29

13K 1.1K 89
                                    

Hai semua!

Sambil nunggu Glacie  saya update Lee Bexter dulu. Kasihan dia digantung sejak lama. Hahahahah...

Saya sedang menandatangani buku Rooftop Buddies, nih. Dan bibir saya pegel ngecap buku-bukunya. Hahaha...

Terima kasih banyak atas antusiasme kalian yaaa...

I love you through the universe, Sweet cake.

Honey Dee

♡♡♡

Dad dan Mom datang membawa pakaian bersih dan perlengkapan mandi. Dengan begini aku tahu bahwa aku tidak diizinkan pulang sampai segalanya kembali normal. Mereka tidak mungkin tiba-tiba begitu baik dan oerhatian padaku. Mereka tidak semudah itu kerasukan malaikat baik hati. Ini adalah perintah bahwa aku harus mengabdi pada Allie entah sampai kapan karena Mom mengatakan, "akan ada orang yang mengambil pakaian kotormu, Sayang. Semoga kamu lebih betah di sini."

Dad berbisik saat memelukku, "anggap saja ini bagian tersulitnya, Nak. Setelah ini semua akan beres."

Sampai kapan? Sampai gadis sial itu mati?

Saat bercanda dengan Dad, Mom mengatakan, "setelah ini Lee-ku akan menjadi laki-laki dewasa, Tiger. Ini cara untuk mendidiknya."

"Thank's, Mom. Dewasakan juga suamimu," kataku sambil berusaha tidak membanting sesuatu. Mom dan Dad hanya tertawa. Mereka menertawakanku.

Cinta orangtua memang sepanjang ribuan tahun cahaya.

Tapi, sungguh, tertahan di rumah sakit bersama seseorang yang bisa meledak kapan saja justru lebih buruk dari penjara yang sesungguhnya. Yah, di luar dari kemungkinan buruk yang terjadi di penjara, seperti disodomi oleh napi lainnya.

Mom menatapku dengan iba. Entah sunguhan atau tidak, ia berkali-kali menunjukan mata yang berkaca-kaca. Dad tidak berhenti menepuk punggungku setiap ada kesempatan. Bentuk perhatian yang tidak kuharapkan sebenarnya.

Orang tua Allie menjadi lebih tenang dari sebelumnya. Mereka sebisa mungkin menemani aku dan Allie di dalam ruangan. Tapi Frank bersikap siaga. Dia menyimpan suntik bius di laci untuk berjaga-jaga kalau Allie berulah lagi.

Aku merasa seperti ada di kandang singa yang bisa menerkam kapan saja.

Allie menjalani beragam tes dari dokter yang berbeda. Aku sempat bertanya kepada salah satu dokter yang melakukan pengujian psikologi kepada Allie. Dia menyebutkan bipolar syndrome dan schizophrenia dalam waktu bersamaan serta semacam reaksi kimiawi tubuh terhadap stres, lalu bla... bla... bla.... Dia memberiku bacaan yang bisa kupelajari agar aku bisa paham atas kondisi yang menimpa Allie.

Kau tahu, aku baru tahu kalau tiba-tiba aku seperti mengidap disleksia. Aku kehilangan kemampuan membaca. Huruf-huruf di dalam buku yang kubaca seperti berlari ke sana ke mari. Aku seperti berada di dalam dunia Wonderland milik Alice. Huruf-huruf dan kata-kata di dalam buku itu menjadi hidup dan menghantui tidurku.

Yang kulakukan adalah pergi ke kamar mandi, membanting buku ke lantai dan menginjak buku itu sampai kekesalanku hilang. Salah. Kekesalanku tidak bisa hilang. Aku hanya lelah mengamuk pada benda mati. Aku ingin menghajar orang sungguhan.

Ketika terbangun di tengah malam, kulihat Allie duduk di tempat tidurnya, mengawasiku. Pemandangan itu membuatku bergidik ngeri.

Sudah kukatakan, kan bagaimana aku senang melihat keindahan perempuan. Aku senang melihat gadis cantik. Kali ini aku menyerah. Aku benar-benar ketakutan melihat Allie seperti itu. Dia memang cantik. Sangat cantik malah. Tapi, sesuatu dalam dirinya membuatku ketakutan dan emrasa bersalah. Terutama saat Allie memandangku dalam diamnya yang mengerikan.

A Redemption (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang