Hai semua!
Maaf ya saya baru up date lagi cerita ini. Setelah selesai dengan Pre Order Rooftop Buddies dan Savanna, saya menggarap Nasty Glacie. Lee Bexter jadi makin terpinggirkan. hahaha...
Maafkan saya.
Semoga kalian suka dengan part ini, ya. Hari-hari kehancuran Lee sepertinya sudah tiba. Wkwkwkwk...
Kenapa saya malah senang?
Entahlah. Seneng aja kalau lihat Lee kena batunya. Wkwkwkwkwk...
Salam sayang,
Honey Dee
***
Aku menggeliat dan merasakan tulang-tulangku berbunyi pelan. Entah sudah berapa lama aku tidur di sofa ini. Bagian belakang kepalaku terasa nyeri, mungkin karena tidur dalam keadaan duduk semalam. Semoga obat yang harus kuminum kemarin bisa menghilangkan sakit kepala ini?
Sendirian di kamar, kusadari orang tua Allie tidak kembali sampai pagi ini. Baiklah, mereka memang ingin aku menghadapi ini sendirian. Apa kegilaan itu menular?
Allie duduk di tempat tidur, menyisir rambut panjangnya pelan-pelan sambil bersenandung. Dia menatapku dengan perasaan bersalah. "Maaf. Aku tidak berniat mengejutkanmu." Suaranya selembut biasa padahal mereka bilang gadis ini sakit jiwa.
Apa obatku juga bisa menghilangkan semua kekacauan ini?
Aku menggeleng. "Aku memang sudah bangun." Kuhela napas panjang, lalu duduk tegak. "Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik?" Maksud pertanyaanku adalah apa kau sudah waras? Apa aku sudah tidak perlu lagi menebus dosa? Apa aku sudah bisa bebas?
"Jauh lebih baik," jawabnya ceria. Senyum membuat wajahnya terlihat sangat cantik. "Kau ngorok semalam." Allie tertawa. Matanya berbinar jenaka.
"Sungguh?" Aku tidak peduli. Sumpah aku tidak peduli. Sialan! Aku ingin menyumpahi sesuatu.
Dia mengangkat bahu. "Aku tidak pernah melihatmu ngorok seperti itu."
"Mungkin karena obatnya. Aku akan cuci muka dulu," ucapku tanpa melihatnya. Beranjak dari sofa membuat tulang-tulangku berbunyi lagi. Aku merasa seperti kakek renta.
Aku memanggil perawat untuk memenuhi kebutuhan Allie, apapun itu. Dia mungkin butuh makan atau hal lain yang tidak kumengerti. Aku tidak pernah merawat orang sakit sebelumnya. Aku selalu mencari alasan untuk kabur setiap ada anggota keluarga yang sakit.
Tidak ada yang bisa kulakukan dengan wajah yang hancur. Hanya olesan salep dan menelan pil-pil yang diresepkan saja yang bisa kulakukan. Memarnya sama sekali tidak berkurang dari semalam. Kenapa harus wajahku? Fuck!
Cacat di bagian tubuh lain bisa ditutupi dengan sesuatu. Tapi ... ini wajahku. For fuck sake! WAJAHKU, Keparat!
Kau akan mendapat hukuman atas perbuatanmu, Lee. Gema suara Pam terngiang lagi.
Sialan!
Kamar Allie terdengar ramai. Mungkin perawat sudah melakukan sesuatu kepadanya. Terdengar suara tawa perempuan bersahutan. Aku berdeham dan membuka pintu kamar mandi. Rea berdiri di sebelah Allie, lalu melotot menatapku.
"Fuck, Man!" desis Aston yang tiba-tiba muncul di sebelahku. Wajahnya terlihat ngeri. Yah, aku memang semengerikan itu.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Aku juga terkejut melihatnya.
Aston menggeleng dan meraih bahuku. "Aku pinjam pacarmu sebentar, Allie." Aston tertawa terkekeh saat membimbingku keluar kamar.
"Ibumu menelepon semua orang, Lee. Ibumu meminta semua orang mengunjungimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Redemption (Sudah Terbit)
Romance(FINALIS WATTPADLIT AWARDS 2017 KATEGORI ROMANCE DEWASA) Aku Lee Bexter, perjaka, tiga puluh tahun, tampan, dan sukses. Kira-kira itu yang sesuai untukku, walaupun banyak orang yang sepakat kalau tampan saja tidak cukup untuk menggambarkanku. Kata...