She's a beast
I call her Karma
She eat your heart out
She swears by it but if you break her heart
She turn cold as a freezerDark Horse - Cover By. Our Last Night
======
I head over heels in love with my mate no matter what she is.
If you asking me why, my answer is simple.
I love her with my heart, not my ego.
-Xena-=====
My Own Fate Part 16: Begining.
Deana tersentak, seluruh ruangan terdiam akibat perkataan sakral itu. Bisik-bisik mulai muncul setelahnya dan Gabriel masih berwajah pongah beserta Kate yang makin mengeratkan dadanya pada lengan Gabriel. Percaya lah, Deana tidak merasakan rasa tertohok didada seperti semua cerita werewolf yang pernah ia baca semasa SMA.
Tapi lagi-lagi Gabriel suka mempermalukannya di depan umum. Sebenci apa sih dia? Bukannya yang harusnya benci di sini adalah Deana dan membuatnya terus mengejar-ngejar sampai jatuh bangun?
"Kenapa kau jahat sekali sih?" gumam Deana perlahan.
"Jahat?" ujar Gabriel geli. "Har--"
"Kenapa? Masih kecewa kalau mate lo itu musuh lama lo? I already told ya but you don't even trust me. Jadi siapa yang bego?" ujar Deana kasar. "Gue lah, karena lagi-lagi gue buat kesalahan yang sama, right?"
Kate terkekeh. "Tuh tau." ujarnya langsung tertawa keji.
Deana tidak menghiraukannya, matanya masih menatap tajam pada Gabriel yang masih menikmati kemenangannya itu. "Sumpah, gue gak ngerti apa yang ada di kepala lo."
Belum sempat Gabriel membalas, Deana berbalik pergi menuju lift. Dia tidak ingin di permalukan lebih lama lagi walau hanya pada golongan kaum serigala.
"Ah, bilang sama Xena kalau gue udah nepatin janji and you already said the magic word." ujar Deana kemudian dia menghilang di balik pintu lift yang tertutup.
Gabriel berkerut. Janji apaan?
"Udah lah, gak usah di pikirin, mending kita lanjut aja party nya." ujar Kate dan lagu berisik pun di putarkan.
Gabriel mengangguk dan mulai mengikuti jalannya pesta dengan setengah hati. Xena jelas meraung-raung walau tadi ia memutuskan kontak dan rasanya dia terbebas dari sebuah belenggu.
Tapi kata-kata Deana yang dingin mengusiknya. Janji? Magic word? Apa maksudnya?
Ah, sudahlah.
Di lain sisi, Deana merenung pada jalannya lift yang turun secara perlahan. Dia mengingat-ingat kesalahan apa yang ia perbuat sampai Gabriel bisa sekejam itu terus mempermalukannya di depan umum.
Perih.
Rasanya Deana ingin mengosok matanya karena gatal juga perih, buru-buru ia mengedarkan mata ke sekeliling ruangan untuk mencari kamar mandi dan secara cepat mencapainya. Saat di depan wastafel ia mengeluarkan sebuah pipet mata dan mencopot hardlense nya.
Tidak, dia tidak terkena minus ataupun plus apalagi silinder. Pembunuh mana yang boleh terkena penyakit mata? Terutama seorang hacker seperti Deana.
Alasannya, karena dia benci warna matanya.
Dia mengeluarkan hadlense warna hitamnya dan mencuci dengan hati-hati pada air keran, tetapi tanpa sengaja tergelincir dan tentu saja hilang. Dia menghembuskan nafas pendek, ketika ia menatap cermin didepannya warna aslinya seakan bersinar penuh kebanggaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Own Fate
Hombres Lobo[disarankan untuk membaca My Own Story terlebih dahulu, karena ini lanjutan dari cerita itu. terima kasih] ---------------- Pertemuan yang bermula dari ketidaksengajaan menjadi cikal bakal pertemuan-pertemuan selanjutnya. Mengedepankan perasaan dari...