Hai Readers!
Akhirnya sampai juga di 103K. *Tabur konfeti
Terima kasih banyak sudah menyukai dan komen di cerita ini, yah. Setelah ini saya akan dengan sabar menunggu sampai 105K untuk update kembali. Semoga cepat... semoga cepat...
Kalau ada waktu senggang, saya akan buat "Getting Closer" lagi, yah.
Semoga kalian suka... semoga kalian sukaaa... *Crossing finger.
Oh, ya. Hari ini saya juga update untuk cerita yang berjudul "Filthy Shade of Drey". Cerita tentang mahasiswi yang berantem akut dengan CEO muda, Krisna Drey. Hanya sebuah cerita parodi yang ringan dan mengundang tawa. Cerita yang bagus buat hiburan di senin sore yang bikin pusing ini. wkwkwkwk...
Kecup sayang,
Honey Dee
***
Semua keberuntungan yang tadi kubayangkan menguap begitu melihat ekspresi Dean saat menyambutku. Dean tidak bersuara sama sekali. Wajahnya kaku. Tangannya mengacungkan Mjolnir palsu dengan penuh ancaman padaku.
"Ada apa denganmu, Dean?"
"Aku baik-baik saja," ucapnya tak acuh. Bagaimana dia bisa bilang baik-baik saja dengan wajah segarang itu?
"Wajahmu tidak sedang baik-baik saja." Aku berusaha menggodanya. Namun, saat kudekati, dia mengayunkan Mjolnir-nya seperti akan memukulku. Sekalipun tahu pukulan anak sekecil itu tidak akan ada rasanya, tetap saja aku menghindar.
"Kau harus melihat wajah Ma."
Detak jantungku seperti berhenti. Kenapa dengan Iris?
"Iris?"
"Kau membuat Ma menangis semalam."
"Menangis?"
Aku mencoba mengingat-ingat kejadian semalam. Eh? Semalam? Bukankah tadi pagi dia baik-baik saja?
"Dean, aku sama sekali tidak tahu kalau Iris menangis. Tadi pagi dia meneleponku dan rasanya semua baik-baik saja."
Dean terlihat tidak percaya. Wajahnya makin terlihat keras.
Aku menelan ludah. Apa obrolan dengan anak enam tahun zaman sekarang memang serumit ini?
"Kau bertanya kepadanya?" tanyaku pelan, berusaha mengorek informasi lain darinya.
Dean menghela napas dalam. Ia mengangkat bahu. "Ma tidak mau bilang. Dia cuma bilang kalau aku tidak akan mengerti."
Jadi, Iris menangis karena sesuatu yang tidak ingin diceritakan pada anak laki-lakinya. Padahal mereka selalu berbagi. Pasti ada sesuatu yang sangat penting.
"Maaf, Dean. Aku tidak benar-benar tidak tahu." Kutarik napas dalam-dalam. "M-mungkin ini memang urusan perempuan. Yah, kau tahu urusan yang tidak dimengerti laki-laki."
Dia bergeming. Tidak ada candaan yang bisa mengubah perasaannya saat ini.
"Lee, kalau kau menyakiti Ma, aku tidak akan memaafkanmu," ucap Dean sambil mengacungkan Mjolnir palsu padaku. Matanya menyipit seperti bandit yang sangat berbahaya. Apa sebenarnya yang ditontonnya setiap hari?
Setelah dipecundangi ibunya, sekarang aku diancam anak berumur enam tahun dengan mainan plastik.
Dalam kehidupan yang sesungguhnya, aku bukan seorang yang bisa diancam. Aku akan melawan dengan keras. Tidak ada orang yang bisa mendikte apalagi mengancamku. Tapi diancam anak berusia enam tahun membuatku menggeser definisi tentang 'ancaman'.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Redemption (Sudah Terbit)
Romance(FINALIS WATTPADLIT AWARDS 2017 KATEGORI ROMANCE DEWASA) Aku Lee Bexter, perjaka, tiga puluh tahun, tampan, dan sukses. Kira-kira itu yang sesuai untukku, walaupun banyak orang yang sepakat kalau tampan saja tidak cukup untuk menggambarkanku. Kata...