun di Singapura itu bener-bener buat nenangin diri bun. Pas pulang masih kepikiran terus dan gak kemana-mana." (Namakamu) melepaskan pelukannya dan menatap Bunda Rike. "Teh Ody kemana?" Sambungnya.
Bunda Rike terkekeh. "Ody ikut Mas Eyin di Bandung. Mereka tinggal disana sekarang, bareng Indira." Bunda Rike merangkul (namakamu) sambil duduk di sofa.
"Indira?" (Namakamu) mengerutkan keningnya menatap Bunda.
"Anaknya Ody, namanya Indira. Baru 4 tahun, lucu." Bunda Rike membuka toples makanan dan memberikannya kepada (namakamu). "Keripik singkong kesukaan kamu."
"Wih udah ngobrol aja. Iqbaal gak diajak." Iqbaal menggosokkan handuknya ke rambutnya yang basah.
"Iqbaal basah woi, kena Bunda nanti." (Namakamu) mendorong badan Iqbaal yang membesar, sedikit sekali.
Bunda Rike terkekeh melihat Iqbaal dan (namakamu) yang masih saja sering bertengkar. "Kalian tuh yang satu udah 25, yang satunya udah 24, kayak masih anak 15-an ya. Kok bisa putus sama pacar-pacarnya?" Bunda Rike menarik Iqbaal agar duduk si samping kanannya, sedangkan di samping kiri ada (namakamu).
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Lucky Charm
Fanfiction(namakamu) memutuskan untuk pindah ke Jakarta dan tinggal bersama kakaknya. Ia mulai bersekolah di sekolah yang sama bersama Iqbaal. Siapa yang tidak kenal Iqbaal CJR? Cowok tampan dan kekinian, namun tetap sholeh dan pintar. Kedua nya mulai dekat d...