Dear Readers,
Saya minta maaf ya terlambat update. Keasyikan sama cerita Filthy Shade of Drey, nih sampai lupa sama yang lain. Hari ini saya penuhi target untuk update semua, ya.
Semoga menghibur dan kalian suka.
Jangan lupa vote dan comment, yah.
Part selanjutnya akan saya upload jika cerita ini sampai 110K. Sambil menunggu, sambil baca kisah Savanna, yuk!
With love,
Honey Dee
***
Terkadang, ada kejadian yang tidak terduga terjadi di dalam hidupmu. Kejadian yang akan mengubah keseluruhan jalan ceritamu. Kejadian yang meruntuhkan seluruh keberuntunganmu. Bagian terburuknya adalah saat tokoh dalam kejadian itu merupakan orang yang sama sekali tidak kau perhitungkan. Orang yang tidak kau masukan ke dalam pemeran utama tapi dia memaksa masuk dan mengambil semua perhatian.
Seperti saat ini, saat aku melihat Allie melangkah masuk ke lounge Vivid. Allie berdiri di depanku dengan wajah depresi. Tidak. Allie tetap secantik biasanya, bukan depresi seperti orang gila yang ada di TV. Tapi, ada sesuatu di wajahnya, antara kemarahan dan keputusasaan. Aku sampai memperhatikan kedua tangannya untuk melihat dia membawa pistol atau tidak.
Tidak seperti biasanya, rambut Allie berantakan sekali hari ini. Dia bahkan tidak mau repot menyingkirkan anak rambut yang menempel karena keringat di pelipisnya. Warna hitam di bawah matanya pasti berasal dari riasan mata yang meleleh saat dia menangis.
Aku bukan orang yang mudah bersimpati, tapi ini cukup mengaduk perasaanku.
"Lee..." Suaranya lebih kepada rengekan daripada kata panggilan. Aku memandangnya kebingungan. "Aku mencarimu ke mana-mana."
Pam berdiri dan membereskan perlangkapannya. "Kalian bisa bicara di meeting room. Aku akan mengurus Dean," ucap Pam sambil menyentuh tanganku. Dia memerintahku, bukan memberikan saran. Allie tidak menoleh kepadanya. Tatapan Allie lurus kepadaku. Kemarahannya pasti memang untukku.
Tanpa bicara apapun, aku membimbing Allie ke ruang tertutup yang dimaksud Pam.
"Aku melihatnya, Lee," ucap Allie tepat saat aku menutup pintu. "Kau dan perempuan itu kemarin. Kau bahkan tidak melihatku ada di situ, Lee." Allie menangis. Suaranya terdengar seperti sayatan pedang, pelan dan menyakitkan.
Aku sempat berpikir beberapa saat apa yang dimaksud Allie. Satu-satunya perempuan yang bersamaku 'kemarin' adalah Iris. Sudah pasti Allie melihatku bersama Iris dan Dean di kafe itu. Jadi, dia cemburu? Baiklah, cepat atau lambat aku memang harus menghadapi omong kosong ini. Sebagai ksatria, aku akan memperbaiki kesalahanku dengan jantan.
Aku baru mau bicara saat Allie melanjutkan tangisannya. "Selama ini aku diam karena yakin suatu saat kau akan kembali padaku, Lee. Kupikir kita akan baik-baik saja pada akhirnya. Kupikir bisa mempertahankan hubungan kita." Allie menangis histeris sekarang. Aku hanya menghela napas dalam-dalam.
Jika tiba saatnya, kucing yang kau ganggu juga akan mencakarmu. Pam sudah mengingatkanku tentang ini.
Allie menggeleng marah. "Kau tidak pernah melakukan hal seperti itu pada perempuan lain. Dia pasti sangat spesial untukmu, Lee." Sindiran di suaranya membuatku pergi jauh darinya. Aku ada di samping Iris sekarang. Menyanyikan lagu untuknya. Melihatnya menggendong Dean yang tertidur. Rasanya mendamaikan hati.
Otakku masih mencari cara terbaik untuk menyelesaikan masalah ini. Hanya ada satu jalan keluar. Aku hanya perlu mencari cara terbaik untuk memasukinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/86480936-288-k331515.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Redemption (Sudah Terbit)
Romance(FINALIS WATTPADLIT AWARDS 2017 KATEGORI ROMANCE DEWASA) Aku Lee Bexter, perjaka, tiga puluh tahun, tampan, dan sukses. Kira-kira itu yang sesuai untukku, walaupun banyak orang yang sepakat kalau tampan saja tidak cukup untuk menggambarkanku. Kata...