My Own Fate Part 3 : Pasangan Takdir

3K 335 160
                                    

My Own Fate Part 3 : Pasangan Takdir


Sesampainya di rumah, Gabriel dengan semangat 45 langsung mencari tahu dengan cepat semua tentang mate nya di internet. Tapi yang dia temukan hanya segelintir karena sepertinya Achazia tidak terlalu suka terkespos.

Tapi, melihat ia berdiri di atas panggung dengan senyum mengintimidasi membuat naluri pemangsa Gabriel benar-benar berteriak. Terutama dia mendapatkan bantuan dari Xena, rasanya akan lebih mudah.

Jari-jari Gabriel dengan lincah menuliskan segala tentang Achazia si pemilik The A's Restaurant dan Butiq. Sebenarnya mudah bagi Gabriel menyewa orang untuk mencari tahu sedetail mungkin tentang mate nya, tapi rasanya pekerjaannya akan sangat mudah dan tidak menantang sama sekali.

Akhirnya ia memutuskan untuk menutup browser sebelum sempat melihat latar belakang Achazia. Dia membaringkan tubuh besarnya pada ranjang dan menetapkan buruannya sekarang. Achazia, matenya sendiri.

Dilain tempat, wanita itu di temani segelas anggur putih dan cahaya dari layar laptopnya. Matanya akhirnya terpejam dan menghembuskan nafas panjang serta menyenderkan punggung pada sandaran kursi. Dia berhasil mendapatkan semua informasi yang dia inginkan dengan tangannya sendiri. Kemampuan merentas data ternyata belum karatan.

Gabriel Ignatus, anak dari  pasangan Niscalas - Misya Ignatus dan adalah pewaris tunggal dari kerajaan bisnis Concetta.

Mata hitam itu pun terbuka, masih segar di ingatannya bagaimana rasanya di tusuk oleh pria tampan yang makin terlihat matang seiring berjalannya usia. Diluar rasa malu dan marah pada Brigita, kehancuran akan penghianatan membuat Achazia belajar menjadi manusia tanpa hati.

Lagi-lagi.

Senyum sinis penuh kepedihan muncul di wajah cantik Achazia. Dia membawa tubuhnya ke jendela apartemennya. Apartemen yang selalu menemaninya dari dia bahkan belum SMP. Saat dia kecil yang harusnya mendapatkan banyak kasih sayang tetapi malah cobaan demi cobaan hidup terus menempanya sampai sekuat sekarang.

Dan berbahaya.

Tangan lentiknya menekan jendela dan menggesernya kesamping, membiarkan angin malam membuai tubuhnya dan meniup-niup lembut rambut indah dan terawatnya itu. Matanya terpejam, ingin sekali membebaskan sesuatu yang membelenggu didadanya sampai-sampai sesak rasanya.

Achazia mengadahkan kepalanya ke atas untuk setidaknya mencari sebuah bintang. Sebuah bintang untuk menemani sang rembulan malam dalam melaksanakan tugasnya menerangi dengan lembut pada malam hari. Tapi nyatanya, sang bulan sendirian melaksanakan tugasnya, tanpa di temani di tengah gelap dan kosongnya malam.

Sekosong dirinya.

Tidak mendapatkan pencerahan atas pergumulannya, Achazia mengambil cardigan dan turun dari apartemen. Berjalan sedikit dan mendapati sebuah gereja yang berdiri kokoh. Dengan langkah ragu-ragu ia ingin memasuki gedung sakral tersebut.

Senyum miris lagi-lagi terukir, dia sudah lupa kapan terakhir kalinya ia menginjakkan kaki ke sebuah gereja. 1 tahun? 10 tahun? Entahlah.

"Ada yang bisa saya bantu nona?" tanya seorang lelaki dan membuat Achazia menoleh.

Tampaklah sosok lelaki berumur dengan wajah teduh memakai baju pendeta berwarna hitam. Tubuhnya masih terlihat kuat walau mencerminkan seberapa lama dirinya berada di dunia ini. Mau tak mau Achazia langsung mendekati pendeta tersebut dengan wajah tersenyum manis.

"Apa kabar bapa?" tanya Achazia bergetar menahan sesak didada.

Pendeta tua tersebut mendekatkan diri melihat wajah Achazia di tengah cahaya rembulan. "Deana?"

My Own FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang