BAB 10

9.6K 654 140
                                    

Di sinilah mereka berada. Lapangan sekolah menjalani hukuman akibat terlambat sekolah. Kamilla dan Adrian membersihkan lapangan sekolah yang begitu kotor dengan sampah berserakan di mana-mana. Ditambah dengan matahari yang kini di atas kepalanya nilai plus dari hukuman mereka. Semua murid berlalu lalang menatap mereka iba. Bahkan cowok kelas 11 yang menjalani kegiatan olahraga menggoda mereka berdua.

"Dek sini abang bantuin, kasian capek gitu!" teriak Kakak kelas di pinggir lapangan sedang meneduh.

"Aduh dek, udah sama abang sini. Nanti kamu sakit hahaha," timpal temannya tertawa terbahak melihat ekspresi Kamilla terlihat kikuk dengan wajah yang berubah menjadi merona. Akibat godaan kakak kelasnya.

Adrian yang melihat Kamilla di goda seperti itu langsung menatap kakak kelas datar lalu mengahampiri Kamilla. Ada rasa tidak rela dalam dirinya.

"Wiss tatapan pacarnya bro nyeremin," ucap cowok itu meledek lalu semua anak kelas 11 tertawa mengejek pada Adrian, "Tenang aja bos, kita nggak minat sama cewek lu!"

Adrian menatap mereka dingin. Kedua tangannya mengepal mereka belum tahu jika mereka sedang berhadapan dengan siapa, atau mereka emang belum mengetahui dirinya Adrian. Kamilla menyadari Adrian sedang menahan emosi dia memegang lengan Adrian seketika orang yang berada di hadapan Kamilla merespon dirinya dan menatap balik.

"Udah jangan diladenin, kalau mereka tahu jika lo Adrian yang ada mereka ngacir," ucap Kamilla polos sontak membuat Adrian menatapnya terkekeh lalu tersenyum samar.

Kamilla terpaku melihat pemandangan yang jarang dia lihat, Adrian tersenyum pada dirinya walau terlihat samar tapi rasa itu masih tetap terasa sama oleh Kamilla.

"Gue nggak cari masalah kok, tapi kalau ada yang cari masalah sama gue. Maaf gue harus ladenin," ucap Adrian menatap gerombolan itu yang asik tengah tertawa.

Dengan langkah pasti Adrian menghampiri gerombolan itu, kelas 11 itu bersorak ria menatap Adrian mendekatinya. Semua orang yang berada di koridor seketika menghentikan aksinya. Dan terlihat di sana ada Jaki bersama teman-teman menatap Adrian melawan kelas 11.

"Jaki! Itu bocah berani banget, ngadepin anak kelas 11. Cowok-cowoknya sekampung kaya gitu," ucap Irfan.

Jaki hanya tersenyum sinis menatap Adrian.

"Gue masih kesel tuh sama anak songong itu! Gara-gara dia, kita di BK terus dia pergi gitu aja kita semua nanggung dosa dia. Bersihin wc sekolah yang udah burik sama tai," celoteh Irfan.

Iqbal yang melihat Noval bersembunyi di balik badannya terkejut, berusaha menyingkarkan Noval namun sia-sia. Noval malah mendekatinya lagi dan mencengkram seragam Iqbal.

"Lo kenapa kamvret! Awas ah risih gue sana-sana," ucap Iqbal mencoba melepaskan cengkraman Noval.

"Tai! Mereka yang di lapang itu, semuanya temen sekelas gue. Jangan sampe mereka liat bang!" pinta Noval di balik badan Iqbal yang menatap Noval menyelidik.

"Lo bolos pelajaran olahraga?" tuduh Iqbal tepat sasaran membuat Noval hanya tersenyum menampilkan deretan giginya dan menggaruk tengkuknya. Sedangkan Jaki tidak menanggapi atau melerai Noval dan Iqbal dia terlalu asik menatap Adrian kini berada dikumpulan anak kelas 11, dia ingin tahu apa yang terjadi.

"Anjing! Kalau tau ini jam pelajaran lo, kenapa lo masih bareng kita. Yang ada kita disalahin sama guru lo bego! Nyesatin adik kelas nantinya. Terus ujung-ujungnya kita juga yang kena panggilan!" gertak Irfan menggebu.

Di pinggir lapang Adrian terlihat menatap kakak kelasnya dengan tatapan datar, sedangkan Kamilla di ujung sana menatap Adrian dengan memegang sapu lidi peluh kini mengalir di pelipis mulai berjatuhan. Dadanya berdegup kencang khawatir serta takut apa yang nanti Adrian lakukan. Dia tidak bisa membayangkan Adrian berkelahi walau dia tidak pernah melihatnya tapi dia sudah melihat hasil perkelahian Adrian waktu pertama bertemu, sungguh mengenaskan.

With You AdrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang