"Lebay lo! Liat cowok lo jadi pemimpin upacara, pake acara pingsan segala!" Zulian menyentil kening Kamilla, membuat sang empunnya meringis kesakitan.
"Sialan lo! Lo juga untung, nggak ikut upacara panas-panasan," kata Kamilla sarkastis.
Zulian mulai menecena ucapan Kamilla, benar juga. Kalau Kamilla tidak pingsan mungkin saja, Zulian tidak akan di sini duduk santai. Pasti dia sedang upacara dengan panas yang menyengat.
"Bener juga lu, kalau gitu gue akan nyuruh Adrian jadi pemimpin upacara setiap hari Senin. Biar lo tiap hari Senin pingsan."
Pletak!
"Sakit Kamilla!" teriak Zulian meringis mengusap kepalanya yang terkena pukulan Kamilla.
"Lo, keterlaluan banget! Nyumpahin adek sendiri pingsan tiap Senin. Kakak durhaka!" Kamilla menatap Zulian penuh kekesalan, mana ada hadist tentang kakak durhaka?
"Lagi pula, gue pingsan itu belum sarapan," lirihnya pelan namun masih terdengar Zulian yang membulatkan mata kaget.
"Belum sarapan?! Bandel banget sih lo, gimana kalau asam lambung lo kambuh? Kenapa lo nggak sarapan dulu tadi pagi? Udah dibilangin, kalau ke sekolah sarapan dulu. Lambung lo itu akan kambuh, kalau nggak diisi makanan!" Zulian terus mengomel pada Kamilla yang hanya diam pasrah. Sekesalnya Zulian pada Kamilla, dia tidak akan pernah membiarkan Kamilla sakit. Walau sering berantem, Zulian sangatlah sayang terhadap Kamilla.
"Gue denger, di sini ada yang belum sarapan?" tanya seseorang di ambang pintu. Penampilan yang tadinya rapih sekarang berubah menjadi berandalan. Adrian merubah lagi penampilannya karena dia tidak nyaman dengan pakaian rapih, terlalu disiplin dan seperti anak culun saja.
"Gue bawa roti isi dari rumah, mending lo makan," katanya dingin menatap Kamilla dengan ekspresi datar. Zulian yang mengerti keadaan lebih baik meninggalkan adiknya dengan Adrian, memberi ruang privasi untuk mereka.
"Gue tinggal keluar." Zulian mengusap kening Kamilla lalu pergi. Di ambing pintu Zulian sempat berbisik dengan nada mengancam pada Adrian, "Jangan pernah lo sakiti Kamilla. Atau, lo mati di tangan gue."
Adrian hanya tersenyum miring mendengar ancaman Zulian. Adrian menghampiri Kamilla tidak memperdulikan ancaman palsu Zulian, Adrian duduk di samping Kamilla. Dia susah payah duduk tetapi perutnya serasa ditusuk-tusuk jarum sangat perih. Adrian hanya menatap Kamilla dengan datar tanpa mau membantu, dia marah pada gadisnya. Adrian mendengar omelan Zulian jika Kamilla tidak sarapan pagi, dan itu sudah diduga oleh Adrian.
"Kalau sakit nggak usah dipaksain," kata Adrian dengan sinis, Kamilla yang mendengar nada sinis Adrian mulai menciut. Bahkan Adrian tidak menunjukan wajah cemas namun dingin yang membekukan.
"Adrian, kenapa lo tadi jadi pemimpin upacara?" tanya Kamilla mulai mengalihkan pembicaraan tetapi Adrian tetaplah diam tidak mengeluarkan sepatah katapun.
"Kenapa belum sarapan?" tanya Adrian menekan setiap kalimatnya. Kamilla kini yang mulai diam, pasti Adrian akan memarahinya jika dia tidak sarapan pagi. Kamilla mengigit bibir bawahnya cemas.
"Adrian, lo belum jawab pertanyaan gue," kata Kamilla pelan.
"Lo juga belum jawab pertanyaan gue! Kalau udah sakit kaya gini urusannya ribet, nyusahin orang tahu nggak," kata Adrian penuh penekanan.
"Jadi gue nyusahin lo? Kalau nggak mau susah mending pergi aja deh!" Kamilla mulai kesal dengan tingkah Adrian. Adrian meletakan kotak makan di meja dekat brankar, lalu berdiri menatap Kamilla tanpa ekspresi.
"Dimakan, jangan dilihatin. Gue pergi dulu," kata Adrian hendak meninggalkan Kamilla begitu saja. Kamilla membulatkan matanya tidak percaya, apa semarah itukah Adrian sama Kamilla? Sampai dia pergi tanpa mengucapkan kata-kata manis yang biasanya dia dengar.

KAMU SEDANG MEMBACA
With You Adrian
Novela JuvenilBermula dari pertemuan Kamilla Maharani siswi SMA Harapan Bangsa, dengan cowok sangar bernama Adrian Adinata Pratama si murid baru. Pertemuan mereka yang tidak direncanakan itu, membuat Kamilla selalu ingin memasuki dunia Adrian. DESSCHYA Copyright...