My Own Fate Part 5: Man Killer

2.6K 266 91
                                    

My Own Fate Part 5 : Man Killer


"ZUT!*" umpat Achazia kesal. Dia membanting lemari dengan kesal serta campuran meringis. Dia sedang tidak ingin mendengarkan gossip dari cleaning service karena menemukan ceceran darah, dan dia juga sedang malas membersihkan sesuatu termasuk ceceran darahnya sendiri.

Dengan teratih dan perlahan sembari mengencangkan simpul mati yang terbuat dari kain di paha kirinya, Achazia keluar dan menaiki mobil untuk kerumah sakit. Karena bajingan yang menjadi mangsa berhasil menembaknya tepat di paha.

Beruntung ini sudah malam dan rumah sakit ini juga terpercaya untuk menutup informasi. Setidaknya Achazia aman dari media massa. Sebenarnya, Achazia punya persediaan sampai alat-alat untuk berobat, tapi entah karena sial obat-obat yang di perlukan habis dan sebagian kadaluarsa.

ZUT! dalam kurun waktu kurang dari 1 jam, dia sudah mengumpat 2 kali.

"Ada yang bisa saya bantu miss?" tanya seorang pegawai registrasi.

Achazia tersenyum manis menahan ringisan. "Kaki saya terluka, cukup dalam."

Pegawai wanita itu langsung terperanjat, Achazia yang melihat itu menahan diri untuk memutar mata dan mencibir. Drama.

"Saya tidak lumpuh, hanya terluka." ujar Achazia menenangkan sebelum pegawai itu berteriak histeris. "Kecelakaan dalam ... latihan?"

Wajah itu berangsur tenang. "Oke miss. Sesuai prosedur rumah sakit ..."

"Aku patuhi, berikan saja dulu kamar yang tidak ada orang, saya cukup kuat berdiri, tapi tidak bisa terlalu lama."

Seakan sadar akan sindiran itu, sang pegawai kembali panik. Kembali, Achazia harus mendesah pelan dan memegang meja kayu itu untuk menahan bobot tubuhnya.

Apa sih persyaratan pegawai di sini? Aneh sekali. pikir Achazia.

"Ada apa ini?" suara bariton itu berucap. Achazia langsung tersentak dan menoleh cepat.

Langkahnya tidak terdengar. batin Achazia penasaran. Dia langsung menelisik tubuh tinggi tegap dengan pakaian putih-putih dan stetoskop melilit lehernya. Wajahnya campuran dengan mata biru sewarna dengan samudera yang dalam.

"N-nona ini.."

"Kaki saya terluka dok, cukup dalam." ujar Achazia memotong dengan cepat karena tahu bahwa wanita di depannya tadi sedang masuk zona terpesona.

Sang dokter bermata biru itu berwajah terkejut sebentar sebelum berjongkok untuk memeriksa kaki Achazia. Sampai dia memegang kaki Achazia dan mendapati darah mengotori celana ketatnya.

Mata birunya sekejap berubah warna menjadi merah kemudian kembali menjadi biru. Sayang, perubahan itu tidak dilewati oleh mata Achazia yang awas.

Vampire?!Pikir Achazia.

"Perlu di jahit, apa tidak masalah miss?" tanya sang dokter dengan matap tajam mata hitam Achazia.

Achazia menggeleng dengan cepat. "Terserah, asal tidak di amputasi dan bisa saya urus administrasinya sembari duduk? Saya rasa saya mulai kekurangan darah."

Seakan sadar, Sang dokter langsung membimbing Achazia menuju ruangannya sendiri. Walau bingung, Achazia tetap menurut dengan pikiran positif sampai ia bertemu pintu warna coklat muda dengan motif serat kayu. Serta papan putih bertulisan .. 

Abrasya Meshach.

DEG

"Ah, silahkan duduk di atas meja." ujar Meshach dan mengambil beberapa peralatan. Achazia termangu, selain kaget dengan nama itu, dia pun bingung. Duduk di atas meja? Apa Meshach tidak punya tata krama?

My Own FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang