BAB 13

9.2K 577 106
                                    

Sikapmu bagaikan mantra yang mampu mencairkan rasa ini perlahan tapi pasti kau membuat sebuah ilusi cinta seakan menjadi nyata.

"Nyuk ayok cepet! Udah jam istirahat nih. Gue pengen makan, kaga kuat perut gue bunyi mulu," cerocos Ira di depan kelas yang sepi hanya ada beberapa orang.

"Lo lagi lapar rese! Sabar dikit napa?" geram Kamilla membereskan alat tulis ke dalam tas.

Jika tidak diamankan ke dalam tas sekejab alat tulis seperti pulpen, dan pensil akan hilang dalam waktu yang singkat. Kamilla sudah mulai geram dengan pencuri pensil di kelas yang masih belum diketahui siapa pencurinya. Bahkan Jeje alias Siti menyebarkan gosip jika di kelasnya ada mahluk ghaib. Karena tidak jarang alat tulis miliknya raib secara misterius, dan bodohnya hampir semua kelas IPA-3 percaya cerita tahayul miliknya. Rendi si ketua juga tidak kalah geram dia juga melapor pada Bu Dina wali kelas tentang si pencuri misterius, yang selalu dijuluki oleh teman sekelasnya sebagai Bapen, (Bangsat pulpen).

"Ayok cepet! Gue pengen bakso mpok Mimin, ke buru gue nggak kebagian somaynya."

Kamilla menghela napas jengah lalu berjalan menyeret Ira menuju kantin. Sedangkan Ghina dan Fira lebih dulu ke sana, untuk memboking meja yang biasa mereka duduki. Di kantin terdengar riuh para murid yang berbicara menciptakan suasana yang begitu ramai, dan di pojok sana sudah ada Fira dan Ghina asik berbicara tanpa menatap sekitar. Kamilla dan Ira menghampiri Ghina juga Fira sampainya di sana, mereka langsung disambut oleh tatapan tajam dari mereka dua.

"Lama banget lo berdua, ngapain aja sih?" Ira dan Kamilla hanya cengar-cengir.

"Ini anak satu lama banget, rapihin buku aja ribet. Kaya panitia agustusan." Ira menunjuk Kamilla yang membelak menatap dirinya balik. Seolah tidak terima tuduhan Ira yang menyudutkan dirinya. Walau Kamilla salah tapi dia tidak ingin mengaku disalahkan.

"Tau kali, kelas kita kata si Jeje ada hantu. Banyak pensil juga pulpen ilang secara misterius," ucap Kamilla begitu serius. Namun dihadiahi jitakan dari Ghina yang kesal, berbeda dengan Fira dan Ira tertawa membahana, bagaimana bisa anak IPA percaya tahayul?

"Otak lo dongkol banget Mil, percaya aja lo sama yang kaya gituan," ucap Ghina greget dengan tingkah Kamilla yang kelewat polos menurutnya.

"Udah mending kita pesen makanan, keburu somaynya abis gue pesenin dulu yah."

"Otak lo isinya somay!"

"Yaudah gue pesenin dulu, lagian warung si mpok udah nggak terlalu rame. Yuk Ra, bukannya lo mau somay," ajak Ghina lalu diikuti oleh Ira dari belakang, dan terlihat saat sampai di warung Mpok Mimin Ira sangat antusias dalam memilih makanan.

"Lo bukannya tadi sama Adrian?" Kamilla menganggukan kepala lalu kembali fokus pada ponsel dengan serius entah apa yang dilakukan Kamilla.

"Lo serius banget liat apa sih?" Fira sedikit memiringkan kepalanya dia ingin tahu apa yang sedang dilakukan Kamilla, tetapi sebuah bayangan membuat Kamilla juga Fira melirik siapa yang ada di hadapannya. Kini ada seseorang yang sedang berdiri tegap di hadapan mereka. Baru saja membicarakan orangnya Adrian langsung berada tepat di depan mereka.

"Woy, ini pesenan kalian selamat menikmati," ucap Ira heboh dengan dua mangkok di tangannya begitu juga Ghina. Adrian yang melihat mereka berkumpul berlalu pergi menuju meja yang paling pojok sana. Kamilla dan yang lain saling berpandangan namun Kamilla hanya mengangkat bahu acuh.

"Mana kecapnya?" kebiasaan Fira memakan bakso jika tanpa kecap semuanya terasa hampa karena nggak ada manis-manisnya gitu.

"Biasa di bawa si Asep," jawab Ghina memakan bakso dalam satu gigitan tanpa dipotong juga, dan itu masih panas. Tapi menurut Ghina kalau lagi lapar, akal pikiran akan dia abaikan demi perut kenyang.

With You AdrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang