15

16.1K 1.4K 45
                                    

Dear Readers,

Maafkan saya karena nggak bisa update lagi. Bulan ini saya harus menyelesaikan dua naskah nonfiksi. Jadi, semua saya pending, deh.

Untuk cerita Little Love di Storial masuk jadi finalis di ajang BNNS 2017. Yaaayyy...

Kayaknya saya dapat kutukan finalis deh. Sudah tiga kali berturut-turut tahun ini menjadi finalis lomba. hahah... Nggak apa-apa. Disyukuri saja. Semoga tahun depan bisa memperbaiki karya-karya saya dan menjadi pemenangnya. Aamiin...

Setelah ini sepertinya saya harus hiatus lagi karena tadi baru diminta lagi untuk mengirimkan naskah teenlit untuk mengikuti seleksi. Doakan saya, ya. Semoga saya bisa menyelesaikannya dengan segera agar bisa update lagi.

Kalau mau cepat, bantu saya untuk promote cerita ya. Kalau sudah sampai 96K readers, akan langsung saya upload. 

Huwaaahhh saya ngerepotin banget kayaknya. maaf... >__<

Tapi, saya berterima kasih jika teman-teman bersedia melakukannya. *teteup ;P

Selamat membaca,

Honey Dee

***

Kafe ini tampak penuh di jumat malam ini. Bukan karena kafe ini super keren seperti Vivid, tapi karena letaknya ada di pusat kota dan harga yang ditawarkan bisa dijangkau siapa saja. Kalau untuk urusan prestis dan kemewahan, jelas Vivid yang nomor satu.

Aku menyelipkan beberapa lembar uang kepada pelayan yang memberikan kami bangku yang cukup dekat dengan panggung. Sedang ada pertunjukan akustik sebuah band lokal. Wajah mereka masih sangat culun, mungkin mahasiswa kekurangan uang atau artis yang tidak sanggup mendaki tangga karis Hollywood. Suara mereka tidak buruk. Pilihan lagu mereka juga menarik.

Yah, bukan hal yang memalukan untuk menemani makan malam dengan Ratuku.

Kami memesan makanan dan es krim untuk Dean. Setelahnya, tidak ada di antara kami yang bicara karena kami semua kelaparan. Hanya suara dentang sendok yang terdengar di meja kami. Aku memperhatikan bagaimana Iris dan Dean melempar senyum. Mungkin mereka ingin mengatakan kalau makanannya enak.

Dean tidak menghabiskan es krimnya karena mulai mengantuk. Sesekali, matanya terpejam dan gerakannya jadi sangat lambat. Iris menarik lembut tangan Dean. Sebentar kemudian, Dean sudah tidur di dalam pelukannya.

Lagi-lagi aku ingin sekali menjadi anak kecil. Aku sangat iri. Sumpah, aku iri sekali. Pasti rasanya nyaman tidur dengan kepala bersandar pada dada Iris yang lembut.

"Thor akhirnya tertidur," ucapku ringan.

Iris tersenyum. Ia melepaskan Mjolnir palsu dari tangan Dean.

"Apakah dia menyusahkanmu seharian ini, Lee?"

"Sudah kubilang dia anak termanis yang pernah kutemui. Kau harus melihat anak-anak temanku. Mereka akan membuatmu sangat bersyukur memiliki dean." Aku sangat serius dengan ucapan ini. Aku tidak mencari muka di depan Iris. Dibandingkan dengan anak-anak yang pernah kukenal, Dean memang seperti bayi malaikat.

Iris tersenyum lebar. Dia membelai rambut hitam Dean dan menciuminya.

Sialan! Kenapa aku yang bereaksi?

"Aku memang bersyukur memilikinya, Lee. Di tengah semua kekacauan ini, dialah yang terbaik. Dia bukan hanya menghibur, tapi juga memberi semangat. Aku tidak tahu bagaimana hidup tanpanya."

A Redemption (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang