Dia hanya melihatku sebelah mata, tanpa dia tahu. Aku sedang meregang sesak di sini.
***
Rintihan terdengar begitu jelas. Saat Pak Galih, guru olahraga sedang memijit tangan Rendi, yang cedera. Akibat perbuatan Adrian. Menurut Pak Galih, tangan Rendi ini tulang bergeser karena injakan Adrian yang terlalu kuat. Sedangkan Adrian merintih mengobati lukanya sendiri dengan sapu tangan yang pernah Kamilla kasih.
Waktu kejadian tawuran, Adrian sama sekali tidak berniat untuk mengembalikannya. Dia tidak malu dengan sapu tangan bewarna pink yang dia miliki, karena ini begitu memiliki arti.
Di luar UKS begitu ramai oleh siswa dan siswi, ingin melihat Adrian dan Rendi siswa teladan yang cedera akibat Adrian. Mereka tahu jika ada perkelahian mereka, karena suara perkelahian begitu keras di kelas lantai dua.
"Adrian! Kamu ikut saya ke ruang BK!" perintah Pak Endang, Adrian langsung mengikuti Pak Endang dari belakang. Adrian menatap semua murid dengan tatapan tajam. Saat melewati kerumunan.
Di ruang BK Adrian duduk dalam diam di hadapan Pak Endang, dan Bu Lilis di sana. Adrian sudah tidak peduli dengan hukuman yang berat untuknya atau di keluarkan sekolah untuk kesekian kalinya. Dia tidak peduli, yang dia pikirkan sekarang hanya Kamilla.
Dia takut setelah kejadian ini Kamilla membenci atau takut melihatnya. Karena Adrian sekarang mengerti arti kehadiran Kamilla di hidupnya yang dulu dia anggap sebagai angan saja. Gadis aneh itu yang membuat Adrian jengkel nyatanya menjadi seorang gadis yang ingin Adrian jaga.
"Ceritakan, kenapa kamu bisa berantem sama Rendi," kata Bu Lilis pelan di hadapan Adrian yang menunduk. Pikiran Adrian sedang kalut.
"Percuma saya cerita, karena kalian berdua tidak akan pernah percaya sama saya. Kalian pasti akan percaya dengan Rendi murid teladan. Dibandingkan saya hanya anak nakal yang tidak punya sopan santun!" Adrian berkata tegas, menatap Bu Lilis dengan tatapan datar.
Percuma jika Adrian berbicara panjang lebar jika semua orang tidak akan pernah percaya dengan dirinya. Adrian sudah menebak jika dia tidak akan dipercayai lagi oleh semua orang, walau dia berbicara tentang fakta.
"Saya tidak ingin bercerita apapun. Karena saya tahu jika saya melakukan pembelaan, ribuan orang sekalipun tidak akan mempercayai saya. Karena mereka sudah menganggap saya sebagai sampah! Saya juga tidak pantas marah sama mereka yang menghina saya. Karena saya pantas mendapatkan semua cacian itu. Dan faktanya, hidup saya emang kaya sampah, tidak pernah dianggap oleh keluarga, teman, bahkan ayah saya sekalipun. Jika di sekolah ada pengharagaan orang paling menyedihkan, pasti saya akan menjadi juara pertama."
Untuk pertama kalinya Adrian berani tersenyum lirih di hadapan guru.
Bu Lilis hanya diam memandang Adrian kasihan, anak seperti Adrian yang nakal ternyata mempunyai sebuah luka besar. Dia hanya diam menatap Adrian, tanpa ingin bertanya kembali pada Adrian.
"Jika Ibu, mengeluarkan saya di sekolah ini. Saya siap, saya pantas mendapatkannya karena sudah mencelakaan salah satu siswa kebanggan sekolah yang berprestasi. Saya siap untuk dibuang layaknya sampah!" Adrian berkata dengan nada datar.
Tanpa Adrian sadari seorang Pria bertubuh tegap tengah menatap dirinya, diambang pintu. Tatapannya sulit diartikan. Tapi yang jelas dia tahu, jika putranya begitu terluka dan banyak sekali beban pikiran. Namun semua itu tertutupi rasa amarah dan malu.
Beraninya dia kembali membuat keributan di sekolah, setelah sekian lama dia tidak pernah menerima panggilan dari sekolah. Berbeda dengan sekarang, putranya hampir melenyapkan salah satu siswa di sini. Pratama tidak habis pikir dengan jalan pikiran Adrian.

KAMU SEDANG MEMBACA
With You Adrian
Teen FictionBermula dari pertemuan Kamilla Maharani siswi SMA Harapan Bangsa, dengan cowok sangar bernama Adrian Adinata Pratama si murid baru. Pertemuan mereka yang tidak direncanakan itu, membuat Kamilla selalu ingin memasuki dunia Adrian. DESSCHYA Copyright...