My Own Fate Part 2: Metamorfosis
Luseane berjalan dengan dress simple berwarna putih tanpa lengan dengan di padu belt warna silver menggantung di pinggangnya. Kaki jenjang putihnya di balut oleh high heels bertabur kaca. Rambut yang di kepang ala anak desa telah tergerai dengan indah dan di sampirkan di bahu kiri, menampakkan lehernya yang putih dan menggoda. Terakhir, kaca mata kuda telah raib digantikan dengan polesan make up natural dan mata hitam yang tajam.
Secara keseluruhan, dia mematikan.
Memang tidak seperti Kate yang adalah ratu hawa nafsu, Luseane adalah jelmaan lady darkness yang menarik para jiwa dengan pesona misterius dan mata kelamnya. Tatapan tajam dan mengintimidasi serta merta membuat orang bisa bertekuk lutut untuk menjilat tumit kakinya.
"KEMANA AJA LO?! KENAPA BARU DATENG?!" teriak Ben kesal, bahkan tangannya sudah gatal untuk menjambak rambut badai wanita itu.
"Kangen aja, fans." jawab Luseane singkat dan sinis.
"Kurang ajar!" geram Ben.
Misya melihat itu seperti terhibur. "Kamu seperti lelaki yang di tinggal pergi istrinya Ben."
Gabriel langsung mendelik pada ibunya, sedangkan Misya menatap Gabriel dengan bingung. "Apa?" tanya Misya pada anaknya.
Gabriel diam dan tak menjawab pertanyaan ibunya, dia lebih memilih menikmati pemandangan mate nya sekarang yang berubah dari ulat buruk rupa menjadi ratu kupu-kupu.
Setelah marah-marah pada Lusenae, Ben pun akhirnya menuntun kedua tamu tersebut ke sisi lain dan mendudukkan kedua tamu penting tersebut. Sedangkan Lusenae lebih memilih duduk di pegangan kursi dengan kaki di silangkan. Sangat anggun dan berbahaya secara bersamaan.
"Ny. Misya dan Sir Gabriel, masalah costum yang akan di pakai langsung saja di bicarakan kebetulan biang keladinya sudah berada di sini dan sayangnya saya tidak pernah sadar. Sepertinya suatu keberuntungan Ny. Misya datang kesini karena Acha juga sepertinya baru pulang dari Paris." ujar Ben menyindir karena ia tahu bahwa wanita yang di panggil 'Acha' itu menghabiskan waktu di restoran dari pada di butiknya sendiri.
"Namanya Lusanae." ujar Gabriel dingin tetapi bernada bingung.
Ben menatap Gabriel sebelum menatap wanita cantik di hadapannya bingung. "Kapan lu bubur merah bubur putih?"
Wanita itu memutar mata. "Nama saya Achazia, panggilan teman-teman kuliah saya itu Acha, relasi dari Jepang biasanya manggil saya pake embel-embel 'san' kalau yang korea 'ssi'. Lusanae itu nama samaran untuk inspeksi dadakan." ujar Acha malas. Acha mendekatkan diri pada Ben dan berbisik. "Ganteng-ganteng tapi kepoan."
Ben menahan tawa, sedangkan orang yang ia omongi mempunyai pendengaran yang tajam hanya menggeram kesal. Walau sebagian dirinya bangga bahwa pesona tampannya mempan pada mate nya yang cantik.
Sialan kau! Menilai dari sampul! maki Xena kesal.
"Oke, gini saja. Kebetulan anak saya paling benci nemenin saya di butik, jadi kita to the point aja ya?" ujar Misya akhirnya membuka suara.
Jika dengan Lusanae atau siapalah itu tidak masalah jika harus seharian aku di sini. kata Gabriel dalam hati.
Sebelum Misya sempat melanjutkan, Amanda menginterupsi percakapan penting tersebut dengan beberapa map. "Ben, ini berkasnya yang kamu minta." Ben menoleh dan tersenyum bak kembang gula yang manis dan menyakiti gigi.
Mata Amanda melihat pimpinan boss nya alias Achazia langsung berbinar dan mencoba menjadi penjilat. Bodohnya ia, dia tidak tahu bahwa yang 2 hari ia perlakukan sewenang-wenang adalah pemilik tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Own Fate
Werewolf[disarankan untuk membaca My Own Story terlebih dahulu, karena ini lanjutan dari cerita itu. terima kasih] ---------------- Pertemuan yang bermula dari ketidaksengajaan menjadi cikal bakal pertemuan-pertemuan selanjutnya. Mengedepankan perasaan dari...