Nah, saya sudah mulai disiplin nih untuk update rutin. hahaha...
Semoga cerita lain juga bisa saya disiplinkan seperti ini. Wkwkwkwk...
Silakan dinikmati cerita ini, yah. Besok kita akan senang-senang dengan cerita lainnya sambil menunggu bagaimana kelanjutan kehidupan Glacie. Ada yang tahu cerita apa yang bakal saya update besok?
With love,
Honey Dee
***
Hal pertama yang kulihat saat bangun tidur adalah Dean yang duduk di tempat tidur dengan tatapan mematikan. Anak itu menatap lurus kepadaku tanpa bergerak. Sepertinya sudah lama sekali dia begitu.
"Selamat pagi, Dean," ucapku malas. Aku menutup wajah dengan bantal, berharap anak itu menghilang.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Suara Dean mendesis seperti kobra yang siap mematuk.
"Aku mimpi buruk. Aku takut tidur sendirian." Kuharap Dean mendengar suaraku karena aku sudah membenamkan kepala di tumpukan bantal.
"Aku juga mimpi buruk," ucap Dean padaku.
Aku membuka bantal yang menutupi wajahku agar bisa melihatnya.
"Aku bermimpi kau membawa pergi Ma. Kalian meninggalkanku sendirian."
Memang kami akan pergi ke surga semalam kalau kau tidak menjerit-jerit memanggilnya.
"Yang benar saja. Kau dan Iris satu paket. Kalau aku membawa Iris ke mana pun, aku pasti juga akan membawamu. Iris tidak akan bisa hidup tanpamu."
Ucapanku berhasil membuat Dean tersenyum dengan manis sekali. Aku membalas senyumnya, lalu membenamkan kepala ke bantal lagi. Aku ingin tidur di atas bantal dengan aroma Iris ini selamanya. Aku tidak akan mencucinya. Mungkin aku tidak akan cuci muka juga. Bibir Iris masih bisa kurasakan. Manis.
Tiba-tiba aku menegakan badan. Untuk apa aku memeluk bantal yang hanya mengeluarkan aroma yang sama dengan Iris? Di rumah ini ada Iris yang asli yang bisa kupeluk kapan saja.
Bodoh.
Dean sudah menghilang dari kamar. Aku keluar dengan bersemangat, memeriksa diriku sendiri dalam cermin dan kemudian berkeliling ruangan mencari Iris. Tidak ada. Hanya ada Dean yang mencuci wajahnya di keran.
"Kau mencari Ma?" Dean menatapku. .
Aku mengangguk. Dean menunjuk ke luar rumah. Aku berjalan mengikuti arah yang ditunjuknya.
Iris sedang berlatih yoga seorang diri di teras. Kepalanya berada di bawah dan di antara tangannya. Kakinya terangkat ke atas membentuk angka empat yang sempurna. Ini menjelaskan misteri bagaimana dia bisa mengalahkan penjambret saat itu. Tubuhnya bisa selentur itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Redemption (Sudah Terbit)
Любовные романы(FINALIS WATTPADLIT AWARDS 2017 KATEGORI ROMANCE DEWASA) Aku Lee Bexter, perjaka, tiga puluh tahun, tampan, dan sukses. Kira-kira itu yang sesuai untukku, walaupun banyak orang yang sepakat kalau tampan saja tidak cukup untuk menggambarkanku. Kata...