My Own Fate Part 6: Dia Yang Mudah Di Cintai
******
Untuk nama Achazia itu di ucapin untuk orang-orang 'baru', tapi kalau teman lama Deana yang udah tau nama aslinya, namanya akan jadi Deana.
******
Sakit ...
Tolong berhenti ..
Jangan pukul lagi..
Aku tidak kuat..
Tanganku bergetar menggapainya, mencoba menyeret tubuhku yang tidak bisa aku rasakan lagi untuk menggapai sosok itu. Mencoba meminta...
"To..long"
Dia hanya melihatku tanpa membantu, sorot matanya dingin. Mata biru yang sewarna dengan dalamnya laut atlantik bahkan menatapku dengan tatapan membekukan jiwa.
Tidak ada belas kasihan disana.
Bahkan setitik pun.
"Pergilah, pembunuh."
"AAAKH!" Deana terpekik bangun dalam tidurnya. Keringat dingin membanjiri seluruh wajah sampai tubuhnya. Bibirnya pucat pasi dan tangannya gemetaran dengan kuat.
Butuh beberapa saat sampai akhirnya Deana dapat mengendalikan dirinya dan menghembuskan nafas untuk menenangkan jiwanya. Tubuh langsing itu menyenderkan diri pada sandaran kasur empuknya. Hembusan nafas berat terdengar seperti habis lari maraton.
Salahkan pada Ben dan Kukichi yang tidak memberikan pekerjaan tambahan.
Salahkan juga Gani yang tidak mempunyai misi sama sekali terutama karena hari ini sangat berat. Bertemu dengan Cliffton dan nyanyian cheesy nya? Memuakkan.
Dan dirinya yang dengan bodohnya membiarkan tubuhnya terlelap.
Deana menutup matanya sambil terkekeh sedih. "Sudah 15 tahun berlalu, tapi mimpinya malah makin menyeramkan." desah Deana lelah.
3:15 AM
Masih subuh.
Deana beranjak dari kasur dan berjalan menuju lemari berisikan buku-buku yang menjulang sampai langit apartemennya. Dia meraih sebuah bingkai dengan foto usang dan tersenyum manis menatap foto tersebut.
"Pagi Bunda, gak kerasa ya, udah 15 tahun aku bertahan terus buat hidup." Deana berjalan dan duduk di jendela untuk mendapatkan angin malam dan bintang-bintang. Dengan sedih dia mengelus foto wanita cantik yang ia duplikasi wajah sampai tubuhnya pun mengikuti ibunya.
"Permintaan aku sebegitu sulitnya ya? Bunda bener-bener gak mau dateng ke mimpi aku buat ngusir mimpi buruk aku?"
Hening.
"Bun.."
Foto itu masih tersenyum lembut. Selalu, bahkan terakhir kalinya melihat mata hitam ibunya, Deana masih ingat. Bundanya tersenyum manis padanya.
Bahkan sampai saat terakhir.
"Aku nyesel juga pulang ke Indonesia kalau tau gini jadinya. Lebih baik aku berkarir diluar, hidup bahagia selamanya. The end."
Deana pun menerawang jauh kedalam gelapnya langit malam.
"Aku benar-benar kangen bunda."
****My Own Fate****
KAMU SEDANG MEMBACA
My Own Fate
Werewolf[disarankan untuk membaca My Own Story terlebih dahulu, karena ini lanjutan dari cerita itu. terima kasih] ---------------- Pertemuan yang bermula dari ketidaksengajaan menjadi cikal bakal pertemuan-pertemuan selanjutnya. Mengedepankan perasaan dari...