BAB 29

7K 380 7
                                    

"Maaf, gue nggak tahu. Jika lo punya masalah serumit itu waktu dulu, gue egois. Harusnya gue mikir sebelum bertindak. Kalau lo itu, bukan punya masalah sama gue saja. Tapi sama Ayah lo juga," kata Kamilla penuh sesal. Terkadang air mata Kamilla yang mewakili penyesalannya. Sikap gegabahnya membuat Kamilla lagi dan lagi menyesal.

Apa lagi mengingat masalah berat yang menimpa Adrian, Kamilla yakin. Adrian masih dihantui bayang-bayang masa lalu. Sekarang Kamilla juga tahu, penyebab Adrian membenci Pratama seperti apa. Jika dirinya ada diposisi Adrian, dia pasti akan melakukan yang sama. Tidak memaafkan dan juga membenci yang berawal dari rasa kecewa.

"Jangan nangis tanpa seizin gue, walau itu tangisan bahagia juga," ucap Adrian dingin menarik wajah Kamilla. Menangkupnya dan menghapus lembut air mata yang berjatuhan di pipi tembem Kamilla. Tampang Adrian yang terkesan datar dan dingin berbeda dengan perlakuan Adrian terhadapnya. Dia begitu lembut dan perhatian, seperti sekarang.

"Lo nggak usah nangis, ini bukan salah lo. Gue yang salah, menghilang dengan cara konyol. Tanpa memikirkan perasaan seseorang, yang pasti akan rindu berat sama gue," kata Adrian dengan percaya dirinya. Masih saja dalam keadaan seperti ini, sikap angkuh akan kembali muncul dalam diri Adrian. Tanganya mengusap pucuk kepala Kamilla begitu penuh kasih saying.

"Gue cinta sama lo."

Mendengar ungkapan Adrian membuat pipi Kamilla bersemu merah seperti tomat. Baginya ungkapan itu yang diucapkan Adrian kedua kalinya. Orang seperti Adrian tidak suka bertele-tele. Membuktikan cinta dengan kata-kata menurutnya hal yang biasa. Dia tidak perlu bersikap demikian, Adrian suka membuktikan rasa cintanya lewat sikap dan perilaku ketimbang ucapan. Kamilla begitu beruntung dicintai oleh Adrian. Dari sekian banyak gadis yang mengejar Adrian, dan berebut untuk berada dalam posisi dirinya.

"Ternyata nggak sia-sia yah, ketemu sama lo pas terjadi tawuran. Awalnya gue risih berteman sama cewek di sekolah, takut disangka lekong. Tapi, pas ketemu cewek polos kayak lo serasa ada yang beda. Dari lo, yang minta pertemanan sama gue, dengan alasan konyol.

Hingga kita berteman, walau sebenarnya gue merasa risih. Terus, di sini kita mengubah status teman, menjadi sahabat. Dan untuk terakhir kalinya, gue akan mengubah status sahabat sama lo di sini," kata Adrian menatap Kamilla dengan tatapan jahilnya, "Menjadi pacar."

Sontak perkataan Adrian membuat Kamilla tercengang, tidak mengerti apa ucapan Adrian sebenarnya apa. Tapi mengapa detak jantung Kamilla berdegup begitu kencang, dan tubuhnya tiba-tiba menegang.

"Kamilla, will you be mine?" tanya Adrian dengan tatapan berbinar, tatapan yang pertama kali Kamilla lihat. Kamilla menatap Adrian terkejut, ternyata momen yang Kamilla anggap hanya angan. Akan terwujud secara nyata seperti ini, Kamilla tidak percaya ini adalah nyata.

Kamilla hanya diam dengan kikuk. Tubuhnya melemas seketika, suatu hal yang menebarkan saat ini. Belum juga degup jantung Kamilla berdetak normal, sekarang ditambah dengan peristiwa Adrian menembak Kamilla. Walau tidak romantis seperti cerita novel, tetap saja membuat pipi Kamilla merah merona. Ada satu hal yang mengganjal pikirannya saat ini.

Dia takut untuk memulai status baru bersama Adrian. Dia takut jika ada sebuah pertengkaran, dan membuat mereka menjauh. Dia juga takut setelah statusnya berubah, jika hal yang membuat mereka berpisah. Apakah status sahabat masih berlaku untuk keduanya? Dia tidak ingin merusak persahabatan dia dan Adrian hancur setelah ini.

Pikiran dan hati selalu tidak sejalan. Hati Kamilla selalu berkhianat, jika dia ingin status lebih dan butuh kepastian. Sedangkan pikirannya masih teringat sebuah perasaan yang menggantikan status sahabatnya dengan Adrian. Kamilla mulai ragu, menatap Adrian dengan tatapan sulit diartikan dengan kata-kata.

With You AdrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang