24

14.2K 1.2K 59
                                    

Hai, Guys!

Akhirnya bisa update Lee Bexter lagi. Yang lagi nungguin kelanjutan Savanna, tahan dulu, yah. Besok kita akan update lagi. Hehehehe...

Hari ini, have fun dulu dengan Lee.

See you next part!

With love,

Honey Dee

***

Aku mengemudi seperti orang tidak waras. Aku hampir tidak ingat bagaimana bisa sampai di halaman rumah. Aku mengerjap dan terkejut saat membuka pintu pagar otomatis, lalu bertanya-tanya berapa lampu merah yang sudah kulanggar? Kepalaku sekosong rumah ini.

Tepat saat kuparkir mobil di halaman rumah, ponselku berbunyi. Iris.

"Iris?"

"Lee." Suara Iris terdengar jauh lebih mendesah di telepon. Kau tahu suara layanan phone sex? Suara Iris jauh lebih menggetarkan dan tidak dibuat buat. Suara desisan gas bocor itu keluar begitu saja saat dia bicara menembus jaringan selular hingga ke telingaku. Aku ingin mengambil earplug, mendengarkannya dan orgasme di tempat tidur.

"Ada masalah?" tanyaku khawatir.

"Tidak. Aku baik-baik saja. Dean sudah tidur. Kau menyetir?"

"Tidak. Aku baru sampai." Aku menutup pintu mobil dan menghidupkan alarmnya. "Aku tidak menyangka kau meneleponku. Merindukanku?"

Terdeangar suara tawa tertahan di teleponku. Suara yang sangat ingin kudengar terus. Suara yang membuatku ingin menjilat ponsel ini.

"Jangan terlalu percaya diri, Lee." Iris menghentikan tawanya. "Kau aneh seharian ini. Kupikir kau tidak mau mengatakan apapun karena ada Dean. Kalau kau ingin bicara sekarang, bicaralah. Aku akan mendengarkan."

"Iris, jika ada yang ingin kubicarakan, aku akan bicara kepadamu tidak peduli ada presiden atau malaikat di sebelahmu. Aku akan mengatakan semua. Tapi, sungguh tidak ada yang perlu dibicarakan sekarang. Aku baik-baik saja."

"Baiklah kalau begitu," ucap Iris sambil menghela napas.

"Tidak. Jangan tutup teleponnya. Bukan berarti aku tidak mau bicara denganmu. Aku ingin mendengar suaramu."

Aku sungguh ingin mendengar suaranya. Entah kenapa sejak mendengar suaranya aku jadi merasa tenang.

"Kau sudah mendengar suaraku langsung tadi."

"Aku ingin mendengar suaramu sekarang dan nanti," rengekku dengan lembut.

Iris diam di balik telepon. Hanya suara napas teraturnya yang terdengar samar. "Lee, sebenarnya apa maumu?"

"Kau, Iris."

"Apa maksudmu?"

"Aku menginginkanmu, Iris. Kau sudah tahu itu," jawabku dengan jujur. Kata kata ku mewakili seluruh perasaanku, lalu aku menambahkan, "saat meninggalkanmu, aku selalu ingin kembali menemuimu. Kau membuatku kecanduan."

Iris hanya menghela napas.

Mungkin sebenarnya dia menggeleng lemah. Mungkin juga dia tersenyum manis, menahan rasa senang karena pujianku. Mungkin juga dia menggigit bibir dengan wajah serius. Ah, sialan! Kenapa aku tidak bisa melihat wajahnya? Seharusnya aku melihat wajahnya sambil bicara saat ini.

Kutendang tembok dengan gemas. Aku ingin bertemu dengannya.

"Iris?"

"Ya?"

A Redemption (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang