BAB 35

7.1K 348 2
                                        

"Siapa kamu?" tanya wanita tua itu dengan ekspresi marah, entah apa. Tapi, yang jelas Adrian menatap heran dengan wanita tua ini.

"Dimana cucuku?! Dimana dia?!" teriak wanita itu pada Adrian. Turun dari ranjang rumah sakit mendekati Adrian. Dengan tatapan menyedihkan, "Dimana Nesa?!"

Adrian cukup terpaku mendengar kata 'cucu' dari wanita itu. Tubuhnya membeku tidak bisa berkutik sama sekali. Dunia seakan runtuh menimpa kepalanya cukup berat. Dugaan Adrian benar jika Nesa adalah adalah kakaknya. Harapan Adrian telah hilang, dia telah pergi. Bahkan Adrian belum memberi kebahagian untuk kakak dan Ibunya. Nesa pergi dan Adrian tidak lagi mampu mengejarnya, dia terlambat.

Seluruh pasokan udara seakan menipis, napasnya tercekat. Bahkan matanya memanas, menahan sesuatu yang mendesak untuk keluar. Kedua tangannya terkepal, rasa marah tanpa alasan kembali menguasai Adrian. Dugaan Adrian benar, jika Nesa adalah kakak kandunganya, Gea.

Bodoh! Mengapa Adrian baru menyadari hal yang sangat berharga dalam hidupnya sekarang. Kenapa harus sekarang saat waktu mengatakan Nesa akan pergi selamanya. Dia menerutuki takdir yang selalu tidak sejalan dengannya.

"Gea, telah pergi," lirih Adrian dengan napas yang tercekat. Rasanya susah sekali untuk mengeluarkan sepatah katapun. Namun, lirihan Adrian masih bisa didengar oleh wanita ini yang menatap Adrian terkejut.

Pasalnya tidak ada seseorang yang menyebut nama Nesa dengan sebutan Gea. Hanya orang terdekat saja yang memanggilnya Gea; ayah ,mama, dan adiknya. Sedangkan siapa dia? Mengapa dia memanggil Nesa dengan sebutan Gea?

"Siapa kau?" tanya wanita itu menatap Adrian begitu lekat, "Mengapa kau menyebut nama Gea?" tanya wanita tua itu menggebu.

Adrian menatap wanita itu dengan nanar. Bahkan dia sama sekali tidak ingat wajah Adrian. Apa dia kini sudah terlupakan oleh mereka?

"Ini Ian, oma Liza? Cucu oma. Aku Adrian." Adrian berkata dengan suara tercekat.

Wanita yang bernama Liza itu tidak percaya dengan pengakuan Adrian yang mengejutkan. Dia masih syok dengan pemuda yang mengaku-ngaku cucunya. Liza tidak akan mudah percaya begitu saja, siapa tahu dia hanya teman sekolah Nesa. Liza orangnya tidak mudah percaya terhadap omongan orang yang tidak dikenal sama sekali.

"Jangan pernah berbohong, kau itu bukan cucuku! Lebih baik katakan dimana Nesa?" teriak Liza di hadapan Adrian. Wanita itu tidak mengakui jika dia adalah cucu laki-lakinya. Penolakan Liza menyayat hati Adrian begitu dalam. Emosinya sudah tidak bisa dia tahan, rasa kecewa, sakit bercampur dalam diri Adrian.

"Ini Adrian Adinata, cucu oma! Terserah jika oma mau percaya atau nggak."

Adrian tidak berniat untuk meyakinkan Liza lagi, dia tahu jawaban wanita itu akan menusuk hatinya. Kini hatinya sudah hancur berkeping. Luka datang kembali ke dalam hidupnya setelah dia telah lama pergi. Dengan rasa sakit dan amarahnya yang memuncak Adrian membanting pintu berjalan keluar.Tanpa memperdulikan tubuh kaku Liza yang menatap Adrian sedih dan marah.

"Adrian, mau kemana?" tanya Kamilla bangkit memegang tangan Adrian, saat Adrian keluar dari salah satu ruangan. Adrian yang sedang dikuasai oleh amarahnya menunjukan kembali sisi gelapnya pertama kali pada Kamilla. Dia menyentak tangan Kamilla dengan kasar dan menatap Kamilla dengan tajam.

"Bukan urusan lo!" Adrian berkata seolah tidak menyakiti Kamilla. Arif yang melihat Adrian seperti itu mulai ikut capur urusan mereka.

"Lo, jangan kasar gitu dong. Dia cewek lo." Kamilla hanya diam menatap Arif yang sedang membelanya. Kamilla merasakan ada yang aneh dari Adrian. Dia tiba-tiba memperlakukan Kamilla dengan kasar. Hatinya tercubit merasakan sakit diperlakukan Adrian seperti itu. Perlahan matanya sudah memerah dan berkaca-kaca.

With You AdrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang