4

29.1K 1.9K 19
                                    


Dear, Readers,

Terima kasih banyak telah membaca The Ultimate Bachelor; A Redemption, yah.  Mohon doa dan supportnya, yah. Saya sedang mengikutkan cerita ini pada kontes Wattpadlit awards 2017. Pengerjaannya kemarin mepet sekali dengan deadline. Huhuhu... Hampir menyerah. Sempet sambil mewek ngerjainnya (Lebay! >_<) Syukurlah ternyata bisa juga ngumpulin semangat. 

Semoga saya bisa terus semangat dalam menyelesaikan tulisan ini, yah. Mohon dukungannya, yah, teman-teman. _/\_ Karena kalianlah semangat untuk saya. Terima kasih banyak. :* <3

Saya hanya berharap yang terbaik untuk Lee bexter. Semoga di WAWA 2017 bisa menjadi takdir baik untuknya. Amin.

Mohon kritik dan saran, yah untuk perbaikan cerita ini di masa yang akan datang. Jangan lupa juga untuk membaca seri The Ultimate Bachelor; A Perfect Hollow yah. Ada di works saya yang lain. 

***

Tiba-tiba, aku tersenyum saat melewati basement semalam. Adegan action gadis SPG bernama Iris kembali membuatku ngilu. Bagaimana mungkin dia memiting kepala lawannya hanya karena sering melihat adegan itu di film? Walaupun kakinya terlihat seperti orang yang senang berolah raga, tetap saja taktik seperti itu tidak bisa dipikirkan perempuan begitu saja.

Bayangan perempuan itu masuk lagi ke kepalaku. Hanya semalam dan dia sudah membuatku gila. Maksudku, gila dan tolol sekaligus.

Kenapa aku tidak menemuinya? Aku tahu tempat kerjanya. Aku tahu tempat tinggalnya. Aku tahu siapa namanya. Tapi, aku malah menghabiskan semalam suntuk memikirkannya? Apa perempuan itu punya kemampuan menurunkan kecerdasan orang lain?

Iris.

Kalau harus mengelilingi The Mall untuk mencarinya, sama sekali bukan masalah untukku.

Kurasa, aku tersenyum lagi.

Belum pernah aku merasa membutuhkan perempuan sampai seperti ini.

Buatku, berusaha mati-matian untuk mendapatkan perempuan bukanlah hal yang pantas dilakukan. Jumlah perempuan banyak sekali. Aku bisa berganti perempuan lebih sering daripada berganti baju. Kurang kerjaan kalau aku menghabiskan waktuku untuk jungkir balik mendapatkan seorang perempuan.

Kali ini berbeda. Aku ingin melihatnya lagi. Aku ingin menemuinya lagi. Dan, aroma itu, aroma lavender yang membuatku ingin memendam wajah di dalam rambutnya, aku ingin merasakannya lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang membuatku tidak bisa bergerak dengan leluasa, seperti perangkap.

Ponselku berbunyi. Pam. Aku tidak memedulikannya. Amukan Pam bisa diatasi nanti. Aku harus melihat Iris-ku dulu. Ini jauh lebih penting.

Apa ini?

Pameran besar-besaran mobil Eropa. Gadis-gadis cantik berdiri di samping mobil yang dipajang di atas panggung. Seperti manekin hidup. Salah satunya melihatku dan mengedipkan mata yang memakai bulu mata palsu. Biasanya aku akan menyambut undangan dengan cepat. Tapi, kali ini aku kehilangan selera, sekalipun dadanya besar.

Dan, kemunculan Iris bersamaan dengan munculnya getaran di dalam perutku.

Iris baru saja keluar dari mobil yang dipamerkan. Ia menjelaskan pada calon pembeli dengan gaya sopan. Rambut hitamnya yang bergelombang menutupi punggungnya yang tegap.

Kulitnya yang cokelat terang, tampak berkilap dramatis. Warna kulit yang menggiurkan. Warna seperti cokelat panas yang diberi terlalu banyak krim hingga rasanya jadi manis sekali. Aku jadi ingin menjilatnya dan mungkin menggigitnya sedikit.

A Redemption (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang