6

22.8K 1.5K 22
                                    


Apa yang akan kau lakukan kalau tahu bahwa besok akan ada kencan dengan gadis yang kau sukai?

Apa kau akan pulang ke rumah dengan hati berbunga-bunga?

Menyiapkan dirimu untuk besok dengan menata imajinasi tentang kencanmu?

Tidak. Aku tidak secerdas itu. Aku memilih duduk di mobilku dan menunggu Iris pulang.

Yah, awalnya aku berdiri di sekitar area pameran. Tapi, Iris menggeleng dan mengancam untuk membatalkan acara makan malam kami kalau aku terus menonton selama dia bekerja.

"Aku bukan sirkus, Lee," ucapnya dengan ketus. "Aku tidak bisa melakukan apa-apa kalau kau terus menontonku."

"Kalau begitu aku akan menontonmu dari jauh."

"Lee!"

Aku tidak mau mengambil risiko. Sekalipun ingin sekali memandanginya semalaman, jalan terbaik untukku adalah menurutinya.

Sungguh aku terkejut dengan kelakuanku sendiri.

Aku tidak pernah seperti ini. Jangankan mengikuti perempuan, mengeluarkan usaha saja aku merasa malas. Iris berbeda. Entah kenapa aku seperti ingin selalu berada di sampingnya. Aku ingin selalu melihatnya. Aku rela melakukan apa saja untuk bisa menyentuhnya. Bahkan berlama-lama menyentuhnya jika mungkin.

Seperti tidak bisa mengendalikan diri sendiri, dengan pasrah, kuikuti kata hati untuk terus mengejarnya. Ini bukan hanya tentang Lelaki kecil di dalam celanaku yang menuntut untuk dipuaskan. Ini tentang sesuatu di dalam diriku yang ingin selalu bersamanya.

By the way, saat aku bilang 'Si Kecil' bukan berarti dia memang sekecil itu. Aku tidak pernah mengecewakan seorang perempuan pun. Ah, jangan berpikiran ukuran bukan segalanya. Kau akan tahu bedanya setelah membandingkannya.

Kita kembali pada penantianku di dalam mobil.

Orang-orang yang mengenalku memang tidak akan yakin kalau aku bisa sesabar ini menunggu seseorang. Biasanya aku akan menjerit atau mengamuk atau mengumpat kalau harus menunggu lama. Aku tidak suka orang menyia-nyiakan waktu berhargaku.

Aku dan sabar sudah lama tidak berteman baik.

Untung saja malam ini ada dokumen laporan keuangan yang diberikan Pam. Aku memanfaatkan waktu dengan membaca dokumen itu.

Ah, pantas saja nama Bexter terus masuk ke dalam deret nama keluarga terkaya di Amerika. Lihat grafik itu! Semua garisnya menanjak dengan sangat cantik. Jauh lebih cantik daripada lekukan tubuh perempuan. Itu artinya, aku harus mencari bisnis baru untuk dimainkan. Tidak ada yang perlu diperjuangkan dari bisnis yang sudah meraih masa emas. Uang bisa membuat itu jalan dengan sendirinya.

Kuakui, pekerjaan Pam memang luar biasa. Aku sama sekali tidak menyesal sudah membelikannya mobil mahal itu. Apa bisa garis-garis keuntunganku meningkat tajam tanpa bantuannya?

Perempuan memang terlahir dengan berbagai kemampuan yang mengejutkan. Mereka bisa dengan cerdas melakukan perhitungan matematis. Ketelitian yang patut diacungi jempol. Perempuan bisa saja memenangkan banyak perlombaan dibandingan dengan laki-laki. Hanya saja, banyak perempuan yang jarang menggunakan otaknya dengan baik.

Pam bukan salah satu dari perempuan seperti itu. Dia adalah yang terbaik.

Aku ingat betapa senangnya dia bisa memilih mobil baru sendiri. Kupikir, Pam akan memilih mobil dengan harga paling mahal. Ternyata, dia memilih model sedan biasa dengan warna oranye cerah yang mewah.

Perempuan tetap perempuan.

*

Iris berjalan sendirian keluar dari pintu keluar The Mall.

A Redemption (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang