Hai, semua!
Akhirnya bisa update lagi ya cerita ini. Sambil istirahat sebentar dari kesibukan, nih. Hihihi...
Terima kasih banyak ya untuk kalian yang masih setia menunggu cerita ini.
Sebentar lagi follower akan mencapai 9K. Saya akan menyiapkan kejutan untuk kalian. Yaaayyy...
Jangan lupa vote, comment, dan share cerita ini ke media sosial kalian, yak.
Terima kasih banyak.
With love,
Honey Dee
***
Entah jam berapa aku tertidur. Yang kuingat hanyalah rasa sesak dan desakan di belakang kepala. Rasanya seperti hangover, padahal aku sama sekali tidak minum. Kucoba memejamkan mata untuk mengurangi rasa sakitnya karena aku terlalu malas untuk beranjak dan mengambil pain killer. Tidak lama kemudian, semuanya jadi gelap dan menyeramkan. Samar kudengar suara memanggil namaku berulang-ulang.
"Lee! Astaga! Lee Bexter!"
Iris?
Suara itu makin mendekat saat kulihat wajah perempuan. Kukerjapkan mata agar wajah itu makin jelas.
Iris-ku?
Wajah perempuan itu jadi semakin jelas.
"Mom?"
"Akhirnya kau bangun juga." Mom berdiri dengan tangan di pinggang. Wajahnya penuh kekesalan.
Dengan cepat, kutarik selimut menutupi tubuh. "Mom, apa yang kau lakukan?" Dia memang ibuku. Tapi aku bukan anak lima tahun lagi. Aku tidak bisa membiarkan ibuku melihatku tidur hanya dengan celana dalam begini.
Kurasa, Mom tidak peduli pada apa yang kupakai. Wajahnya merah dengan bibir bawah yang lebih maju. Kurasa, Mom mengamuk. Tapi, kenapa? Apa salahku? Aku bahkan tidak melakukan tindak kriminal atau meniduri gadis semalam.
"Dari mana kau semalam?" Mom melipat tangannya di depan dada sambil mengigiti kuku ibu jarinya. Mom selalu melakukannya kalau sedang panik atau cemas.
Sungguh aku terkejut dengan pertanyaan tersebut. Sudah lama aku tidak mendengar pertanyaan ini darinya. Aku merasa seperti anak SD yang telah mengendap keluar untuk bermain game bersama teman-teman.
"Tidak ada," jawabku jujur. Ibu menyipitkan matanya. Dia tidak percaya. "Sumpah! Aku pulang dan tidur."
"Pulang dan tidur?!" Dia benar-benar tidak percaya. Mom bisa menjadi detektif paling hebat di dunia. Tidak satu kebohongan pun yang bisa lepas darinya. Jangan pernah punya niat berbohong di depannya.
"Pulang dan tidur?!" Mom mengulangi pertanyaannya dengan mata terpicing mengerikan.
"Sumpah," jawabku tanpa rasa berdosa.
"KAU TIDAK MENGANGKAT TELEPONMU, LEE BEXTER!!!"
"Mom, apa-apaan sih ini?" Aku sudah mulai gusar.
"Kau tahu keadaan Allie?"
"Allie? Tidak. Dia menemuiku kemarin siang. Setelah itu dia pergi."
"Kalian bertengkar?"
Pertanyaan apa ini? Apakah Mom sudah berubah menjadi penasihat pernikahan?
"Aku memutuskan hubungan dengannya."
"For God sake!" Ibu menepuk kepalanya sendiri lalu berputar dan menjatuhkan diri di tempat tidur. "Pantas saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Redemption (Sudah Terbit)
Romance(FINALIS WATTPADLIT AWARDS 2017 KATEGORI ROMANCE DEWASA) Aku Lee Bexter, perjaka, tiga puluh tahun, tampan, dan sukses. Kira-kira itu yang sesuai untukku, walaupun banyak orang yang sepakat kalau tampan saja tidak cukup untuk menggambarkanku. Kata...