Percuma jika sekarang aku mengeluh, terluka karena cintaku. karena aku sadar, mencintaimu sama saja seperti patah hati yang di sengaja.
***
"Kenapa lo, manggil gue segala. Hidup lo kaya cabe-cabean, ada butuhnya datang lo." Nesa berjalan hingga di depan ruang OSIS, diikuti Adrian dari belakang. Hal itu membuat Nesa geram, dia berbalik menatap Adrian yang menatapnya dengan sorotan mata dingin.
Nesa tertegun melihat kedua bola mata Adrian. Mengingatkan akan seseorang, seseorang yang telah lama hilang dan dia rindukan, sekaligus dia benci. Lamunan Nesa buyar, saat Adrian menjetikan jari di depan mukanya.
"Lo suka bengong. Hati-hati di sekolah banyak setan. Kalo itu setan mampir lewat, lo nanti kesambet," ucap Adrian santai.
"Demi pantat ubur-ubur! Lo itu bikin gue gemes tahu nggak!" geram Nesa, dengan kedua tangan di depan muka Adrian. Siap merauk muka Adrian.
"Gue nggak doyan pantat ubur-ubur, kaya jelly. Pantat janda gue maunya."
Kok jadi bahas pantat sih?
"Ih berisik! Gue jijik dengernya. Duh mana lagi si Arif, katanya dia di ruang OSIS. Pintunya juga dikunci!" Nesa menatap pintu ruang OSIS dengan kesal. Lalu berbalik menatap Adrian.
"Ngapain lo di sini?"
"Telat nanya lo! Harusnya lo nanya pas gue ngikutin lo. Bolot amat sih lo," ejek Adrian bersandar pada tembok. Adrian memegang mukanya yang terlihat membiru ulah Zulian, sesekali terdengar rintihan membuat Nesa tidak tega.
"Sakit?"
"Udah tahu sakit, sarap lo!"
"Mau ke UKS?"
"Nggak usah! Nggak punya duit!"
"Apa hubungannya sama duit?"
"Nanti ditagih pas ke sana. Mending diemin aja lukanya, nanti juga sembuh sendiri."
"Lo pikir UKS itu klinik?! Anjir, kebangetan lo."
Adrian tidak menjawab perkataan Nesa. Dia lebih baik diam, sambil memegang luka memar di wajahnya. Adrian teringat, dulu dia pernah terluka saat seperti ini. Kejadian itu mengingatkan Adrian bersama Kamilla. Dia gadis pertama yang membuat Adrian gelisah. Adrian juga ingat awal pertemuannya dengan Kamilla, gadis polos yang tidak tahu apa-apa.
"Ini bisa infeksi jika tidak diobati, luka memarnya sangat parah."
Perkataan Kamilla masih terekam jelas dalam memori Adrian. Saat Kamilla dengan gesit membersihkan lukanya, saat Kamilla menempelkan plaster. Bahkan memberinya sapu tangan yang masih dia simpan dilaci lemari. Sungguh dia merindukan Kamilla. Apakah salah, Adrian ingin meminta Kamilla kembali bersamanya. Memang mereka tidak mempunyai hak, tetapi ada sebuah rasa yang mengikat keduanya. Kamilla sudah memiliki rasa itu, tidak tahu dengan Adrian.
Dia memejamkan mata, mengingat setiap perkataan Kamilla di dalam memorinya. Menggali lebih dalam, kenangan bersama Kamilla.
"Elo bisa obati luka gue?" tanya Adrian sedikit menunduk menatap Kamilla intens.
"Bisa, tapi, gue nggak bawa obat merah. Kalau di UKS sekolah gue pasti persediaannya banyak, gue ambil dulu," ucap Kamilla hendak pergi. Namun, cengkraman tangan Adrian makin kencang, membuat Kamilla mendongkak menatap Adrian.
"Jangan pergi. Gue di sini sendirian, cuma lo yang gue kenal." Adrian menatap Kamilla mengintimidasi, membuat Kamilla terdiam dia bingung harus berbuat apa. Disaat seperti ini saja Adrian masih saja datar dan dingin.

KAMU SEDANG MEMBACA
With You Adrian
Teen FictionBermula dari pertemuan Kamilla Maharani siswi SMA Harapan Bangsa, dengan cowok sangar bernama Adrian Adinata Pratama si murid baru. Pertemuan mereka yang tidak direncanakan itu, membuat Kamilla selalu ingin memasuki dunia Adrian. DESSCHYA Copyright...