My Own Fate Part 1: Pertemuan Takdir
Suara-suara bising pun terdengar. Ratusan langkah kaki meramaikan suasana siang hari yang panas ini. Banyak tangisan karena tidak rela berpisah maupun karena pertemuan yang sudah lama sekali dan dapat bertemu di tempat ini. Tarikan troli maupun ocehan gossip benar-benar membuat tempat ini bising.
Tetapi sebagian wanita akhirnya sadar dan berbisik-bisik heboh. Melihat ciptaan Tuhan yang sexy serta berwajah cool, berjalan dengan anggun. Tubuhnya yang tinggi serta tegap, wajah yang sangat tampan, bibir tipis serta kacamata yang menutup mata tajam berwarna coklat tersebut bertengger manis di hidung mancungnya.
Tanpa cacat dan cela.
'Siapa tuh? Ganteng banget?'
'Kayaknya bule deh, pengen kenalan deh..'
Sebelum sempat beberapa orang genit mendekati lelaki itu, seorang wanita cantik bertubuh tinggi -walau lebih tinggi sang pria- memeluk lengan kekar lelaki yang masih berjalan dengan tempo yang sama.
"Ih, jangan cepat-cepat dong alpha, aku pakai sepatu hak tinggi, jadi gak bisa lari-lari." rengut sang wanita kesal.
Lelaki yang dipanggil alpha tersebut tetap tidak bergeming dan berjalan dengan lurus menuju pintu keluar dari bandara. Setelah melewati beberapa proses formalitas, ia akhirnya keluar.
Saat di depan, lebih banyak lagi orang yang terpana melihat sepasang kekasih tersebut. Seperti perwujudan dewa dan dewi yunani yang turun ke bumi untuk membuat para manusia jealous. Entah yang pria terlalu tampan maupun wanita merupakan perwujudan dari segala hawa nafsu dan imajinasi jorok mereka.
Masih di gelayuti oleh wanita cantik bin sexy, mata coklat yang terhalang kacamata tersebut berkeliling mencari papan bertuliskan namanya.
Gabriel Ignatus
Seorang lelaki berbadan besar dengan baju hitam layaknya bodyguard menanti mereka. Wajahnya sangat kaku bahkan dingin. Dengan sama dinginnya, pria itu -Gabriel- terus berjalan dengan tanpa perduli sungutan wanita yang mengelayutinya sekarang.
Ia lelah dan ingin beristirahat.
Tapi ketika sedang berjalan dengan angkuhnya, bau manis yang menenangkan hati serta menggoda siapa saja untuk mendekap tercium sangat pekat. Bau tersebut sangat dekat sampai rasanya serigala Gabriel meronta-ronta.
Terutama ketika seorang wanita tadi melewatinya dengan tergesa-gesa.
Mate?
Gabriel dengan cepat berbalik badan untuk melihat bahkan mengejar mate nya. Rambut hitam tersebut masih tertangkap matanya sebelum sosok wanita yang mengelayutinya menarik tangannya dengan bingung. Tidak perduli dengan sosok wanita cantik jelmaan seluruh nafsu dunia, Gabriel melepaskan paksa tangan nya kemudian mengikuti dengan cepat aroma tersebut untuk menemukan mate nya.
Sayang, matenya sudah menghilang di balik pintu.
*****My Own Fate*****
"Alpha... kamu masih marah yaa??" Sungut Katerina Anderson. Ia duduk di sofa yang mengarah langsung pada Gabriel. Ternyata lelaki yang di panggil alpha tersebut cuek saja.
"Ish.." Katerina sekarang sebal karena terus di acuhkan. "Ayolah, ini sudah 1 minggu yang lalu. Jangan seperti perempuan sentimentil lah."
"Kate." suara dingin itu terdengar memerintah, terutama dengan alpha tone nya yang seakan memperingati Kate untuk tidak melewati batas.
"Cih, siapa yang berucap setiap sehabis berhubungan intim selalu berucap 'kamu adalah luna ku', rasanya sudah sangat terbang tetapi begini akhirnya. Lelaki dan rayuannya." sindir Kate.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Own Fate
Werewolf[disarankan untuk membaca My Own Story terlebih dahulu, karena ini lanjutan dari cerita itu. terima kasih] ---------------- Pertemuan yang bermula dari ketidaksengajaan menjadi cikal bakal pertemuan-pertemuan selanjutnya. Mengedepankan perasaan dari...