My Own Fate Part 35: Not You and I, But 'WE'

1.3K 181 42
                                    

=====================

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

=====================

Everybody finds love ... in the end

=====================

My Own Fate Part 35: Not You And I, But 'WE'

.

.

.

Matahari bersinar dengan terang. Burung-burung berkicau dengan indahnya. Langit pun bersinar sangat cerah seakan hari ini adalah hari bahagia. Akan tetapi, sosok cantik berambut pirang itu sedang berjongkok di sebuah pusaran kuburan yang terawat baik itu.

Lusiane Valentine Klaus.

Achazia mengelus pusaran itu, matanya menatap sendu. Papanya adalah orang pertama ang menjadi tujuan hidupnya. Hanya karena dendam, ketakutan lah ia masih menjalani hidup. Papnya telah meninggal dan buku hariannya menjadi alat yang menghilangkan dendam milik Achazia. Yah, walau kata 'maaf'lah yang menjadi pintu pembuka.

Dan alasan kedua pun telah pergi. Gabriel menikah hari ini.

"Aku sudah ingat. Aku pun telah memaafkan mu dengan tulus serta mengetahui kesalahanmu." Ujar Achazia pada pusaran ibundanya. "Jadi beristirahatlah dengan damai. Masalah ini jangan menjadi bebanmu di alam sana, lagipula kau harusnya senang. Putri kesayanganmu masih hidup."

Achazia bangkit berdiri kemudian berjalan beberapa langkah untuk mengunjungi makam yang menjadi perhentian terakhirnya. Makam yang agak jauh tetapi tetap dalam lingkaran penglihatan dari makam ibunya. Suatu bentuk hukuman yang diberikan Achazia pada nya.

Alaric Klaus.

"Aku sudah membaca jurnal Papa." Achazia menelan ludah saat memanggil Alaric dengan gelar 'Papa'. Masih terasa janggal terutama saat pertama kali ia memanggil Alaric dengan sebutan 'Papa' tersebut. "Aku sudah ingat walau masih tak mengerti alasanmu untuk memilih jalan itu. Lagipula, walau aku tidak setuju, hal itu sudah terjadi bukan? Putrimu sudah menjadi sosok yang kau bayangkan."

Hening melanda tempat itu. Ia terus menatap kuburan itu dengan pandangan menerawang jauh.

"Aku akan pergi dari negara ini." kata Achazia mendesah panjang dan memecah keheningan. "Aku akan tetap mengelola Ruhm, walau dari jauh. Kau tenang saja." Achazia terus berkata-kata sendiri. "Mungkin sekitar 20 tahun atau lebih baru aku akan mengunjungi kalian." Ia menatap pusaran Papa-nya kemudian melihat kuburan Mama nya yang tak jauh dari tempat ia berdiri.

"Maaf, aku tidak ingin bunuh diri lagi. Aku ingin menjadi orang yang berbeda. Sudah ku tolak kegelapan itu, dan sedikit demi sedikit aku ingin menghilangkan image kegelapan yang seakan melekat." Achazia memejamkan matanya. Sekelebat bayangan Gabriel terus menari-nari dalam benaknya. "Aku juga harus mencari 'matahari'ku sendiri mulai sekarang. Matahari yang baru dan dapat mengubahku. Jadi, selamat tinggal."

My Own FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang