1

96.5K 3.5K 175
                                    

           

Dear Readers,

Terima kasih sudah membaca The Ultimate Bachelor; A Redemption yah. Saya sedang memperbaiki naskah ini. Semoga suka dengan perbaikannya, yah.

***

"ASS HOLE!"

Jerit umpatan perempuan di belakangku membuatku harus berhenti melakukan gerakan crunch untuk berpaling padanya.

Asal tahu saja, umpatan itu bukan untukku. Aku memang agak berengsek, tapi belum ada perempuan yang mengumpatku seperti itu dengan keras di tempat umum seperti ini.

Rhea, Istri Aston berjalan marah ke luar gym, sedang Aston sendiri gemetar menahan marah dan malu sambil memegangi pipi yang merah. Aku yakin pada keampuhan pukulan Rhea. Perempuan itu memilih trainer tinju terbaik. Bisa kupastikan tamparan Rhea membuat kepala Aston berdenyut nyeri sekarang.

Aku berusaha mengendalikan diri agar terlihat bersimpati. Walau sebenarnya, aku ingin sekali tersenyum atau menertawakannya. Yah, perempuan tidak akan menghajar suaminya di depan umum jika tidak benar-benar terpaksa. Dalam hal ini, aku tahu apa yang mungkin terjadi.

Aku berdiri mengamati Aston yang masih mematung. Tangan terkepal di samping tubuhnya. Bibirnya mengkerut, membuatku yakin kalau dia sedang mengeratkan geliginya, menahan emosi. Aston berpaling padaku dan terlihat lebih marah dari sebelumnya. Dia sedang menutupi rasa malu.

"SIAL!" Aston menendang sebuah barbel ringan yang langsung menggelinding. Aku menangkap barbel malang itu dengan cekatan.

"What's up, Man?"

"Yeah, kau tahulah. Rhea ...." Aston lebih terlihat merendahkan nama istrinya daripada mengeluh. Dia membanting pintu kulkas dan mengompres pipi dengan botol minuman dingin.

Aku berusaha untuk menahan senyum.

Kuberi tahu, yah, kalau memang berniat untuk menyakiti hati istrimu, pastikan dia tidak pernah belajar bela diri sama sekali. Kau harus yakin istrimu tidak punya otot yang cukup besar untuk menamparmu sekuat tenaga. Paling tidak, kau yang harus menebalkan otot wajah untuk menahan tamparannya. Jangan lakukan kebodohan seperti temanku ini.

"Tanpa alasan?" Aku menaikkan alis untuk menunjukkan keraguan dengan jelas. "Ayolah. Aku tahu siapa Rhea. Aku mengenalnya, Aston."

Aston mengangkat bahu.

Rhea memang bisa jadi sangat pemaksa dan terlihat menyebalkan. Tapi, dalam keadaan biasa, dia adalah teman yang pengertian dan loyal. Rhea membantu Aston meraih apa yang diinginkannya. Katakanlah, bisnis yang sukses, mobil mahal dan dandanan high class. Kalau tahu bagaimana Aston dulu, kau mungkin tidak akan berpikir lelaki tiga puluh tujuh tahun ini akan membentuk otot di tempat fitnes.

Beberapa bulan lalu, Aston seperti laki-laki menyedihkan dengan perut bulat dan wajah yang jauh dari tampan. Rhea yang mengenalkannya dengan olah raga dan memaksanya untuk memperbaiki diri. Rhea melakukan banyak terobosan untuk Aston. Perempuan itu menginginkan segala yang terbaik untuk suaminya.

"Hanya yang terbaik untuk laki-laki terbaik." Frasa yang sering kudengar dari Rhea.

Yah, Aston dan Rhea memang seperti Romeo dan Juliet yang sedang kasmaran. Mereka lengket seperti bayi kembar siam. Walau sudah memiliki tiga orang anak, mereka masih berjalan bergandengan tangan, hal yang kupikir hanya ada di film.

Oh, ya, ngomong-ngomong, namaku Lee. Tidak. Aku sama sekali tidak punya darah Cina atau Taiwan atau Korea. Ayahku penggemar Bruce Lee. Alih-alih memilihkan nama Bruce untuk anak laki-lakinya, Ayah memilih nama Lee untukku.

A Redemption (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang