7

22.3K 1.6K 57
                                    

Author says:

Maaf yah saya lama banget updatenya...

Saya sedang rewrite untuk cerita watty saya The Only Love We Have yang akan pindah rumah. Versi kali ini berbeda sekali dengan versi wattpadnya. bener-bener nulis ulang, deh. hihihi... Semoga nanti kalian suka, yah... ^^ 

Saya juga sedang mengerjakan Levitation karena novel ini dilamar oleh sebuah penerbit mayor (Horeeee...) Deadline-nya barengan. Jadi rasanya luar biasa. Doakan saya, yah, teman-teman. Semoga saya bisa mengerjakan semua tepat waktu. _/\_

Sekarang, selamat menikmati petualangan Lee Bexter lagi yah. :*

***

Lagi-lagi, aku terkejut melihat diri sendiri.

Kulakukan banyak hal untuk persiapan kencan Jumat malam.

Kencan. Ini hanya KENCAN.

Seberapa banyak, sih yang mereka lakukan untuk kencan?

Sejak pagi, aku menelepon beberapa toko bunga. Aku membeli seikat bunga iris ungu dan putih, yang paling segar dan paling indah. Aku ingin buket besar hingga pelukan Iris tidak bisa membawa semua bunganya.

Aku ingin menunjukan kalau hanya dia yang ada di pikiranku sejak kami bertemu. Iris. Bukan mawar atau bunga lain, hanya Iris. Aku ingin mengatakan kepadanya kalau dia sudah menjadi beban yang sangat besar untukku. Beban yang sangat cantik.

Harga?

Ya, Ampun. Memangnya kau hargai berapa siksaan yang kurasakan sekarang? Kau hargai berapa kemarahanku semalam? Sejak mengenal Iris aku merasa sudah tidak memiliki harga lagi. Hargaku sudah didiskon dengan sangat murah.

Biasanya, aku hanya modal kedipan mata atau senyum untuk mendapatkan perempuan. Sekarang, aku sibuk memilih kemeja yang akan kupakai nanti malam, mencukur dagu hingga licin, dan menata rambut.

Sambil melakukan itu semua aku selalu memikirkan Iris. Apakah Iris menyukai warnanya? Apakah Iris menyukai aromanya? Apakah Iris ingin menyentuhnya? Apakah aku lebih baik dari Jahanam itu di mata Iris?

Gila!

Aku tidak pernah menyangka kehadiran seorang perempuan bisa membuatku segila ini. Perempuan yang baru kutemui beberapa hari lalu. Perempuan yang bahkan telah memiliki anak. Perempuan yang menggandeng tangan laki-laki lain.

Setelah berlama-lama di kamar mandi untuk menggosok semua sudut tubuh, aku memilih memakai kemeja muscle fit kelabu. Saat menggulung lengannya, aku bertanya lagi apa Iris akan menyukainya. Sempat kulepas kemeja itu dan menggantinya dengan kemeja sutera biru tua, lalu merasa sangat konyol. Aku memakai kembali kemeja kelabu itu.

Aku seperti anak SMA yang akan pergi ke prom night. Aku bahkan tidak ingat apa aku seperti ini saat prom night dulu.

Kalau aku adalah anak SMA, aku pasti anak SMA yang menyedihkan.

Aku sudah siap sejak sore, tapi matahari belum juga turun. Aku hanya mondar-mandir di rumah seperti induk ayam yang mencari sarang untuk bertelur. Bedanya, aku terus terusan mengumpat, bukan berkotek.

Bolehkah kudorong matahari menjauh agar malam segera datang?

*

Aku menyetir dengan hati-hati agar buket bunga besar di sampingku tidak terjatuh.

Jantungku berdebar. Bukan debaran saat baru berhenti berolahraga keras, tapi debaran saat naik roller coaster. Debaran yang membuat perut mual dan lutut gemetar.

A Redemption (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang