Maafkan saya yaaaa....
Setelah selesai dengan Filthy Shade of Drey, saya istirahat sebentar. Baru bisa hari ini megang Abang Lee lagi. Setelah ini saya upload Savanna, kelanjutan Filthy Shade of Drey lagi yah. Besok atau mungkin besok lusa, deh.
Jadi, cerita ini akan saya update kalau sudah mencapai 125K viewer yak. Tenang... sebentar lagi kok. Hehehe...
Terima kasih untuk teman-teman yang telah membaca, vote, dan comment cerita ini. Semoga kalian tidak bosan menunggu, yah.
Salam sayang,
Honey Dee
***
"Apa yang kau lakukan padanya, Lee?" Pam berjalan tergopoh ke arahku. Pernah melihat banteng marah yang berlari cepat ke arah matador? Dari matanya saja sudah jelas kalau apapun jawabanku nantinya pasti akan membuatnya menuduh atau memakiku. Pokoknya aku tidak akan bisa menang melawannya kali ini.
Aku mengangkat bahu dan menyembunyikan tangan di kantong celana. Ini adalah bahasa khas laki-laki untuk mengatakan, 'urus sendiri urusanmu. Kau tidak punya urusan apapun denganku.' yang tidak bisa kuucapkan secara terbuka dengannya.
"Tidak ada," kataku pendek. Setelah menimbang untung ruginya memberi Pam informasi, aku menambahkan, "Allie mengamuk kepadaku. Aku berusaha menenangkannya." Entah kenapa aku merasa seperti anak kecil yang dituduh mencuri makanan, apalagi Pam memicingkan matanya begitu. Rasanya jadi tambah merasa bersalah.
"Kenapa?" Tanya Pam yang sudah berdiri tepat di hadapanku sekarang. Aku harus bicara dengan hati-hati. Perempuan ini sudah mengantongi motif untuk membunuhku. Dia juga pasti akan membunuhku dengan cepat kalau jawabanku salah.
Aku menatap Dean yang asyik bermain. Rasanya enak sekali jadi anak kecil yang masalah terbesarnya cuma lapar dan film kartun yang gagal tayang. Sesaat, aku ingin kembali menjadi anak-anak. Aku bisa berenang telanjang di tempat umum tanpa orang-orang melihatku dengan tatapan menuduh, 'dasar cabul!'
"Allie melihatku bersama Iris sabtu kemarin," jawabku datar.
Pam menggeleng lalu memicingkan mata. "Allie terlalu sering melihatmu dan perempuan lain. Bersama perempuan lain atau sekumpulan perempuan lain, tidak akan membuatnya seperti itu. Dia gadis yang kuat." Pam maju selangkah sampai jarak di antara kami memungkinkannya untuk menusukkan apapun ke jantungku dalam-dalam. "Apa yang kau lakukan dengan Iris?" tanya Pam dengan tatapan pembunuh.
"Sudah kubilang, tidak ada." Pertahanan terakhirku. Jangan sampai goyah.
Mata Pam menyipit sampai hanya berupa garis lurus. Yah, garis lurus yang menyebalkan.
Aku berusaha tidak melihat matanya. Kutarik napas dalam-dalam, lalu kuembuskan dengan cepat. masih belum cukup, Aku melakukannya lagi. Aku seperti merasa ada di dalam ruang interogasi polisi sekarang.
"Lee?" Pam memegang wajahku. Oke. Aku benar-benar dilecehkan sekarang. Sayangnya, aku seperti tidak punya kemampuan untuk menghindar. "Lihat aku," ucap Pam dengan lembut. Bukan lembut yang begitu. lembutnya Pam itu lembut yang beracun.
"Aku menyanyikan lagu untuk Iris di kafe. Hanya itu." Oke. Sebut aku pengecut yang kalah dengan bawahan. Sebut aku pecundang karena tidak bisa merahasiakan hal remeh dari perempuan yang kubayar untuk menjalankan bisnisku. Sebut aku apapun dan hakimi aku. Kalian baru akan tahu apa yang kurasakan kalau berhadapan langsung dengan Iblis pirang ini.
"Kafe?" Alisnya mengerut.
Aku mengangkat bahu lagi. "Ya, kami ingin makan. Aku memilih kafe pertama yang kulihat menarik. Iris setuju. Lalu, kami turun dan makan malam. Memangnya apa lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Redemption (Sudah Terbit)
Romance(FINALIS WATTPADLIT AWARDS 2017 KATEGORI ROMANCE DEWASA) Aku Lee Bexter, perjaka, tiga puluh tahun, tampan, dan sukses. Kira-kira itu yang sesuai untukku, walaupun banyak orang yang sepakat kalau tampan saja tidak cukup untuk menggambarkanku. Kata...