Wuah... malam sekali saya update-nya. Hari ini saya update The Ultimate Bachelor; A Perfect Hollow juga. Jadi lumayan capek. hehehe...
Maaf ya hanya segini. Saya usahakan besok bisa update lagi.
Terima kasih sudah terus membaca The Ultimate Bachelor; A Redemption.
With love,
Honey Dee
***
Seharusnya, aku bisa pergi ke manapun di muka bumi.
Dalam keadaan depresi seperti ini, aku bisa pergi dan mencari pelarian di apartemen Allie seperti yang kulakukan kemarin. Aku juga bisa pergi ke klub striptease kelas atas. Aku tahu semua klub di kota ini. Aku bisa mmebuat pesat dadakan di mana saja. Aku bisa mengumpulkan banyak orang hanya dengan membuat pengumuman di media sosial. Mereka semua akan datang segera. Tapi, aku malah memarkir mobil di tempat parkir Cozy guest house dengan jantung berdebar seperti orang gila.
Sempoyongan, aku berpegang pada dinding menuju kamar Iris. Buket bunga terasa berat di tanganku. Sesekali aku terjatuh atau menabrak benda-benda pajangan. Pikiranku masih sehat untuk sadar apa yang kulakukan. Hanya saja, entah kenapa tubuhku gontai seperti ini. Tempurung lututku seperti lepas. Aku kehilangan semua kekuatan yang seharusnya kupunya. Aku bahkan tidak berhenti saat seorang petugas bertanya hal yang tidak bisa kudengar jelas. Aku tahu dia bertanya. Hanya saja, aku tidak ingin mendengarnya. Aku tidak ingin membalasnya. Tidak ada yang kupedulikan selain Iris. Buket bunga dan dada yang nyeri mendorongku untuk terus berjalan.
Kau bisa mengatai aku apa saja. Aku setuju kalau kau katakan aku mengalami penurunan mental drastis. Aku setuju kalau kau mengatakan aku mengalami kemunduran intelegensi. Memang itu yang terjadi. Akan terus terjadi kalau aku tidak menemuinya malam ini. Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkannya lagi, lembut atau kasar. Aku harus mendapatkan apa yang kuinginkan. Kalau dia memang membawa pergi rusukku, tentu saja harus kuambil lagi. Tidak boleh ada yang mencuri milik Lee Bexter.
Mungkin, Iris tidak akan membukakan pintu untukku karena kejadian tadi. Mungkin dia akan memaki. Tapi, siapa peduli. Aku akan menutup mulutnya dengan ciuman. Aku akan memenangkannya malam ini. Dia akan berakhir di dalam pelukanku, menghela napas penuh kenikmatan. Itu akan menjadi cara untuk memperbaiki hubungan kami. Besok, besok, lalu besoknya lagi dia akan kecanduan padaku, sama seperti gadis lain. Dia akan merengek memohon agar bisa terus bersamaku.
Astaga! Memikirkannya saja membuatku merinding.
Aku berdiri bingung di depan pintu Iris. Bukan tidak tahu bagaimana caranya mengetuk pintu, tapi aku tidak tahu siapa aku di matanya. Apa pantas aku menjadi temannya setelah apa yang kulakukan? Apa pantas aku menjadi teman setelah mengatakan keinginan primitifku?
Kuputuskan untuk mengambil tempat di sebelah kesetnya.
Duduk bersandar dengan kaki terentang di depan pintunya adalah hal tercerdas yang kupilih. Kapanpun dia membukakan pintu, aku akan menunggu. Apapun yang akan dikatakannya nanti, aku akan mencoba
Beberapa orang melihat dengan heran dan curiga saat melangkahi kakiku. Beberapa orang lainnya tersandung kaki besarku dan mengumpat. Sekelompok gadis jongkok di depanku sambil tertawa mengikik. Mereka menyentuh dada dan perutku, lalu tertawa lagi. Aku tidak tersenyum. Aku tidak bisa tersenyum. Bukan mereka yang kupedulikan.
Aku sedang menunggu belas kasih seorang perempuan yang berada di balik pintu ini. Aku menginginkannya. Hanya dia. Aku ingin menggedor pintu sekali lagi. Aku ingin menendang lepas pintu itu dan menyeretnya keluar. Sayangnya, tidak ada tenaga yang tersisa. Seluruh tubuhku seakan ditali pada lantai.
Apa begini rasanya kehilangan rusuk?
"Iris," bisikku pelan entah pada siapa. Keset merah di depan kamar Iris adalah hal terakhir yang kulihat sebelum akhirnya semua menjadi segelap malam.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
A Redemption (Sudah Terbit)
Romance(FINALIS WATTPADLIT AWARDS 2017 KATEGORI ROMANCE DEWASA) Aku Lee Bexter, perjaka, tiga puluh tahun, tampan, dan sukses. Kira-kira itu yang sesuai untukku, walaupun banyak orang yang sepakat kalau tampan saja tidak cukup untuk menggambarkanku. Kata...