Yes I do I believe
That one day I will be
Where I was right there
Right next to you_Sam Smith - Lay Me Down_
My Own Fate Part 7: Kesempatan Terakhir
"ACA!! LARI!!" teriak Clamara heboh saat Achazia memasuki butik setelah insiden Jessica kw.
Deana berkerut, dia melirik sekeliling dengan tatapan bingung dan kembali bertumpu pada Clamara yang masih berwajah heboh. "Kenapa?"
"Ada satpol PP!" teriaknya lagi dan sedikit banyak membuat Deana harus menutup kupingnya. Pengang rasanya.
"Ada Satpol pp? Ngapain? Razia apaan di butik gue? Orang barang asli semua." ujar Ben ikut-ikutan bingung dengan kelakuan anak umur 15 tahun itu.
"Ish! Aku kan bilangnya ke Ka' Aca, kok om yang nyaut?" gerutu Clamara sebal.
"Om?" tanya Deana kemudian tertawa puas. "Hahaha..."
"Heh! Anak kecil! Siapa yang lo panggil om?!" Ben meradang.
Clamara degan polos menunjuk ke arah Ben. "Kata mama, kalau ada lelaki selain ayah yang jauh umurnya dari aku harus di panggil 'om'." ujar Clamara menjelaskan.
Lagi-lagi Deana tertawa kembali. Beban dan kekesalannya menguap mendengar celotehan anak 15 tahun ini. Terkadang bisa terlihat begitu lemah di depan Ben, terkadang juga bisa menjadi musuh besar Ben. Yah, dia juga bisa menceriakan suasana, tidak salah Deana membiarkan ia bekerja magang disini.
"Dih? Gue baru 28 tahun! Aca yang 24 lo panggil kakak, masa gue om?!" teriak Ben tidak terima. Percayalah, ini bukan percakapan pertama kalinya tentang om yang sangat membuat Ben sensitif.
"Oh~ , kebetulan pas pembuatan wajah Tuhan gak sengaja numpahin banyak zat baby face jadi banyak yang bisa terkecoh." ujar Deana sombong. "Terus kalau aku di panggil kakak, kamu mau juga di panggil abang? Abang kang bakso? Kang tikung atau kang php?" goda Deana sembari mengedip-ngedipkan mata.
Clamara tertawa. "Kang php, sedih amat sih kak."
Deana mengangkat bahu. "Banyak temen-temen cewe aku ngejar-ngejar si Ben, tapi pas tau dia gay langsung hopless. PHP bukan? Atau aku salah?"
"Ish! Berisik!" Ben mengakhiri topik dengan paksa. "Lo tadi suruh Aca lari kenapa? Satpoll pp ngapain?"
"Razia orang cantik lah, makanya gue disuruh lari sama anak didik gue." Deana mengibaskan rambut hitam yang di roll dengan gaya sombong sebelum tertawa bersama Clamara.
"Jijik tau gak. Kadang sopannya kebangetan, kadang ngeselinnya gak kira-kira." dengus Ben sebal.
Mengacuhkan perkataan Ben, Deana menatap Clamara dengan serius. "Kamu sih, Ben jadi baper kan."
"Aduh, gimana dong kak?" ujar Clamara sambil terkikik.
"Bawa pulang, kelonin. Biasanya sih manjur, Ben suka khilaf kalau ketemu anak kecil soalnya."
Ben dengan geram merangkul Achzia, lebih tepatnya mengunci leher Achazia dengan lengan kekarnya. "Maksud lo gue pedofil?"
Dengan semangat Deana menganggukkan kepala.
"Betull.." seperti koor, Clamara dan Deana berucap serentak dan membuat Ben makin kesal.
"Astaga, pada ngeselin nih kakak adek." dengus Ben kesal. "Buruan kerja lu Cla." usir Ben pada Clamara dan Clamara sendiri pergi sembari tertawa terkikik dengan kejadian unik tadi. Sedangkan Ben yang masih mengunci leher Deana pun melepaskannya dengan perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Own Fate
Werewolf[disarankan untuk membaca My Own Story terlebih dahulu, karena ini lanjutan dari cerita itu. terima kasih] ---------------- Pertemuan yang bermula dari ketidaksengajaan menjadi cikal bakal pertemuan-pertemuan selanjutnya. Mengedepankan perasaan dari...